Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kisahkan Perjuangan Berantas Korupsi, Novel Baswedan: Saya Hampir Buta, Penghinaannya Luar Biasa

Novel Baswedan mengaku perjuangannya memberantas korupsi justru mendapatkan sentimen negatif dan hinaan dari sejumlah pihak.

Tribunnews.com/Ilham Rian Pratama
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan. 

TRIBUNTERNATE.COM - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengisahkan perjuangannya dalam memberantas korupsi di Indonesia.

Saat mengisahkan perjuangannya, Novel Baswedan tidak kuasa menahan emosi.

Ada begitu banyak hal yang dialami oleh pria kelahiran Semarang, 22 Juni 1977 tersebut.

Mulai dari ancaman, penghinaan, hingga teror penyiraman air keras yang menyebabkan mata kirinya tak bisa lagi berfungsi normal seperti sebelumnya.

Hingga kini dirinya terancam tersingkir dari KPK lewat mekanisme asesmen tes wawasan kebangsaan (TWK).

Novel menyampaikan kisahnya saat menjadi pembicara dalam diskusi 'Blak Blakan Bareng Novel Baswedan' yang ditayangkan YouTube Public Virtue Institute, Minggu (20/6/2021).

Baca juga: YLBHI Tanggapi Kasus Akun Telegram Novel Baswedan cs Diretas dan Dimasukkan Grup Investasi Bitcoin

Baca juga: Akun Telegram Novel Baswedan Cs Dimasukkan ke Grup Bitcoin, Febri Diansyah: Hati-hati!

Baca juga: Terancam Tersingkir karena Tak Lolos TWK, Novel Baswedan Pernah Diminta Mundur dari KPK sejak 2016

Awalnya, Novel bercerita bahwa perjuangannya dalam memberantas korupsi tidak berjalan dengan mudah.

Ada berbagai banyak tantangan dan ancaman yang telah dilaluinya sejak menjadi penyidik KPK.

Kedua matanya pun kini hampir buta karena insiden penyerangan air keras.

Namun, Novel mengaku perjuangannya itu justru mendapatkan sentimen negatif dan hinaan dari sejumlah pihak.

"Kadang kala saya pada posisi saat itu, karena ini pada posisi menghinanya sudah keterlaluan. Ingat loh, saya punya keluarga, punya anak kalau saya dihina terus-terusan pada saat tertentu saya merasa bahwa emang nggak perlu lagi memberantas korupsi di KPK," kata Novel.

Padahal, Novel menyatakan pemberantasan korupsi bukanlah kepentingan dirinya semata.

Dia mengingatkan perjuangannya justru untuk masa depan Indonesia yang bebas dari korupsi.

Baca juga: Tri Rismaharini Jelaskan Alasan Pemerintah Terapkan Micro Lockdown saat Kasus Covid-19 Melonjak

Baca juga: Dino Patti Djalal: Jika Presiden Dipilih oleh MPR, Itu Memicu Politik Uang dan Politik Transaksional

Baca juga: Aturan PPKM Mikro Berlaku Mulai 22 Juni 2021: WFH 75 Persen di Zona Merah, Rumah Ibadah Ditutup

"Kadang kala, saya merasa tersinggung sekali ketika hal-hal yang sangat sangat mendasar pun dianggap seolah olah tidak benar. Terus sekarang saya memperjuangkan bagaimana? Kalau saya sendiri sudah pada posisi hampir buta, orang menghina saya luar biasa dan itu dihina anak anak saya pasti tahu dan saya ngelapor enggak digubris," jelasnya.

Novel menambahkan upaya penghinaan yang dialami dirinya dinilai telah kebablasan.

Namun, tidak ada satupun orang yang menghinanya diproses secara hukum oleh pihak kepolisian.

"Upaya menghina ini kan sudah kebablasan, sekarang siapa sih yang mau dihina secara luar biasa terus menerus. Kalau cuma diri saya, saya masih santai lah. Lama lama penghinaan ini kan sudah begitu luar biasa," ungkap dia.

Novel mengaku tidak masalah jika penghinanya itu merupakan orang-orang yang jahat ataupun berasal dari pihak yang berperkara.

Sayangnya, kadang penghinanya berasal dari orang yang dikenal baik.

"Saya kadang kala emosional, saya kalau cuma orang orang jahat yang benci sama saya, saya masih bisa memahami. Ketika orang yang seharusnya dia orang baik, kemudian dengan nalarnya sangat pendek kemudian dia malah justru membuat sesuatu (penghinaan) orang yang ingin berbuat untuk negara ini," jelasnya.

Ia mengaku tidak akan merugi jika mundur dari lembaga anti rasuah.

Bahkan, dia siap mundur dari KPK jika negara sudah tidak memiliki komitmen untuk memberantas korupsi di Indonesia.

"Ketika melihat seolah-olah yang memberantas korupsi malah dikerjain, malah dibuat seolah-olah kami adalah orang-orang yang brengsek yang harus diuber ya memang lebih bagus ditinggalkan. Jadi pemberantasan korupsi tidak ada aja," jelasnya.

"Terus mau memperjuangkan apa lagi. Saya merasa saya tidak hanya mendapatkan rezeki dari KPK kok. Saya keluar dari KPK juga tidak ada masalah kok. Tapi ketika terus dihina demikian, terus-terusan ini kadang kala saya merasakan bahwa ini sangat keterlaluan loh," sambungnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Novel Emosional Ceritakan Perjuangan Berantas Korupsi, Hampir Buta Kini Malah Dapat Hinaan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved