Terkini Internasional
WHO: Kekurangan Vaksin Covid-19 di Afrika akan Membawa Seluruh Dunia ke Titik Awal Virus Corona
WHO: Ketidaksetaraan dan kelambatan dalam pengiriman vaksin ke Afrika dapat mengancam dan mengubah wilayah itu menjadi tempat Covid-19 berkembang biak
Peneliti mengatakan, kemungkinan juga terdapat risiko efek samping tambahan jika booster diberikan terlalu cepat kepada masyarakat luas.
Peninjauan tersebut dilakukan karena sebagian besar negara dengan persediaan vaksin yang cukup, berdebat apakah akan mengalokasikan dosis untuk suntikan booster untuk menopang kekebalan dan berpotensi membantu menghentikan penyebaran varian delta yang lebih menular.
AS berencana untuk meluncurkan suntikan penguat mulai 20 September mendatang, meskipun rencana tersebut masih memerlukan persetujuan dari FDA dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Di antara para ilmuwan di balik kesimpulan tersebut adalah Dr Marion Gruber, yang memimpin Kantor Penelitian dan Peninjauan Vaksin FDA, dan wakilnya, Dr Philip Krause.
Dr Gruber dan Dr Krause adalah dua dari sekelompok staf FDA yang tahun lalu menolak tekanan oleh pemerintahan Trump untuk mempercepat otorisasi vaksin Covid-19.
Selanjutnya, Dr Soumya Swaminathan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Ana-Maria Henao-Restrepo dan Dr Mike Ryan juga mengerjakan tinjauan tersebut.
WHO telah mendorong penundaan pemberian vaksin booster secara luas.
Pihaknya mengatakan bahwa akan lebih baik bagi masyarakat jika pemerintah fokus pada program vaksinasi kepada masyaraka yang belum mendapat suntikan, baik karena sentimen anti-vaksin di negara-negara dengan cadangan yang cukup, atau karena mereka tinggal di negara-negara dengan akses vaksin yang minim.
"Bahkan jika dengan suntikan booster pada akhirnya terbukti mengurangi risiko jangka menengah penyakit serius, persediaan vaksin saat ini dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa jika digunakan pada populasi yang sebelumnya tidak divaksinasi," tulis para penulis.
Di seluruh studi observasional yang dilakukan sejauh ini, vaksinasi rata-rata 95 persen efektif terhadap penyakit parah, termasuk terhadap varian yang lebih menular seperti delta, dan lebih dari 80 persen efektif untuk mencegah infeksi varian apa pun.
Bahkan di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, orang-orang yang tidak divaksinasilah yang mendorong penularan virus dan yang berisiko tinggi menjadi gejala parah.
(TribunTernate.com/Ron)