Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Terkini Internasional

Kasus Baru Covid-19 Mingguan di India Pecah Rekor Tertinggi, WHO Peringatkan Ancaman Varian Baru

Menurut penghitungan Reuters, India menduduki peringkat pertama dunia terkait jumlah rata-rata kasus kematian akibat Covid-19 harian.

Punit PARANJPE/AFP
Seorang petugas kesehatan yang mengenakan peralatan Pelindung Pribadi (APD) berdiri bersama pasien saat dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU), di dalam ambulans di pusat pemulihan untuk merawat pasien virus corona Covid-19, di Mumbai pada 22 April 2021. 

TRIBUNTERNATE.COM - Pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19 di India saat ini tengah menjadi sorotan dunia.

Kini, krisis Covid-19 di India masih belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda pada Selasa (11/5/2021).

Rata-rata kasus baru mingguan infeksi Covid-19 di India telah mencapai rekor tertinggi.

Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan varian baru di negara itu memicu kekhawatiran global.

Diketahui, India sebelumnya dianggap berhasil melandaikan kurva pandemi, tetapi negara itu lagi-lagi mengalami lonjakan kasus infeksi yang tinggi.

Dikutip TribunTernate.com dari Channel News Asia,  kasus harian Covid-19 di India meningkat hingga mencapai 329.942, sementara kasus kematian bertambah sebanyak 3.876, menurut data Kementerian Kesehatan India.

Total infeksi virus corona di India sekarang mencapai 22,99 juta, sementara total kasus kematian akibat Covid-19 sebanyak 249.992.

Menurut penghitungan Reuters, India menduduki peringkat pertama dunia terkait jumlah rata-rata kasus kematian akibat Covid-19 harian.

Yakni, satu dari setiap tiga kasus kematian akibat Covid-19 yang tercatat di seluruh dunia per hari.

Sementara, rata-rata kasus baru mingguan di India berada pada rekor tertinggi, yakni 390.995.

Baca juga: Epidemiolog Sebut Indonesia Bisa Alami Ledakan Kasus Covid-19 seperti India, Singgung Soal Deteksi

Baca juga: Pengadilan India: Kematian Pasien Covid-19 Akibat Kurangnya Oksigen Tak Ada Bedanya dengan Genosida

Baca juga: Dirjen WHO: Gambaran Situasi Pandemi Covid-19 di India Sangat Memilukan

Banyaknya jenazah dan pasien akibat tsunami Covid-19 di India, membuat para tenaga kesehatan, termasuk para pengemudi dan petugas ambulans kewalahan.
Banyaknya jenazah dan pasien akibat tsunami Covid-19 di India, membuat para tenaga kesehatan, termasuk para pengemudi dan petugas ambulans kewalahan. (DNA India)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di negara itu tahun lalu diklasifikasikan sebagai varian yang menjadi perhatian global atau 'a variant of global concern.'

Beberapa studi pendahuluan menunjukkan bahwa varian virus itu lebih mudah menular.

"Kami mengklasifikasikan ini sebagai varian yang menjadi perhatian di tingkat global," kata Maria Van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk Covid-19, dalam sebuah briefing di Jenewa, Senin (10/5/2021).

"Ada beberapa informasi yang tersedia yang menunjukkan adanya peningkatan transmisi atau penularan," lanjutnya.

Sejumlah negara telah mengirimkan bantuan berupa tabung oksigen dan peralatan medis lainnya untuk mengatasi krisis Covid-19 di India.

Namun, sebagian besar rumah sakit di seluruh wilayah India kesulitan dalam mengatasi kekurangan peralatan penyelamat pasien.

Sebanyak 11 orang meninggal dunia pada Senin malam di sebuah rumah sakit pemerintah di Tirupati, kota di negara bagian selatan Andhra Pradesh.

Hal ini disebabkan adanya keterlambatan kedatangan sebuah kapal tanker yang membawa oksigen, kata seorang pejabat pemerintah.

"Ada masalah dengan tekanan pasokan oksigen karena ketersediaan yang rendah. Itu semua terjadi dalam rentang waktu lima menit," kata M Harinarayan, birokrat tertinggi distrik, Senin malam.

Namun, Harinarayan menambahkan, rumah sakit SVR Ruia sekarang sudah memiliki pasokan oksigen yang cukup.

Sementara, 16 anggota fakultas dan sejumlah pensiunan guru dan karyawan yang tinggal di kampus Aligarh Muslim University, salah satu universitas paling bergengsi di India, telah meninggal dunia karena virus corona, kata pihak universitas.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, PM India Narendra Modi Disebut Pilih Bangun Rumah Baru hingga Tuai Kritikan

Baca juga: Kasus Kematian Harian Covid-19 di India Pecah Rekor Lagi, Pemerintah Pusat Enggan Terapkan Lockdown

Suplai tabung oksigen medis di berbagai wilayah di India kini sangat rendah mengingat kasus Covid-19 yang kembali melonjak. Orang-orang antre mengisi tabung oksigen untuk pasien Covid-19 di Allahabad.
Suplai tabung oksigen medis di berbagai wilayah di India kini sangat rendah mengingat kasus Covid-19 yang kembali melonjak. Orang-orang antre mengisi tabung oksigen untuk pasien Covid-19 di Allahabad. (AFP/Sanjay Kanojia)

Kasus Jamur Hitam dan Mitos di Tengah Masyarakat Menambah Beban Tenaga Medis

Tak hanya berhenti di rendahnya pasokan oksigen dan obat-obatan, fasilitas medis di India juga semakin terbebani dengan adanya tanda-tanda mukormikosis atau 'black fungus' pada pasien Covid-19.

Fenomena 'jamur hitam' ini telah diumumkan oleh pemerintah India agar para dokter mengantisipasinya.

Sejumlah rumah sakit telah melaporkan beberapa kasus infeksi jamur itu.

Infeksi ini memang cukup jarang terjadi, tetapi bisa berakibat fatal.

Diketahui, jumlah kasus infeksi jamur hitam atau mukormikosis pada pasien yang telah sembuh dari Covid-19 mencapai empat hingga lima kali lipat jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.

Infeksi jamur itu dapat menyebabkan hidung menjadi hitam atau berubah warna, penglihatan kabur atau ganda, nyeri dada, kesulitan bernapas dan batuk darah.

Infeksi ini juga sangat terkait dengan diabetes.

Sementara, diabetes malah bisa semakin parah akibat steroid seperti deksametason, yang digunakan untuk mengobati Covid-19 yang parah.

Para dokter di India juga dihadapkan dengan mitos terkait Covid-19 di tengah masyarakat.

Mereka mengecam hoaks tentang praktik penggunaan kotoran sapi yang diyakini dapat menangkal Covid-19.

Selain itu, mereka menegaskan, tidak ada bukti ilmiah yang terkait keefektifan mitos itu, dan malah berisiko menyebarkan penyakit lain.

Di negara bagian Gujarat di India barat, sejumlah orang pergi ke tempat penampungan sapi satu minggu sekali, dan membaluri tubuh mereka dengan kotoran beserta air kencing sapi.

Mereka termakan mitos yang menyebut kotoran dan air kencing sapi dapat meningkatkan kekebalan atau membantu menyembuhkan diri dari Covid-19.

"Tidak ada bukti ilmiah yang konkret bahwa kotoran atau urine sapi dapat meningkatkan kekebalan terhadap Covid-19, itu sepenuhnya hanya didasarkan pada mitos belaka," kata Dr JA Jayalal, presiden nasional Indian Medical Association.

Gelombang kedua Covid-19 di India telah mendorong diterapkannya penguncian nasional atau lockdown.

Semakin banyak negara bagian yang memberlakukan pembatasan yang lebih ketat, dan akibatnya berdampak pada bisnis dan ekonomi yang lebih luas.

Produksi Apple iPhone 12 di pabrik Foxconn di negara bagian selatan Tamil Nadu telah merosot lebih dari 50 persen karena pekerja yang terinfeksi Covid-19 harus meninggalkan pos mereka, kata dua sumber kepada Reuters.

SUMBER: Reuters via Channel News Asia

(TribunTernate.com/Rizki A.)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved