WHO Sebut Vaksin Saat Ini Kemungkinan Tak Efektif untuk Varian Baru Virus Corona dari Afrika Selatan
Dirjen WHO menegaskan, munculnya mutasi baru virus corona (Covid-19) menimbulkan masalah efektivitas pada vaksin yang sudah ada.
TRIBUNTERNATE.COM - Ancaman virus corona penyebab Covid-19 tak hanya berasal dari penyakit yang ditimbulkan, tetapi juga munculnya berbagai varian baru.
Varian atau mutasi baru virus corona dapat menimbulkan masalah efektivitas pada vaksin yang sudah ada.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam sebuah jumpa pers yang diadakan pada Senin, 8 Februari 2021 kemarin, ia menyampaikan bahwa vaksin yang tersedia saat ini mungkin tidak akan bekerja secara efektif dalam melawan varian baru Covid-19 yang kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan.
• Studi di Inggris: Pasien yang Sembuh dari Covid-19 akan Terlindungi dari Reinfeksi dalam 6 Bulan
• Studi Baru: Berbicara di Dalam Ruangan Berisiko Lebih Tinggi Sebarkan Covid-19 daripada Batuk
• Waspada! Varian Baru Virus Corona B117 asal Inggris Bisa Membuat Pandemi Semakin Parah
• Varian Baru Virus Corona Tidak Sebabkan Penyakit yang Lebih Parah, tetapi Lebih Cepat Menular
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (9/2/2021), Tedros menjelaskan harus ada suntikan penting lainnya bagi produsen vaksin untuk meningkatkan vaksin yang telah tersedia saat ini.
Suntikan penguat kemungkinan besar akan diperlukan karena strain baru ini secara cepat menyebar ke seluruh dunia dan dapat menjadi varian utama Covid-19.
Menurut Tedros, larangan pemerintah Afrika Selatan terhadap vaksin AstraZeneca yang dipicu laporan sebelumnya bahwa vaksin tersebut tidak mampu melawan infeksi Covid-19 ringan hingga sedang, menjadi 'suatu pengingat'.
"Ini suatu pengingat bahwa kita perlu melakukan apa saja untuk mengurangi penyebaran virus dengan melakukan tindakan terhadap kesehatan masyarakat yang jelas terbukti," tegas Tedros.

• Praperadilan Rizieq Shihab Kemungkinan Kandas, Begini Tanggapan Kuasa Hukum Pimpinan FPI
• Kisah Pelajar SMKN 1 Kota Madiun, Jadi Relawan Bantu Lebih dari 60 Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19
• Kebakaran di Pabrik PT Indofood di Tangerang: Tak Ada Korban Jiwa, Kerugian Ditaksir Rp1 Miliar
• Nikita Mirzani Turut Berduka atas Meninggalnya Maaher At-Thuwailibi: Semoga Dilapangkan Kuburnya
Ia menambahkan bahwa WHO akan mengumumkan keputusannya apakah akan merekomendasikan vaksin AstraZeneca untuk penggunaan darurat 'dalam beberapa hari mendatang'.
Jika vaksin tersebut disetujui, maka upaya pendistribusian melalui fasilitas COVAX yang didukung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) akan dilakukan ke seluruh dunia.
Seperti yang terungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 6 Februari lalu, menunjukkan rejimen dua dosis vaksin Oxford-AstraZeneca tidak efektif melawan bentuk penyakit ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian baru.
Sedangkan vaksin tersebut, menurut Juru bicara AstraZeneca 'dapat melindungi dari penyakit parah'.
Sebelumnya, pemerintah Afrika Selatan mengumumkan pada 19 Desember 2020 bahwa gelombang kedua pandemi di negara itu disebabkan munculnya varian baru Covid-19.
Varian baru ini disebut 501.V2 dan diidentifikasi pada Oktober 2020 di wilayah Selatan Nelson Mandela Bay County di provinsi Eastern Cape.
Menurut peneliti lokal, strain baru ini lebih agresif, terutama lebih cepat menyerang usia muda.
