Taliban Berjanji Beri Hak-Hak Perempuan & Kebebasan Media, Minta Dunia Internasional Percayai Mereka
Setelah berhasil menguasai Afghanistan, Taliban berjanji berikan hak-hak perempuan, kebebasan media, dan amnesti bagi pejabat pemerintah Afghanistan.
Di sisi lain, Rusia dan Iran juga membuat tawaran diplomatik dengan Taliban.
Taliban Berjanji akan Lebih Moderat
Taliban bersikeras pemerintah barunya akan lebih moderat daripada pemerintahan brutalnya pada 1990-an.
Di masa itu, rezim menghapus hak-hak perempuan dan menerapkan hukuman berat atas dugaan kejahatan, termasuk eksekusi di depan umum dan rajam terhadap para pezina.
Mujahid mengatakan, hak-hak perempuan akan dihormati "dalam kerangka Islam".
Ia juga menyebut kelompoknya tidak akan melakukan pembalasan terhadap mantan pejabat atau tentara Afghanistan.
Seorang analis keamanan yang berbasis di Kabul mengatakan bahwa Taliban berusaha untuk "membangun momentum kekuatan lunak, daripada kekuatan keras dari dorongan dan penaklukan militer mereka".
Namun laporan lapangan dari seluruh negeri menunjukkan kekerasan di tangan pejuang Taliban, dan banyak wanita telah diperintahkan untuk tinggal di rumah.
Pada hari Selasa, sekelompok lebih dari 40 anggota parlemen Demokrat dan Republik meminta Presiden Joe Biden untuk mempertahankan pengangkutan udara sampai semua warga AS dan sekutu Afghanistan telah dievakuasi.
Baca juga: Sosok Petinggi Taliban Ghani Baradar yang Disebut-sebut Jadi Calon Kuat Presiden Afghanistan
Baca juga: Makin Liar, Ini 5 Fakta Penting tentang Taliban yang Tengah Bersiap Kuasai Afghanistan Lagi
Taliban Siap Bentuk Pemerintahan di Afghanistan
Taliban sedang mempersiapkan diri untuk membentuk pemerintahan Afghanistan setelah pemimpinnya kembali dari pengasingan semenjak digulingkan 20 tahun lalu.
Dilansir Financial Times, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa persiapan sedang dilakukan untuk membentuk pemerintahan.
Para militan berusaha mengkonsolidasikan kekuasaan setelah mereka berhasil menguasai Afghanistan dan mendorong Presiden Ashraf Ghani dan sebagian besar pejabat senior pemerintah keluar dari negeri.
Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik utama kelompok Islam tersebut, tiba di Afghanistan setelah dua dekade pada hari Selasa (17/8/2021).
Ia terbang ke kota selatan Kandahar dari Qatar, tempat dia tinggal sejak AS mengamankan kebebasannya dari penjara Pakistan pada 2018.