Varian Baru Covid-19 'Botswana' yang Bawa Jumlah Mutasi Sangat Tinggi Telah Terdeteksi di Hongkong
Hongkong telah mendeteksi varian virus corona baru 'Botswana' diidentifikasi yang menyebar di Afrika Selatan.
TRIBUNTERNATE.COM - Hongkong telah mendeteksi varian virus corona baru 'Botswana' diidentifikasi yang menyebar di Afrika Selatan dan telah mendorong Inggris untuk melarang penerbangan dari beberapa negara Afrika.
Menurut siaran publik Hongkong RTHK, Varian baru yang diberi kode B.1.1.529 ini, ditemukan pada dua pria yang dikarantina secara terpisah di Regal Airport Hotel di Chek Lap Kok, Hongkong.
Pusat Perlindungan Kesehatan (CHP) Hongkong, mengkonfirmasi bahwa varian baru itu dibawa oleh seorang pria yang terbang dari Afrika Selatan pada 11 November.
Dia dinyatakan positif terkena virus corona dua hari kemudian.
Pasien yang berusia 36 tahun ini kemudian diduga menularkan virus ke pria lain yang menginap di kamar sebelah hotel.
Sementara itu, pria kedua yang berusia 62 tahun datang dari Kanada.
Melansir The Strait Times, CHP mengatakan bahwa penyelidikan terbaru ke dalam dua kasus menunjukkan bahwa mereka memiliki urutan genetik yang sangat mirip, menambahkan bahwa virus yang mereka bawa adalah varian B.1.1.529.
Namu, informasi ilmiah tentang garis keturunan varian ini masih kurang.
Varian ini diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai 'varian dalam pemantauan'.
Baca juga: Lisa BLACKPINK Dinyatakan Positif Covid-19, Tiga Member Lainnya Masih Menunggu Hasil PCR
Baca juga: Vaksin Hanya Kurangi Penularan Varian Delta 40%, WHO Tegaskan Masyarakat Harus Tetap Jaga Prokes
Pasien pertama diketahui mengenakan masker yang dapat digunakan kembali dengan katup udara.
Hasil penyelidikan lebih lanjut oleh ahli mikrobiologi Universitas Hong Kong Yuen Kwok Yung menemukan bahwa masker itu telah berkontribusi pada penyebaran virus melalui transmisi udara ke orang kedua.
Menyusul deteksi dua kasus, 12 orang yang tinggal di tiga kamar dekat kedua pria itu selama 11 hingga 14 November telah dibawa ke Pusat Karantina Penny's Bay untuk menjalani karantina wajib selama 14 hari.
Namun, tidak ada infeksi terkait yang terdeteksi sejauh ini.
Varian baru ini diketahui mendorong lonjakan infeksi Covid-19 baru di Afrika Selatan.
Menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan, sejauh ini, 22 kasus positif telah diidentifikasi di Afrika Selatan.
Kementerian Kesehatan Botswana juga mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa empat kasus varian baru terdeteksi pada orang yang semuanya divaksinasi lengkap.
Pihak berwenang Inggris mengatakan bahwa varian baru memiliki protein lonjakan yang secara dramatis berbeda dengan yang ada pada virus corona asli.
"Ini adalah varian paling signifikan yang kami temui hingga saat ini dan penelitian mendesak sedang dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang penularan, tingkat keparahan, dan kerentanannya terhadap vaksin," kata kepala eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris Jenny Harries.
Varian Botswana berpotensi lebih buruk dari Delta
Virus corona varian baru 'Botswana' yang membawa jumlah mutasi sangat tinggi berpotensi menimbulkan gelombang penyakit karena menghindari pertahanan tubuh.
Dilansir The Guardian, Rabu (24/11/2021), varian tersebut adalah B.1.1.529 yang teridentifikasi pada 10 kasus di tiga negara.
Meski baru terkonfirmasi 10 kasus, tapi varian tersebut telah memicu kekhawatiran serius di antara beberapa peneliti karena sejumlah mutasi dapat membantu virus menghindari kekebalan.

Melansir Kompas.com, varian B.1.1.529 memiliki 32 mutasi pada spike protein, bagian dari virus yang digunakan sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan Covid.
Mutasi pada spike protein dapat memengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel dan menyebar, tetapi juga mempersulit sel kekebalan untuk menyerang patogen.
Baca juga: Menkes Tegaskan Vaksin Covid-19 Masih Efektif Atasi Varian Delta dan Turunannya: Kekebalan Cukup
Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer Capai Efikasi 100 Persen untuk Remaja Usia 12-15 Tahun
Varian ini pertama kali terlihat di Botswana, sebuah negara di Afrika Bagian Selatan.
Tiga kasus di sana telah diurutkan.
Sementara itu menurut Direktur Institut Genetika UCL Prof Francois Balloux, sejumlah besar mutasi pada varian corona tampaknya terakumulasi dalam "ledakan tunggal".
Hal itu menunjukkan bahwa mungkin varian tersebut telah berkembang selama infeksi kronis pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah, misalnya pasien HIV/AIDS yang tidak diobati.
“Sulit untuk memprediksi seberapa menularnya pada tahap ini. Untuk saat ini harus dipantau dan dianalisis dengan cermat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat," katanya.
Melansir Mirror, Rabu (24/11/2021) seorang ahli virologi di Imperial College London Tom Peacock menggambarkan kombinasi mutasi varian itu sebagai "mengerikan".
Tom menambahkan bahwa varian itu berpotensi menjadi lebih buruk daripada varian lainnya termasuk varian Delta yang sekarang dominan, yang diketahui memiliki 16 mutasi.
(TribunTernate.com/Qonitah)