Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Hampir Seluruh Negara Eropa Telah Cabut Pembatasan Covid-19 dan Lepas Masker, Indonesia Kapan?

Beberapa negara Eropa telah mencabut langkah-langkah pembatasan Covid-19 sepenuhnya, Indonesia kapan?

Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Muchlis Jr
Ilustrasi Covid-19 di Indonesia. 

TRIBUNTERNATE.COM - Beberapa negara Eropa telah mencabut langkah-langkah pembatasan Covid-19 sepenuhnya, dan hanya mempertahankan langkah-langkah dasar seperti persyaratan penggunaan masker di transportasi umum seperti yang tetap ada di negara lain.

Sejak awal tahun 2020, ketika pandemi dimulai, banyak orang telah dirawat di rumah sakit di berbagai negara  di Eropa, dan tak sedikit pula yang meninggal dunia dalam waktu singkat akibat Covid-19.

Negara-negara Eropa pun mengambil tindakan serius, termasuk jam malam, kewajiban menggunakan masker, kerja jarak jauh, dan penutupan toko, kecuali yang menjual kebutuhan pokok.

Tahun lalu, upaya vaksinasi berlanjut dengan cepat di seluruh Eropa dan langkah-langkah pembatasan mulai dilonggarkan secara bertahap.

Banyak negara telah melonggarkan pembatasan karena rawat inap dan kematian terkait Covid-19 terus menurun.

Baca juga: Virus Corona Varian Omicron Dapat Bertahan hingga 8 Hari pada Permukaan Plastik

Baca juga: Marcus Gideon Alami Tulang Tumbuh di Ankle, Dokter Jelaskan Mengapa Harus Dioperasi

Baca juga: Bertindak Tegas, Kemkominfo akan Putus Akses 11 Aplikasi yang Diduga Curi Data Pengguna

Dilansir Anadolu Agency, pembatasan Covid-19 seperti karantina, kewajiban menggunakan masker, dan pembatasan perjalanan telah dihapus di Inggris.

Semua pembatasan, termasuk persyaratan penumpang yang tidak divaksinasi memiliki hasil tes negatif, dicabut pada 18 Maret.

Sementara itu, Pemerintah Belanda mencabut semua pembatasan pandemi pada 23 Maret 2022 lalu.

Pemerintah Belanda mengatakan virus itu tidak lagi menjadi ancaman besar.

Belanda mengumumkan bahwa negaranya telah membatalkan pembatasan terkait Covid-19.
Belanda mengumumkan bahwa negaranya telah membatalkan pembatasan terkait Covid-19. (AFP)

Aturan kewajiban menggunakan masker, termasuk transportasi umum dan pesawat, juga telah dihapus.

Untuk warga negara Uni Eropa yang bepergian ke Belanda dari dan di luar negara Uni Eropa, persyaratan untuk menunjukkan hasil tes negatif, pemulihan, atau sertifikat vaksinasi telah ditiadakan.

Kemudian, mulai 14 Maret 2022 lalu, persyaratan penggunaan masker dan aplikasi kartu vaksinasi Covid-19 di area tertutup di luar transportasi umum dan pusat kesehatan dicabut di Prancis.

Tidak ada tindakan yang diterapkan di negara ini, kecuali persyaratan masker di kendaraan umum dan pusat kesehatan

Selanjutnya, pada awal Maret 2022, Belgia menghapus kewajiban memakai masker, kecuali kendaraan umum seperti bus dan kereta api, serta institusi kesehatan.

Sistem sertifikat yang digunakan untuk memasuki area tertutup juga telah dihapus.

Lalu, langkah-langkah pembatasan Covid-19 di Jerman telah dilonggarkan mulai bulan Maret.

Kewajiban menggunakan masker telah dicabut, kecuali di fasilitas seperti rumah sakit, panti jompo, dan kendaraan umum.

Ilustrasi pandemi Covid-19 di Prancis.
Ilustrasi pandemi Covid-19 di Prancis. (AFP)

Tidak ada batasan penonton dalam pertandingan bioskop, teater, dan liga di Jerman.

Sementara itu, dengan penghapusan sebagian kewajiban masker di area tertutup pada 20 April, proses pelonggaran tindakan sebagian besar telah selesai di Spanyol.

Di dalam negeri, kewajiban menggunakan masker di semua area tertutup kecuali rumah sakit, apotek, transportasi umum, dan panti jompo telah berakhir.

Pemerintah Spanyol, yang memperlakukan Covid-19 sebagai flu, dan telah mencabut karantina pada Februari lalu.

Negara ini telah memvaksinasi 92 % populasi di atas usia 12 tahun.

Selanjutnya, Italia adalah negara pertama dan paling parah terkena dampak pandemi Covid-19 di Eropa.

Langkah-langkah itu diperlunak pada 1 April, meskipun jumlah kasus tetap tinggi.

Kapan Indonesia akan perlakukan Covid-19 sebagai endemi?

Transisi endemi adalah suatu proses dimana periode dari pandemi menuju ke arah endemi dengan sejumlah indikator, seperti laju penularan virus, angka positivity rate, tingkat perawatan rumah sakit, hingga angka kematian.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban menyampaikan, endemi tidak mengartikan situasi tidak ada infeksi corona sama sekali.

“Bukan berarti juga kita enggak berpikir tentang Covid-19 lagi."

"Penyakit ini tetap ada. Statis. Tak terlalu meningkat, tak terlalu turun, dan tak ada lonjakan besar yang tak terduga seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelas Zubairi seperti dikutip Kompas.com, Rabu (23/3/2022).

ILUSTRASI Covid-19 di Indonesia membaik. - Dalam foto: Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di ruang isolasi Covid-19 di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa, (18/5/2021).
ILUSTRASI Covid-19 di Indonesia membaik (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

Saat endemi terjadi, lanjut dia, infeksi Covid-19 masih bisa menular dan membuat orang meninggal dunia, meskipun tidak secepat tahun-tahun sebelumnya.

Zubairi menegaskan, untuk saat ini tidak akan bisa secara total memberantas Covid-19.

“Tetapi kita akan melihatnya keluar dari fase pandemi dan masuk ke fase endemi. Tidak lagi menjadi krisis dan lebih bisa terkelola,” ujarnya.

Zubairi menambahkan, terdapat sejumlah faktor yang berperan untuk menuju endemi, seperti: tingkat rawat inap dan kematian, beban sistem kesehatan, jumlah kasus baru, positivity rate, vaksinasi, kebijakan pemerintah, perilaku masyarakat, dan pengobatan baru.

Menurut Zubairi, endemi diharapkan akan terjadi sekitar tiga bulan ke depan.

“Tidak akan lama lagi. Sekitar tiga bulan. Semoga,” tuturnya.

Zubairi menyampaikan, masyarakat perlu mengerti dan paham bahwa situasi endemi tidak berarti bebas dari risiko penularan.

“Risiko masih ada, bukan berarti kalau endemi tidak ada lagi risiko penularan. Tetap ada tapi lebih rendah,” kata dia.

Ia menambahkan, berkumpul bersama satu ruangan dengan banyak orang apalagi dalam jangka waktu lama tetap berisiko terjadi penularan.

“Saya pada prinsipnya kurang setuju kalau dibebaskan untuk di ruang ibadah atau pun di bioskop tanpa jaga jarak dan tanpa pembatasan waktu. Masih lebih baik hati-hati,” pungkas dia.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved