Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, Pemerintah Disebut Tak Miliki Empati di Tengah Pandemi Covid-19
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum usai, proyek pengecatan ulang pesawat kepresidenan RI menuai kritikan dari sejumlah politisi.
TRIBUNTERNATE.COM - Di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum usai, proyek pengecatan ulang pesawat kepresidenan RI mendapat sorotan dan menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan.
Pihak Istana telah memberikan penjelasan terkait pengecatan livery pesawat yang semula berwarna biru putih menjadi merah putih.
Menurut Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, pengecatan ulang badan pesawat Boeing Business Jet 2 (BBJ2) ini sudah lama direncanakan.
Tepatnya, sejak tahun 2019 yang berkaitan dengan perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020.
Hanya saja, pengecatan pesawat BBJ2 pada 2019 saat itu urung dilakukan karena belum masuk jadwal perawatan rutin.
"Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ," kata Heru kepada Tribunnews, Selasa, (3/8/2021).
Pesawat BBJ2 itu baru dicat ulang pada tahun ini berbarengan dengan jadwal perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik.
Terkait pengecatan ulang pesawat kepresidenan itu, sejumlah politisi pun memberi kritikan keras kepada pemerintah.
Sebab, pengecatan ulang dilakukan di tengah situasi pandemi Covid-19.

Baca juga: Makna Buket Bunga Peraih Medali di Olimpiade Tokyo 2020, Simbol Kebangkitan Jepang dari Tsunami 2011
Baca juga: Viral Pengantin Kecelakaan H-3 Sebelum Menikah, Wajah Penuh Lebam, Hasil Riasan Tuai Pujian
Baca juga: Dirjen WHO Puji Aksi BTS ARMY Indonesia yang Gelar Vaksinasi Massal: Terima Kasih INDOMYS!
Baca juga: Kemenkes Putuskan Masyarakat yang Belum Memiliki NIK Tetap Bisa Vaksin Covid-19, Ini Prosedurnya
Kritikan pertama datang dari Politisi Partai Demokrat Kamhar Lakumani.
Ia mengatakan pemerintah telah buta hati karena tak melihat situasi Indonesia yang sedang prihatin akibat terpaan badai pandemi.
Menurutnya, pengecatan ulang pesawat ini sebagai bentuk pemerintah sibuk bersolek.
"Namun pemerintah malah lebih memperhatikan dandanan atau sibuk bersolek. Sungguh tak punya sensitivitas dan empati dalam menilai situasi dan tak punya kebijaksanaan dalam mengalokasikan anggaran," ucap Kamhar, Rabu (4/8/2021), sebagaimana dilansir Tribunnews.
"Buta mata dan buta hati. Apalagi jika argumentasinya bahwa perubahan warna ini telah direncanakan sejak jauh-jauh hari, sejak 2019."
"Semakin menunjukkan kebodohan dan ketidakpekaan untuk memahami bahwa negara kita tengah mengalami krisis," imbuh dia.
