Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Kreator AstraZeneca Sarah Gilbert Sebut Pandemi Covid-19 Belum Usai dan Mungkin akan Lebih Mematikan

"Yang benar adalah [pandemi] yang berikutnya bisa lebih buruk. Itu bisa lebih menular atau lebih mematikan atau malah keduanya," kata Sarah Gilbert.

Christof STACHE/AFP
ILUSTRASI Pandemi Covid-19 di dunia - Kreator AstraZeneca Sarah Gilbert menyebut bahwa pandemi Covid-19 masih belum usai dan pandemi berikutnya mungkin akan lebih mematikan. 

TRIBUNTERNATE.COM - Pembuat vaksin Oxford/AstraZeneca mengatakan bahwa pandemi virus corona yang telah menewaskan lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia masih jauh dari selesai.

Bahkan, Prof Dame Sarah Gilbert mengatakan bahwa pandemi berikutnya bisa jauh lebih mematikan.

Peringatan tersebut dikatakan Sarah Gilbert mengingat ancaman dari virus corona varian Omicron yang dengan cepat bermutasi kini telah terdeteksi di lebih dari 30 negara di dunia.

Mengutip The Guardian, varian baru Covid-19 ini menyebar dengan cukup cepat di Inggris.

Aturan perjalanan baru di Inggris yang baru mulai berlaku pada Selasa (7/12/2021) pun dinilai terlambat dalam mencegah potensi gelombang infeksi.

Pada Minggu (5/12/2021), Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah melaporkan 86 kasus Omicron baru, sehingga total kasus yang diidentifikasi sejauh ini menjadi 246.

Dalam kuliah Richard Dimbleby ke-44, Sarah Gilbert menyatakan bahwa terlepas dari sifat destruktif pandemi dua tahun lalu yang telah menginfeksi lebih dari 265 juta orang, pandemi berikutnya mungkin akan lebih menular dan bahkan mengorbankan lebih banyak nyawa.

"Ini bukan kali terakhir virus mengancam hidup dan mata pencaharian kita," kata Gilbert.

"Yang benar adalah [pandemi] yang berikutnya bisa lebih buruk. Itu bisa lebih menular atau lebih mematikan atau malah keduanya," imbuhnya.

Baca juga: 7 Artis Ini Meninggal Terinfeksi Covid-19 di Tahun 2021: Jane Shalimar hingga Rina Gunawan

Baca juga: Ahli Perkirakan Kasus Covid-19 di Afrika Selatan Bakal Naik 3 Kali Lipat karena Varian Omicron

Lebih lanjut, Gilbert mengatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan yang dibuat dan diperoleh dalam penelitian selama memerangi virus corona tidak boleh hilang.

“Kita tidak bisa membiarkan situasi di mana kita telah melalui semuanya dan kemudian menyadari bahwa kita mengalami kerugian ekonomi yang sangat besar, dan itu berarti bahwa kita masih belum memiliki dana untuk kesiapsiagaan pandemi,” katanya.

“Sama seperti kita berinvestasi dalam angkatan bersenjata dan intelijen dan diplomasi untuk bertahan melawan perang, kita harus berinvestasi pada orang, penelitian, manufaktur, dan institusi untuk bertahan melawan pandemi,” lanjutnya.

Menurut Gilbert, varian baru mengandung mutasi yang sudah diketahui bisa meningkatkan penularan virus dan antibodi yang diinduksi oleh vaksinasi atau infeksi sebelumnya mungkin kurang efektif dalam mencegah varian Omicron.

Namun ia juga mengatakan, pengurangan perlindungan terhadap infeksi “bukan berarti pengurangan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian”.

“Sampai kita bisa tahu lebih banyak [informasi mengenai Omicron], kita harus berhati-hati, dan mengambil langkah untuk memperlambat penyebaran varian baru ini,” terang Gilbert.

Sebagian Besar Kasus Omicron Terjadi pada Orang yang Sudah Vaksinasi Covid-19 Dosis Lengkap

Pejabat Kesehatan Inggris menyatakan bahwa lebih dari setengah, dari total orang yang terkena virus corona varian Omicron di Inggris, telah mendapatkan vaksinasi dosis penuh.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan, terdapat 75 kasus lanjutan varian Omicron yang telah diidentifikasi di Inggris pada Jumat (3/12/2021).

Angka tersebut menambah jumlah total kasus Omicron yang dikonfirmasi di Inggris menjadi 104 dan 134 kasus di United Kingdom (UK).

Pada Jumat (3/12/2021), 16 kasus Omicron juga ditemukan di Skotlandia dalam kurun waktu 24 jam, meningkat lima kali lipat dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Beberapa kasus tersebut pun berkaitan dengan konser Steps yang digelar di Glasgow pada 11 sebelumnya.

Wales, negara bagian di Britania Raya juga telah melaporkan kasus pertama varian Omicron mereka pada Jumat (3/12/2021).

Peningkatan tajam kasus Omicron di Inggris dinilai sebagai penilaian risiko baru oleh UKHSA, di mana varian baru ini bisa menularkan virus dengan cepat dan berhasil.

Analisis lainnya yang dilakukan oleh agensi menyatakan bahwa dari 22 kasus Omicron pertama di Inggris, lebih dari setengahnya terjadi pada mereka yang sudah divaksinasi dosis penuh.

Diketahui, 12 dari 22 orang tersebut terinfeksi Omicron setelah lebih dari 14 hari menerima vaksin Covid-19 dosis kedua mereka.

Dua orang di antaranya terinfeksi 28 hari setelah mereka mendapatkan vaksin dosis pertamanya.

Sementara, enam orang lainnya belum divaksinasi dan dua orang sisanya tidak memiliki data tentang riwayat vaksinasi.

Namun, tidak ada satu pun dari kasus tersebut yang diketahui menjalani rawat inap di rumah sakit ataupun meninggal.

Baca juga: Pemerintah Batal Terapkan PPKM Level 3 saat Libur Nataru, Berikut Aturan Baru yang akan Diterapkan

Baca juga: Polri Pastikan Tak Ada Penyekatan Selama PPKM Level 3 Nasional di Momen Libur Nataru

Akan tetapi, UKHSA mengatakan bahwa sebagian besar kasus memiliki tanggal spesimen yang sangat baru dan ada jeda antara timbulnya infeksi, rawat inap, dan kematian.

UKHSA juga telah mengeluarkan peringatan "merah" tertinggi terhadap varian baru ini karena kemampuan teoritisnya yang berdasarkan mutasinya, kemampuannya menghindari vaksin dan kekebalan yang didapat secara alami.

Hal ini juga memberi peringatan bahwa varian tersebut bisa juga mengurangi efektivitas perawatan antibodi monoklonal.

Namun demikian, tingkat kepercayaan UKHSA pada peringatan tersebut masih rendah, karena para pejabat masih kekurangan data definitif kunci tentang varian Omicron ini.

"Berkat tingkat cakupan vaksin yang sangat tinggi, kami telah memiliki dinding pertahanaan yang kuat terhadap Covid-19 ketika sebuah varian baru muncul," kata Dr Jenny Harries, Kepala Eksekutif UKHSA, dikutip dari The Guardian.

"Kami bekerja secepat mungkin untuk mengumpulkan lebih banyak bukti tentang dampak apa pun yang mungkin dimiliki oleh varian baru ini, entah itu pada tingkat keparahan penyakit atau efektivitas vaksin."

"Selama kami belum memiliki bukti, kami harus berhati-hati dalam mengambil kesimpulan tentang risiko signifikan apa pun yang akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat," imbunya.

Dr Harries juga mengatakan bahwa pihaknya mencurigai penularan Omicron tidak lagi hanya berasal dari pelaku perjalanan, tetapi juga sudah ditularkan melalui komunitas-komunitas kecil.

(TribunTernate.com/Ron)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved