Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Anggota Komisi VI DPR RI: Harga Tes PCR Seharusnya Bisa Lebih Rendah daripada Sekarang Ini

Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, harga tes PCR seharusnya bisa lebih rendah dari yang sekarang diterapkan.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
ILUSTRASI TES PCR COVID-19 - Dalam foto: Petugas medis melakukan tes swab PCR kepada warga tiga RT di RW 03, yaitu RT 01, RT 02 dan RT 08 Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (14/6/2021). 

TRIBUNTERNATE.COM - Polemik harga tes Covid-19 Polymerase Chain Reaction (PCR) saat ini tengah menjadi sorotan publik.

Sebab, harga tes PCR dinilai masih terlalu mahal dan justru membebani masyarakat di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Rupanya harga tes PCR juga menjadi topik pembahasan yang cukup panas.

Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, harga tes PCR seharusnya bisa lebih rendah dari yang sekarang diterapkan.

Menurutnya, harga PCR bisa kurang dari Rp200 ribu.

Hal itu disampaikannya dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, Selasa (9/11/2021).

"Jadi intinya apa? Intinya PCR kita itu bisa di bawah Rp200 ribu. Harapan saya, harapan ini didengar oleh Menteri BUMN, Menteri Kesehatan dan juga pak Presiden dan seluruh rakyat Indonesia. Indonesia bisa harga PCR-nya di bawah Rp200 ribu. India bisa kenapa kita tidak," kata Andre.

Baca juga: Polemik Merek GoTo Milik Gojek dan Tokopedia, Pakar: Motif Gugatan Harus Dikaji secara Mendetail

Baca juga: Erick Thohir Diduga Terlibat Bisnis PCR: Didesak untuk Dicopot, Disebut Wajar kena Tuding

Baca juga: Kabar Luhut dan Erick Thohir Terlibat Bisnis PCR Bisa Berdampak Buruk pada Citra Pemerintahan Jokowi

Andre memepertanyakan harga tes PCR sedari awal yang dipatok hingga jutaan rupiah hingga akhirnya saat ini turun menjadi Rp275 ribu.

Menurutnya, dengan modal mesin PCR yang berkisar Rp250 juta dan kit yang tidak lebih dari Rp100 ribu, harga bisa lebih murah.

Dilanjutkan Andre, belakangan pabrikan mesin tidak lagi menjual mesin PCR melainkan hanya meminjamkan kepada lab.

Itu artinya pengeluaran sebesar Rp250 juta tidak lagi diharuskan sehingga tanpa modal.

"Sehingga cukup lab-lab kita itu beli kit-nya saja, menyediakan kit-nya saja, mesinnya nanti dipinjamkan secara gratis oleh pabrik. Jadi investasi Rp250 juta gak perlu-perlu amat ada opsi seperti itu sekarang," ujarnya.

Andre juga membongkar struktur harga per komponen kits PCR.

Menurutnya, berbagai komponen, seperti VTM, ekstraksi kits, hingga reagen, hanya membutuhkan total biaya Rp100 ribu.

"Kits itu apa? Pertama VTM-nya. VTM bahkan lokal sudah ada, Bapak, sudah produksi. Informasi yang saya dapatkan, di luar mesin ya, VTM itu harganya Rp10 ribu. Bisa didapat dengan harga Rp10 ribu," katanya.

"Kemudian kedua, ekstraksi kits ada 5 macam cairan itu. Kalau tidak salah harganya Rp25 ribu. Nah yang ketiga kits itu ada PCR kits, harga reagen Rp65 ribu. Kalau ditotal itu harganya Rp100 ribu," lanjutnya.

Atas dasar itu, Andre menjelaskan biaya kits PCR itu lalu ditambah dengan biaya jasa tenaga kesehatan (nakes) hingga operasional alat pelindung diri (APD) nakes sekitar Rp50 ribu hingga Rp70 ribu.

Dengan begitu, harga tes PCR bisa berada di bawah Rp200 ribu.

"Anggap lah modalnya Rp100 ribu untuk yang tadi PCR kit. (Biaya) nakes, APD, operasional untung berapa sih Rp50 ribu, Rp70 ribu masih di bawah Rp200 ribu. Iya sudah pakai margin (10%). Rp200 ribu lah maksimal pokoknya masih bisa di bawah Rp200 ribu," ucap Andre.

"India itu bisa Rp110 ribu, kenapa Indonesia bisa jual Rp2,5 juta, Rp1 juta, Rp1,5 juta," pungkasnya.

Baca juga: Bobby Nasution hingga Andika Perkasa, 4 Anak Mantu yang Populer di Lingkaran Kekuasaan

Baca juga: Kebijakan Terus Berubah, Ini Penjelasan Luhut: Kami Sangat Konsisten, yang Tak Konsisten Penyakitnya

Baca juga: Inggris Izinkan WNA yang Divaksin Sinovac, Sinopharm dan Covaxin Masuk Negaranya Tanpa Karantina

Penjelasan Direktur Utama Bio Farma tentang Struktur Harga Tes PCR

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengungkapkan struktur harga dari tes polymer chain reaction (PCR) Covid-19

Reagen yang diproduksi oleh Bio Farma tersebut harganya sebesar Rp90 ribu. 

Hal itu diungkapkannya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Selasa (9/11/2021). 

"Dari struktur cost yang terbesar itu adalah dari komponen reagen utamanya di mana kalau kita lihat dari proses biaya produksi dan bahan baku itu sudah 55 persen," ujarnya. 

Honesti menjelaskan komponen terbesar dalam struktur harga reagen tes PCR adalah biaya produksi dan bahan baku, yaitu 55 persen.

Namun, struktur harga bisa berbeda tergantung dari lab masing-masing, serta tergantung dari bisnis model yang dilakukan. 

Selain biaya produksi dan bahan baku, ada biaya operasional 16 persen, biaya distribusi 14 persen, royalti 5 persen, margin atau keuntungan 10 persen. 

"Ini adalah struktur cost yang dilakukan, kami ambil contohnya dari lab diagnostik yang ada di Bio Farma sendiri. Tapi mungkin nanti dari Kimia Farma dan Indofarma yang mereka memiliki lab yang jauh lebih besar mungkin juga akan memberikan gambaran yang sedikit berbeda," ujarnya. 

Berdasarkan komponen tersebut harga publish di luar pajak pertambahan nilai (PPN), reagen PCR yang diproduksi Bio Farma yakni Rp90 ribu. Kemudian harga e-katalog di luar PPN dan masih dalam proses pengajuan yakni sebesar Rp81 ribu.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Andre Rosiade Bongkar Modal Tes PCR di Bawah Rp 200 Ribu

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dirut Bio Farma Jelaskan Struktur Harga Tes PCR

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved