Para Eks Pegawai KPK Alih Profesi, Pengamat: Mereka Sederhana, Mau Bekerja Apa pun Asalkan Halal
Beberapa di antara 57 eks pegawai KPK itu kini memilih untuk menggeluti profesi baru pasca dipecat oleh pimpinan KPK di bawah Firli Bahuri.
TRIBUNTERNATE.COM - Sebanyak 57 eks pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah diberhentikan karena tidak lulus asesmen tes wawasan kebangsaan (TWK) sebagai syarat alih status menjadi aparatur sipil negara (ASN) pada 30 September 2021 lalu.
Ini artinya, per 1 Oktober 2021, mereka tidak lagi bekerja di lembaga anti-rasuah tersebut.
Beberapa di antara 57 eks pegawai KPK itu kini memilih untuk menggeluti profesi baru pasca-purna tugas mereka.
Mereka mencoba mendapatkan penghasilan dengan beragam profesi, mulai dari berdagang makanan hingga lauk pauk, bertani, beternak, hingga menjadi kenek bangunan.
Herbert Nababan contohnya, mantan penyidik senior KPK itu kini banting stir membantu istri berjualan pakaian anak secara daring dan mulai merintis usaha ternak kambing.
Herbert yang bergabung dengan KPK melalui program Indonesia Memanggil (IM) 1 ini telah dipecat Firli Bahuri Cs per 30 September 2021 karena dianggap tidak memenuhi syarat (TMS) untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) melalui metode tes wawasan kebangsaan (TWK).
Cerita Herbert Nababan dibagikan oleh mantan penyelidik KPK Aulia Postiera di akun Twitter miliknya @paijodirajo.
"Sementara ini, menyibukkan membantu istrinya jualan online dan mulai merintis usaha ternak kambingnya," cuit Aulia, Rabu (13/10/2021). Aulia sudah mengizinkan cuitannya dinukil Tribunnews.com.
Aulia menuliskan, Herbert adalah seorang sarjana teknik, sarjana hukum, master hukum, dan sedang berencana melanjutkan program doktoral.
"Herbert adalah putra Batak, yang besar di Tanjungpinang. Didikan orang tuanya yang seorang pensiunan guru, membentuk dirinya menjadi seorang pembelajar sejati," kata Aulia.
Kata Aulia, Herbert merupakan salah seorang pegawai yang kaya pengalaman di KPK.
Baca juga: Pegawai KPK yang Dipecat Alih Profesi, Febri Diansyah: Jabatan Tak Sepenting Mempertahankan Prinsip
Baca juga: Kata Novel Baswedan soal Orang Dalam Azis Syamsuddin di KPK: Saya Tahu Betul Ada yang Ditutupi
Baca juga: TWK Diragukan setelah 57 Pegawai KPK akan Direkrut Jadi ASN Polri, KPK Justru Lempar Bola ke BKN

Herbert pernah menjadi fungsional Kedeputian Pencegahan, fungsional Direktorat Pengembangan Jaringan, dan dalam sembilan tahun terakhir menjadi penyidik KPK.
Sebagai penyidik, lanjut Aulia, Herbert sudah menangani banyak perkara korupsi dan pencucian uang.
"Sejak dinonaktifkan pimpinan KPK pada bulan Mei 2021 yang akhir dipecat pada 30 September 2021 lalu, saya intens berkomunikasi dengan Herbert untuk saling berkabar," tulisnya.
"Biasanya pagi hari, Herbert sibuk membantu istrinya untuk packing barang dagangan, kadang dia juga ikut mengantar pesanan," imbuh Aulia.
Menurut penuturan Aulia, sejak dua tahun terakhir, istri Herbert memutuskan berhenti bekerja dan memulai bisnis jualan pakaian dan kebutuhan anak-anak dari rumah.
Istrinya membuka toko daring di Tokopedia dengan nama Toko Tatan.
"Sesekali Herbert mengirimkan foto dan videonya sedang bersantai di kebon miliknya kepada saya. Saat ini, ia juga sedang belajar sambil merintis usaha ternak kambing kecil-kecilan," ujar Aulia.

"Herbert termasuk 1 dari 57 pegawai KPK yang dipecat pimpinan KPK dengan cara sewenang-wenang menggunakan propaganda tuduhan Taliban. Herbert adalah seorang Kristen. Ia bukan Taliban, Herbert itu Nababan," ia menekankan.
Di akhir cuitannya, Aulia menyebut bahwa pada Mei 2021, Herbert sedang menyidik perkara dugaan jual beli perkara yang melibatkan eks penyidik KPK AKP Stepanus Robin Pattuju dan mantan Wali Kota Tanjungbalai Muhamad Syahrial.
"Belum sempat dia membongkar siapa saja kelompok Robin serta 'atasan'nya, dia terlanjur nonaktif hingga akhirnya dipecat," tulis Aulia.
Siap jadi kenek bangunan
Sementara itu, Heryanto, seorang mantan pramusaji di KPK, sekarang dirinya sedang sibuk membantu pembangunan rumah orang tuanya.
Hal tersebut dilakukannya lantaran saat ini Heryanto beserta keluarga tempat tinggalnya masih mengontrak.
Karena itu, dia membantu bapaknya untuk membangun rumah agar tidak lagi tinggal mengontrak.
"Iya benar, tapi kernet bangunan untuk rumah sendiri, tepatnya punya orang tua untuk saya tinggali bersama orang tua dan keluarga saya," kata Heryanto, Selasa (12/9/2021).
Setelah pembangunan rumah selesai, Heryanto berencana mencari lowongan pekerjaan yang lain.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika ada tawaran untuk menjadi kernet bangunan, Heryanto akan mengambil.

"Tapi kalau ada yang nawarin jadi kernet bangunan saya juga mau kok," ujarnya.
Heryanto bekerja di KPK sejak 2009 sebagai cleaning service.
Kemudian pada 2011, ia diterima menjadi pramusaji/pramubhakti KPK dengan berstatus outsourcing.
"Dan di tahun 2014 saya diangkat menjadi pramubhakti/pramusaji PTT (pegawai tidak tetap) hingga akhirnya sekarang dibilang TMS (Tidak Memenuhi Syarat) setelah ikut TWK," ujarnya.
Baca juga: Jalani Pemeriksaan atas Kasus Tuduhan Bisnis Ivermectin, Moeldoko Dicecar 20 Pertanyaan
Baca juga: Kasus Pernikahan Dini Siswi SMP dengan Tokoh Agama di Maluku, KPAI Sebut telah Langgar Hak Anak
Baca juga: Soal Polemik Internal PDIP Banteng vs Celeng, Pengamat Politik: Konflik Bisa Pengaruhi Pemilih
Bertahan hidup dari rezeki halal
Pengamat komunikasi Politik Emrus Sihombing, turut menyoroti mantan pegawai KPK yang terjun ke dunia bisnis setelah dipecat karena tak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK).
Emrus mengatakan, keputusan yang diambil oleh para mantan pegawai KPK tersebut, karena ingin membangun persepsi publik kalau mereka bersedia bekerja apapun selama pekerjaan tersebut halal.
"Pola komunikasi yang disampaikan menurut saya tujuannya membangun persepsi di tengah publik, bahwa mereka orang yang sederhana mau bekerja dalam konteks kerja apapun selama itu halal," kata Emrus dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/10/2021).
Terlebih kata dia, ada salah satu mantan pegawai KPK yang menjual nasi goreng dengan gerobak di pinggir jalan yang merupakan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Baik itu nasi goreng pakai gerobak dan petani (bentuk bisnisnya)," tukasnya.
Diketahui, satu nama dari 57 mantan pegawai KPK yang memilih banting setir menjadi pebisnis kuliner yakni Juliandi Tigor Simanjuntak.
Eks punggawa lembaga antirasuah itu mengambil keputusan untuk berjualan nasi goreng rempah menggunakan gerobak.
Tribunnews pun mencoba mendatangi warung makan nasi goreng milik Tigor Simanjuntak yang terletak di Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat yang kedua kalinya, Selasa (12/10/2021) malam.
Letaknya yang berada di sisi jalan Raya Hankam, membuat warung nasi goreng Tigor dirasa tidak sulit untuk ditemukan oleh calon pelanggannya.
Tigor menjajakan dagangannya di gerobak stainless dengan bertuliskan 'Nasi Goreng KS Rempah' serta menyewa halaman ruko yang menurut pengakuannya merupakan milik kerabat.
Terpantau di lokasi, warung makan nasi goreng milik Tigor pada malam ini cukup ramai pelanggan. Tempat duduk yang disediakan terlihat penuh ditempati para pelanggannya.
Kepada Tribunnews.com, Tigor mengaku dalam mengawali bisnis nasi gorengnya ini dirinya menerapkan prinsip "hemat" budget.
Hal itu diketahui setelah mantan punggawa KPK tersebut mengaku kalau inventaris atau barang-barang yang berada di warungnya, seperti halnya bangku dan meja pelanggan, dibuat sendiri.
"Kalau meja sama bangku (pelanggan) bikin sendiri itu, minimalisir budget," kata Tigor sambil tertawa.
Lebih lanjut, konsep minimalisir budget itu juga diterapkan Tigor dalam memperoleh gerobak yang kini digunakannya.
Kata dia, gerobak full stainless steel dan kaca bertuliskan 'Nasi Goreng KS Rempah' itu dibelinya dari tangan pemilik pertama alias bekas.
Meski bekas, namun jika secara penampilan, gerobak milik Tigor masih layak untuk dapat mendukung bisnis nasi goreng rempahnya tersebut.
"Kalau ini gerobak, saya beli bekas, ya sama minim budget," katanya seraya menuangkan bumbu ke wajan panas.
Bahkan untuk bahan pokok sekalipun, Tigor juga memilih warung sembako yang memiliki harga jual lebih murah.
Padahal awal membuka usaha nasi goreng tersebut, kata dia, untuk berbelanja bahan pokok, Tigor kerap bolak-balik ke pasar tradisional.
"Awalnya saya belanjanya di pasar, tapi pas dapat warung sembako yang lengkap juga tapi lebih murah jadinya beli di situ (warung sembako yang tak disebutkan namanya)," tutup Tigor. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Eks Pegawai KPK Ternak Kambing hingga Siap Jadi Kernet Bangunan, Pengamat: Kerja Apapun Asal Halal