Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Gunung Semeru Meletus

Tak Hanya Trauma Erupsi Susulan, Para Pengungsi Gunung Semeru Juga Takut Adanya Pelaku Kejahatan

Meski sudah lewat tiga pekan pasca Erupsi Gunung Semeru, namun para pengungsi masih dihantui rasa takut dan mengalami trauma.

Juni Kriswanto / AFP
Seorang warga mengevakuasi rumahnya yang rusak di desa Curah Kobokan di Lumajang pada 8 Desember 2021, setelah letusan gunung Semeru yang menewaskan sedikitnya 34 orang. 

"Kasihan mereka di-PHP beberapa kali, membuat malas datang. Ada baiknya selanjutnya kegiatan trauma healing dengan jemput bola, menyisir warga yang mengungsi di rumah kerabat," pinta Fafa.

Kepala Kantor Wilayah III PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iriska Dewayani didampingi Kasubid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang Amni Najmi berdialog dengan beberapa warga terdampak Erupsi Semeru yang tinggal sementara di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah Lumajang, Jawa Timur pada Senin (13/12).
Kepala Kantor Wilayah III PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iriska Dewayani didampingi Kasubid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang Amni Najmi berdialog dengan beberapa warga terdampak Erupsi Semeru yang tinggal sementara di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah Lumajang, Jawa Timur pada Senin (13/12). (IST/HO)

Merespons demikian, Direktur Eksekutif Indonesia Care, Lukman Azis yang hadir sebagai salah satu narasumber dalam webinar tersebut berharap agar kegiatan psikososial dilakukan secara suistanable dan tidak berganti-ganti personel.

"Hal ini bertujuan membangun kedekatan para relawan pendamping dengan penyintas. Dilakukan juga dalam jangka panjang. Tidak hit and run," harap Lukman.

Mantan jurnalis yang juga mantan relawan kemanusiaan di Rohingya, gempa Palu, Lombok dan banjir bandang Lebak itu menilai penderitaan sesungguhnya para penyintas bukan saat tanggap darurat.

"Tapi justru saat para relawan sudah pulang, tak ada lagi wartawan yang memberitakan. Tak ada bantuan logistik mengalir. Suasana kembali sepi. Rasa kehilangan dan kesedihan sesungguhnya barulah sangat terasa," ungkapnya.

Pihak perguruan tinggi, lanjut Lukman, harus mulai memikirkan mengambil alih momentum ini dengan menerjunkan mahasiswa-mahasiswa psikologinya untuk membersamai.

"Minimal tiga bulan di lokasi bencana. Kalau perlu pengabdian hingga satu tahun seperti kedokteran," usul Lukman.

Baca juga: Kisah Rumini Korban Erupsi Gunung Semeru Diilustrasikan, Ini Pesan yang Disampaikan Sang Ilustrator

Baca juga: Gunung Semeru Meletus, Kepala BNPB Janji Bangun Kembali Rumah Warga Terdampak dan Beri Dana Tunggu

Founder Rumah Polymath yang juga Guru Besar Psikologi UIN Jakarta, Prof Achmad Syahid menekankan agar menjadikan momentum ini sebagai peluang bagi mahasiswa psikologi untuk berbuat bagi masyarakat korban bencana.

"Temuan yang disampaikan narasumber lapangan (dalam webbinar) ini, bisa menjadi bahan rujukan untuk membuat sebuah rumusan program lanjutan," imbuhnya.

Narasumber lain dalam diskusi tersebut di antaranya dua relawan psikososial dari Brigade Relawan Nusantara yang juga mahasiswa Psikologi UIN Jakarta, Aprilia Saraswati dan Angelia Pratama Kennedy.

Keduanya menceritakan pengalaman terjun ke pengungsian Semeru dan membeberkan sejumlah temuan lapangan.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Para Pengungsi Masih Trauma, Tak Hanya Khawatir Erupsi Susulan Tapi Juga Takut Pelaku Kejahatan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved