Kecelakaan China Eastern Airlines
Pilot China Eastern Airlines Tak Merespon Panggilan ATC setelah Pesawat Menukik Tajam
Menurut data Flightradar24, pesawat Boeing 737-800 tersebut melesat di udara dengan kecepatan lebih dari 966 km/jam, dan kadang melebihi 1.125 km/jam.
TRIBUNTERNATE.COM - Pihak berwenang China mengungkapkan bahwa pilot pesawat China Eastern Airlines tidak merespon panggilan dari pengontrol lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC) setelah pesawat menukik tajam, sebelum terjatuh.
Menurut laporan Bloomberg News, pesawat itu melaju mendekati kecepatan suara sesaat sebelum menghantam lereng bukit.
Dalam konferensi pers Selasa (22/3/2022), penyelidik tidak memberikan gambaran besar mengapa pesawat Boeing 737-800 yang membawa 132 orang tersebut jatuh di dekat Wuzhou di selatan China.
Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa terlalu dini untuk menarik kesimpulan yang jelas tentang penyebabnya.
Dalam konferensi pers, juga dinyatakan bahwa semua 123 penumpang dan sembilan awak diduga tewas.
Medan yang berat dan kondisi pesawat, yang jatuh dari ketinggian sekitar 8.840 meter, membuat pencarian menjadi sulit.
Baca juga: Pasca-Kecelakaan Pesawat China Eastern Airlines, Boeing 737-800 NG di Indonesia Masih Beroperasi
Baca juga: Spekulasi Tim Penyelamat China Eastern AIrlines: Intensitas Kobaran Api Bakar Penumpang & Barangnya
Baca juga: Deretan Kecelakaan yang Libatkan Pesawat Boeing 737-800, Terbaru Insiden China Eastern Airlines
Pasca-kecelakaan ini, maskapai China Eastern Airlines mengandangkan armada Boeing 737-800-nya.
Kemudian, ribuan penerbangan domestik dibatalkan pada hari Selasa lalu di seluruh penjuru China.
Hal ini karena pemerintah China telah memerintahkan tinjauan keamanan selama dua minggu.
Akan tetapi, dampak seperti itu dapat memperumit tugas penyelidik karena dapat menghilangkan bukti dan, dalam kasus yang jarang terjadi, merusak data pesawat dan perekam suara yang dirancang sebagiannya untuk menahan sebagian besar kecelakaan.
Menurut data dari Flightradar24, pesawat Boeing 737-800 tersebut melesat di udara dengan kecepatan lebih dari 966 km/jam, dan beberapa kali kecepatannya mungkin melebihi 1.125 km/jam.
Baca juga: Boeing 737 China Eastern Airlines yang Jatuh Disebut Sebagai Pesawat Teraman yang Pernah Dibuat
Baca juga: Pakar Pelajari Video Amatir Jatuhnya Pesawat China Eastern Airlines dalam Posisi Hampir Vertikal
Dikutip dari The Straits Times, seorang pejabat Administrasi Penerbangan Sipil China, Zhu Tao, mengatakan pada konferensi pers bahwa ATC telah mencoba beberapa kali untuk menghubungi pilot pesawat China Eastern Airlines setelah pesawat menukik, tetapi tidak menerima tanggapan atas panggilan mereka.
Pesawat menghilang dari layar radar pada pukul 14:23 waktu setempat, tiga menit setelah mulai mengalami penurunan dengan tajam.
Zhu Tao juga menyampaikan, pada akhir hari pertama pencarian di antara puing-puing pesawat, tidak ada korban selamat yang ditemukan.
Berdasarkan informasi saat ini, pemerintah China belum dapat membuat penilaian yang jelas tentang penyebab kecelakaan.
Penyelidikan yang sedang berlangsung akan sulit karena pesawat telah hancur dan medan berbukit serta sulit di daerah pencarian.

Menurut laporan kantor berita Xinhua, kotak hitam pesawat China Eastern Airlines belum ditemukan.
Tim akan terus mengumpulkan bukti untuk mengetahui dengan pasti penyebab pesawat itu terjatuh.
Sementara itu, menurut laporan South China Morning Post, pihak China Eastern Airlines mengatakan, pesawat Boeing 737 itu memenuhi standar kelaikan udara sebelum lepas landas, dan kondisi teknisnya stabil.
Selain itu, kesembilan awak pesawat diketahui adalah orang-orang yang berpengalaman dan dalam kondisi sehat.
Akibat kejadian ini, Administrasi Penerbangan Sipil China memerintahkan penilaian keamanan selama dua minggu lebih diperketat.
Penilaian keamanan tersebut mencakup biro kontrol lalu lintas udara, maskapai penerbangan, bandara dan organisasi pelatihan penerbangan.
Pada saat yang sama, China Eastern Airlines juga meningkatkan persyaratan awak kokpit, setidaknya pada beberapa jenis pesawat.
Dua kapten senior, dengan seorang instruktur sebagai pemimpin, dan satu co-pilot senior ke depannya diperlukan untuk redundansi keselamatan.
Atau, dua instruktur penerbangan, satu menjadi kapten, dapat bekerja dengan kopilot senior.
Diketahui, menurut laporan dari The Sun, kru yang terlibat dalam kecelakaan pesawat China Eastern Airlines pada Senin lalu, terdiri atas seorang pilot, seorang co-pilot, dan seorang pilot trainee yang duduk di kursi tambahan.
(TribunTernate.com/Qonitah)