Berumur 107 Tahun, Nenek Kembar dari Jepang Dinyatakan sebagai Kembar Identik Tertua Di Dunia
Sepasang saudara perempuan kembar asal Jepang yang berusia 107 tahun dinyatakan oleh Guinness World Records sebagai kembar identik tertua di dunia.
TRIBUNTERNATE.COM - Pernah menyaksikan dua Perang Dunia, sepasang saudara perempuan kembar asal Jepang yang berusia 107 tahun adalah kembar identik tertua di dunia.
Hal ini dinyatakan oleh Guinness World Records dalam survei terbarunya per 1 September 2021.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Guinness World Records mengatakan bahwa Umeno Sumiyama dan Koume Kodama telah dikonfirmasi sebagai kembar identik tertua yang masih hidup (perempuan) dan kembar identik tertua yang pernah ada pada usia 107 tahun 300 hari terhitung pada 1 September 2021.
Sepasang wanita kembar tersebut saat ini tinggal terpisah, dan mereka diserahkan sertifikat catatan resmi oleh staf panti jompo.

Sebelumnya, rekor tersebut dipegang oleh saudara kembar Jepang lainnya yaitu Kin Narita dan Gin Kanie.
Mereka pernah mencapai usia 107 tahun dan 175 hari saat keduanya masih hidup.
Namun, Narita meninggal pada tahun 2000.
Sedangkan Kanie meninggal setahun kemudian.
Menurut catatan, Sumiyama dan Kodama lahir pada 5 November 1913 di Pulau Shodo, provinsi Kagawa Jepang.
Mereka lahir dalam keluarga besar dengan 13 anggota.
“Si kembar mudah bergaul dan positif dan hampir tidak khawatir tentang berbagai hal. Rupanya, Umeno lebih berkemauan keras, sedangkan Koume lebih lembut,” tulis pernyataan Guinness World Records seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Baca juga: Makna Buket Bunga Peraih Medali di Olimpiade Tokyo 2020, Simbol Kebangkitan Jepang dari Tsunami 2011
Baca juga: Bak Cerita di Sinetron, Sepasang Saudara Kembar Ini Tertukar saat Lahir, Terungkap 19 Tahun Kemudian
Dari catatan keluarga menunjukkan Umeno dan Koume hidup terpisah sejak usia muda.
Setelah sekolah dasar, Koume meninggalkan pulau kelahirannya untuk membantu pamannya.
"Umeno menikahi seseorang yang tinggal di Pulau Shodo, sementara Koume menikahi seseorang di luar pulau," lanjut pernyataan itu.
Selama Perang Dunia II, Umeno terpaksa mengosongkan rumahnya karena tempat perlindungan serangan udara dibangun di gunung di belakangnya, dan perangnya berakhir tak lama kemudian.
(TribunTernate.com/Qonitah)