Peneliti Singapura Kembangkan Vaksin Covid-19 Booster, Berpotensi Lawan Semua Varian Virus Corona
Wang dari Duke-NUS dan tim penelitidi Singapura, memberi nama untuk vaksin booster generasi ketiga itu sebagai 3GCoVax.
TRIBUNTERNATE.COM - Peneliti Singapura menemukan penyintas penyakit SARS (sindrom pernapasan akut parah) yang telah menerima dua suntikan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech memiliki antibodi yang potensial melawan semua varian virus corona yang telah ada dan varian virus corona lain di masa depan.
Para peneliti dari dari Duke-NUS Medical School di Singapura dan National Center for Infectious Diseases (NCID) tersebut menyebut penemuan ini sebagai "vaksin impian".
Mereka menemukan bahwa orang yang telah pulih dari penyakit SARS dan divaksinasi penuh dengan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, mengembangkan antibodi tingkat tinggi yang dapat menetralisir semua varian Covid-19 yang telah diketahui, serta virus corona lain yang beredar pada hewan yang berpotensi tertular oleh manusia.
Salah satu peneliti, Profesor Wang Linfa dari program penyakit menular baru di Duke-NUS mengatakan, temuan itu adalah kunci untuk pengembangan vaksin generasi berikutnya yang tidak hanya akan membantu mengendalikan pandemi saat ini saja.
Namun, vaksin ini diprediksi juga dapat mencegah atau mengurangi risiko pandemi di masa depan yang disebabkan oleh virus terkait.
Sebelum menerima vaksinasi Covid-19, para penyintas SARS hanya memiliki antibodi terhadap penyakit SARS (Sars-CoV-1).
Virus Sars-CoV-1 yang menyebabkan penyakit SARS memiliki identitas urutan genom yang secara keseluruhan atau hampir 80 persen mirip dengan virus Sars-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.
Baca juga: Jokowi Sebut Porang Berpotensi Jadi Andalan Ekspor Indonesia: Jika Kita Serius Menggarapnya
Baca juga: Dituding Dekat dengan Taliban, Jusuf Kalla: Itu Bukan karena Saya Berpihak pada Mereka
Baca juga: Persaingan Calon PM Malaysia Makin Sengit, Bagaimana Peluang Ismail Sabri dan Anwar Ibrahim?

Wang mengatakan, momen mengejutkan selama penelitian itu terjadi ketika mereka yang telah pulih dari SARS dan disuntik dengan vaksin Pfizer menunjukkan antibodi penetral silang tingkat tinggi yang seragam terhadap 10 sarbecovirus yang berbeda.
Sarbecovirus adalah subkelompok virus corona, termasuk yang menyebabkan SARS dan Covid-19, dengan potensi penularan dari hewan ke manusia dan memulai pandemi berikutnya.
Dikatakan Wang, sebagai perbandingan, mereka yang tidak pernah sakit SARS atau Covid-19 tetapi telah divaksinasi, menunjukkan antibodi terhadap virus yang menyebabkan SARS, tetapi kadarnya tidak cukup kuat.
Mereka yang sembuh dari Covid-19 memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi setelah divaksin daripada mereka yang tidak tertular kedua penyakit tersebut, tetapi antibodi SARS mereka masih belum terlalu tinggi.
Penelitian yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine ini dilakukan tahun ini dengan 28 orang sebagai subjek penelitian.
Sebanyak delapan orang adalah penyintas SARS, 10 orang sehat yang tidak tertular SARS atau Covid-19, dan 10 orang sisanya adalah yang telah pulih dari Covid-19.
Kemudian, respon imun dari semua 28 dibandingkan sebelum dan sesudah mereka menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech.
Baca juga: 6 Vaksin Covid-19 Sudah Mendapat Izin Penggunaan Darurat dari BPOM, Apa Saja?
Baca juga: Sertifikat Vaksin Covid-19 Bisa Didownload di PeduliLindungi, Segera Kirim Email Jika Belum Muncul
Baca juga: Mengenal Sputnik Light, Vaksin Covid-19 Asal Rusia yang Hanya Perlu Satu Dosis Suntikan
Wang dari Duke-NUS dan tim peneliti di seluruh sekolah kedokteran dan rumah sakit di Singapura, memberi nama untuk vaksin booster generasi ketiga yang potensial tersebut sebagai 3GCoVax.
Vaksin generasi pertama saat ini menawarkan berbagai tingkat perlindungan terhadap Covid-19, tetapi kemanjurannya lebih rendah terhadap varian virus baru, terutama varian Delta yang sangat menular.
Beberapa vaksin generasi kedua yang dapat melindungi dari strain asli, varian saat ini, dan virus corona yang menginfeksi manusia sedang dikembangkan.
Para ilmuwan juga khawatir bahwa varian baru yang lebih mematikan akan muncul sehingga dapat membuat vaksin saat ini tidak efektif.
"Saya pikir ini adalah pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, jika semuanya berjalan sesuai dengan rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada saat ini tahun depan, mayoritas populasi global akan divaksinasi Sars-CoV-2. Jadi jika kita meningkatkan populasi itu dengan 3GCoVax, kita juga berpotensi siap untuk melawan dan mencegah pandemi berikutnya," kata Wang seperti dikutip dari South China Morning Post via MSN.
Dia menambahkan bahwa sudah ada beberapa perusahaan yang tertarik untuk mengontrak dan mengembangkan temuan ini untuk membuat vaksin booster 3GCoVax.
Wang yang salah satu pakar terkemuka dunia dalam penyakit zoonosis, imunologi kelelawar, dan penemuan patogen ini mengatakan, selain mengembangkan 3GCoVax, tim tersebut juga tertarik untuk menciptakan antibodi penetral yang luas untuk pengobatan Covid-19.
Saat ini, tim peneliti tersebut sedang merekrut lebih banyak orang yang telah pulih dari SARS, karena dia berharap para penyintas SARS juga akan menunjukkan respons antibodi yang sama setelah menerima vaksin yang dibuat oleh AstraZeneca atau Sinovac.
"Hipotesis saya adalah vaksin merek lain akan menghasilkan efek yang sama pada penyintas penyakit SARS. Tetapi sebagai ilmuwan, Anda tidak hanya mempercayai hipotesis Anda, Anda memerlukan data nyata," katanya.
(TribunTernate.com/Qonitah)