Akibat Perubahan Iklim, Tahun 2022 Diperkirakan akan Menjadi Tahun Terpanas di Bumi
Menurut The Met Office Inggris, suhu rata-rata global diperkirakan akan 1,09 derajat celcius lebih tinggi pada level pra-industri.
TRIBUNTERNATE.COM - Dunia diperkirakan akan mengalami salah satu tahun terpanas di tahun 2022.
Menurut The Met Office, sebuah layanan cuaca nasional di Inggris, suhu rata-rata global diperkirakan akan 1,09 derajat celcius lebih tinggi pada level pra-industri.
Dalam pernyataannya, The Met Office juga menekankan kekhawatiran tentang perlunya mengatasi perubahan iklim yang makin ekstrem.
Mengutip The Straits Times, seorang ilmuwan iklim mengatakan bahwa suhu global akan terus meningkat tanpa adanya pengurangan drastis emisi gas rumah kaca.
Sebab, gas tersebut akan menyebabkan munculnya fenomena seperti gelombang panas yang berlangsung lebih sering.
Selain itu, tanpa pengurangan emisi gas rumah kaca, kemungkinan akan ada lebih banyak orang yang meninggal dunia hingga produksi pangan yang rusak.
Baca juga: Joe Biden Sebut Badai Tornado Kentucky yang Terbesar dalam Sejarah AS, Dampak Perubahan Iklim?
Baca juga: Akibat Krisis Iklim, Dunia Kini Hadapi Ancaman Gelombang Panas yang Tak Tertahankan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, hasil panen global bisa turun sekitar 30 persen karena perubahan iklim.
Padahal, permintaan pangan justru diperkirakan akan melonjak sebanyak 50 persen dalam beberapa dekade mendatang.

Doug Smith, seorang ahli dari Met Office mengatakan dalam sebuah prediksi iklim, rangkaian kenaikan suhu rata-rata yang terjadi sejak tahun 2015 bisa menutup variasi suhu yang cukup besar di seluruh dunia.
Ia juga mengatakan bahwa daerah-daerah kutub yang seharusnya dingin, kini telah menghangat hingga membuat bongkahan es di sana mencair.
Jika bongkahan-bongkahan es tersebut mencair, maka itu akan berdampak pada naiknya permukaan air laut dan membuat negara-negara yang letaknya lebih rendah akan tenggelam.
"Beberapa lokasi seperti Arktika (Kutub Utara Bumi) telah menghangat beberapa derajat sejak masa pra-industri," kata Doug Smith.
Baca juga: BBKSDA Jabar: Ratusan Burung Pipit Mati di Balai Kota Cirebon Disebabkan oleh Perubahan Cuaca
Baca juga: Perubahan Iklim Picu Lonjakan Kematian Akibat Sambaran Petir di India, 2.500 Orang Mati Setiap Tahun
Diskusi tentang iklim yang dilakukan PBB baru-baru ini di Glasgow juga telah mencoba menjaga harapan agar manusia tetap hidup dan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celcius di atas periode pra-industri.
Diskusi yang dihadiri oleh pemimpin-pemimpin dunia itu pun berhasil mencapai beberapa kesepakatan tentang perdagangan metana dan karbon.
Namun, harapan akan pernyataan yang jelas untuk menghapus batubara secara bertahap telah pupus dengan janji-janji yang dipermudah.
The Met Office mengatakan, suhu tahun 2022 akan bisa sedikit ditekan karena adanya pengaruh dari pola cuaca La Nina di Pasifik.
Musim dingin yang lebih dingin di wilayah tersebut bisa meningkatkan selera gas alam cair (LNG) di Asia sebagai pembeli bahan bakar terbesar di dunia.
(TribunTernate.com/Ron)