Morotai
Agar Dihargai Rp10 Ribu Kg, Nelayan di Morotai Jaga Rumput Laut dari Sampah
Galo-galo adalah desa penghasil Ikan Garam (Asin). Selain ikan garam masyarakat di pulau ini juga membudidayakan rumput laut.
Penulis: Fizri Nurdin | Editor: Mufrid Tawary
TRIBUNTERNATE.COM- Galo-galo merupakan salah satu Desa di Pulau Morotai sebagai penghasil Ikan Garam (Asin).
Selain ikan garam masyarakat di pulau ini juga membudidayakan rumput laut sebagai mata pencaharian.
Desa Galo-galo juga dikenal dengan destinasi wisata bawah laut yang tak kalah menarik.
Maka tak heran jika pulau satu ini banyak dikunjungi wisatawan lokal bahkan Mancanegara.
Untuk sampai ke Desa Galo-galo harus menyeberang menggunakan Ketinting.
Jaraknya yang ditempuh dari Ibu kota Kabupaten Pulau Morotai sekitar 30 menit.
Menariknya, selama perjalanan para pengunjung akan menikmati suguhan pulau pulau kecil nan indah.
Desa Galo-galo sebagian besar masyarakat bermata pencaharian adalah nelayan dan budidaya rumput laut.
Sumber daya kelautan ini betul-betul dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat setempat.
Baik itu laki-laki maupun perempuan.
Baca juga: Harga Cabai dan Tomat di Pasar Rakyat Gotalamo Morotai Kembali Normal
Baca juga: Pendeta Gereja Getsemani Morotai Maknai Hari Paskah Sebagai Kebangkitan Iman Umat Kristiani
Mulkan (33) salah seoarang warga setempat, kepada Tribunternate.com pada Sabtu, (16/4/2022) mengatakan, produksi rumput Laut di Desa Galo-galo sudah sejak dulu.
Kegiatan di bidang produksi rumput laut adalah mata pencaharian bagi masyarakat di situ selain sebagai nelayan.
"Sebagian besar selain jadi nelayan juga sebagai petani rumput laut. Rumput laut di produksi dari awal pembibitan sampai waktu panen kurang lebih memakan waktu 40 hari,"kata Mulkam.

"Setelah dipanen ada sebagian dibuat pembibitan kembali dengan di jemur. Sekitar tiga hari dikeringkan. Setelah itu langsung dijual ke penampung. Dalam sekilo di hargai Rp 10 ribu,"sambungnya.
Cara pemeliharaan rumput laut sendiri menurut Mulkan, mudah sekali.