Semburan Gas dan Lumpur di Pesantren Al Ikhsan: Diameter Bertambah, Tinggi Semburan Berkurang
Peristiwa semburan gas bercampur pasir, batu dan lumpur terjadi di Pondok Pesantren Al Ikhsan Boarding School Kampus 2.
TRIBUNTERNATE.COM - Peristiwa semburan gas bercampur pasir, batu dan lumpur terjadi di Pondok Pesantren Al Ikhsan Boarding School Kampus 2, yang terletak di Kelurahan Tuah Negeri, Tenayang Raya, Pekanbaru, Provinsi Riau.
Pertama kali semburan gas bercampur lumpur itu terjadi pada Kamis (4/2/2021) sekitar pukul 14.00 WIB.
Munculnya semburan gas dan lumpur membuat warga sekitar dan para santri terkejut.
Hingga hari keempat atau pada Minggu (7/2/2021), semburan gas masih muncul di lokasi itu. Bahkan diameternya semakin melebar.
Bermula dari pengeboran sumur
Munculnya semburan disinyalir berasal dari aktivitas pengeboran sumur di pesantren itu.
Lurah Tuah Negeri Syarifudin mengatakan, gas menyembur tiba-tiba ketika pengeboran sumur mencapai kedalaman 119 meter.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), kata Syarifudin, langsung menuju ke lokasi untuk mengecek.
"Menurut kajian dari DLHK, ini semburan gas. Semburan gas ini terjadi ketika dilakukan pengeboran sumur bor," tutur dia.
• LAPAN Sebut Dentuman Misterius di 3 Wilayah Disebabkan oleh Lapisan Inversi, Begini Penjelasannya
• Sesar Lembang di Jawa Barat Masih Aktif, Daryono BMKG: Tak Seorang pun Tahu Kapan Gempa Kuat Terjadi
• BPOM Keluarkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Sinovac untuk Lansia
• Info BMKG: Lima Provinsi di Pulau Jawa Berstatus Siaga Banjir, Mana Saja?


Rusak bangunan pesantren, santri diungsikan
Lantaran semburan mengandung material pasir serta batu, bangunan pondok pesantren pun mengalami kerusakan berat.
Atap bangunan roboh karena tidak kuat menahan semburan batu dan lumpur setinggi 10 meter tersebut. Akibat peristiwa itu, sebanyak 34 santri terpaksa diungsikan.
Mereka mengungsi ke bangunan Kampus 1 Pondok Pesantren yang terletak di Desa Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar.
Beruntung tak ada korban jiwa dalam insiden itu.

• Dua Harimau Lepas dari Kebun Binatang di Singkawang, Satu Ditembak hingga Tewas
• Ridho Roma Kembali Diciduk Polisi karena Narkoba: Positif Amfetamin, Kali Ketiga Ditangkap
• Hentikan Mobil Ayu Ting Ting Saat Operasi Ganjil-Genap, Petugas Satpol PP Malah Dihukum, Kenapa?
Menggelegar dan berpotensi meledak
Di hari ketiga, atau pada Sabtu (6/2/2021), sumber semburan gas berbunyi menggelegar.
Sesekali terdengan dentuman kuat hingga terdengar dari jarak sekitar 300 meter dan membuat tanah di sekitar pesantren bergetar.
Menurut Analis Prigram Energi Baru Terbarukan Dinas ESDM, Darwin menjelaskan, semburan gas berpotensi meledak.
"Yang pasti jam 12.49 WIB, hasil pengukuran Lower Explosive Limit (LEL) itu diposisi 6 persen. Artinya sangat berbaya dan bisa memicu ledakan. Tapi kalau H2S atau kandungan racunnya nol," ujar dia.
Adapun hingga hari ketiga, terpantau diameter sekitar empat meter dengan tinggi semburan mencapai 10 meter.
Warga tak boleh dekati lokasi
Karena potensi itu, warga pun tidak diperkenankan mendekati lokasi semburan.
Kini kepolidian dan BPBD telah memasang garis pengaman sejauh 150 meter dari pusat lokasi semburan.
"Kita sudah tarik ke depan lagi garis batas aman. Karena kondisi saat ini sangat berbahaya dan berpotensi meledak. Ledakan bisa saja dipicu oleh sinyal handphone dan sumber api lainnya. Makanya sekarang tidak boleh mendekat ke lokasi," kata Darwin.

Hari keempat, diameter bertambah
Pada hari keempat, Minggu (7/2/2021), semburan gas di pondok pesantren masih terjadi.
Bahkan ukuran diameternya semakin membesar.
Diameter yang mulanya sebesar empat meter kini bertambah menjadi enam meter.
Namun, ketinggian semburan relatif berkurang.
"Diameter lubang memang bertambah besar menjadi enam meter. Karena tekstur tanah yang di atas itu ketika ada gas dan air yang bergejolak otomatis akan berpengaruh. Cuma, dari tinggi semburan gas sudah turun drastis," kata Kepala Dinas ESDM Riau Indra Agus Lukman.
Selain itu, lanjut dia, kondisi semburan gas saat ini tidak lagi berpotensi meledak, karena Lower Explosive Limit (LEL) sudah nol.
Begitu juga dengan H2S atau kandungan racun pada gas, diklaim sudah tidak ada.
Namun, Indra mengimbau warga tetap waspada.
"Kita tetap harus waspada. Pengukuran kita tadi siang nol. Tapi kadang ada, yang berarti masih ada pergerakan di bawah," kata Indra.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Pekanbaru, Idon Tanjung | Editor : Dony Aprian, Aprilia Ika)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Keempat, Semburan Gas di Pesantren Masih Terjadi, Diameter Melebar dan Tinggi Semburan Menurun"