Terkini Internasional
Diduga Jalin Asmara dengan Putin, Pesenam Rusia Alina Kabaeva Jadi Target Sanksi oleh Uni Eropa
Uni Eropa sedang mengusulkan pemberian sanksi terhadap mantan pesenam Rusia, Alina Kabaeva karena diduga memiliki hubungan asmara dengan Putin.
TRIBUNTERNATE.COM - Uni Eropa sedang mengusulkan pemberian sanksi terhadap mantan pesenam Rusia, Alina Kabaeva atas perannya dalam propaganda Kremlin.
Selain itu, dilansir The Straits Times dari AFP, Alina Kbaeva juga diduga memiliki hubungan dekat atau hubungan romantis dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kabaeva sendiri menjadi nama tambahan terakhir dalam daftar individu yang ditargetkan dalam sixth package Uni Eropa yang digunakan untuk melawan Rusia.
Paket sanksi yang disebut sixth package tersebut diajukan oleh Uni Eropa sebagai perlawanan kepada Rusia karena telah menginvasi Ukraina.
Sanksi yang juga mencakup larangan impor minyak Rusia itu diajukan pada Rabu (4/5/2022) oleh eksekutif Uni Eropa kepada negara-negara anggota untuk disetujui.
Selanjutnya, untuk bisa diterapkan sanksi tersebut membutuhkan kebulatan suara di antara 27 negara anggota.
Sejauh ini, Hungaria, Slovakia dan negara-negara Eropa Timur lainnya menolak paket sanksi tersebut.
Mereka lebih memilih untuk mempertahankan pendirian dan keluar, atau menunda larangan minyak.
Baca juga: Bukan Lagi Operasi Militer Khusus, Vladimir Putin Diprediksi Nyatakan Perang ke Ukraina pada 9 Mei
Baca juga: Rusia Peringatkan Dunia soal Risiko Perang Nuklir dalam Konflik Rusia vs Ukraina: Bahayanya Serius
Namun, apabila sanksi tersebut disahkan, Kabaeva akan terkena larangan masuk ke UE dan aset-asetnya akan dibekukan.
Dokumen sixth package itu mengidentifikasi Kabaeva sebagai ketua dewan direksi Grup Media Nasional, sebuah perusahaan induk yang memegang saham signifikan di hampir semua media besar pemerintah Rusia.
Mantan pesenam dan mantan anggota parlemen Duma itu disebut memiliki "hubungan erat dengan Presiden Vladimir Putin".
Bahkan, sebuah laporan media mengklaim bahwa Kabaeva dan presiden Rusia terlibat asmara, yang sebelumnya pernah dibantah oleh Putin saat cerita itu pertama kali beredar pada 2008.
Menurut sebuah laporan di The Wall Street Journal, mengutip pejabat AS, Kabaeva dan keluarganya telah memperoleh kekayaan pribadi berkat hubungannya dengan orang-orang di lingkaran dalam Putin.
Laporan tersebut mengutip rahasia intelijen AS yang menyebut bahwa Kabaeva adalah seorang yang menerima kekayaan Putin.

Tiga orang lainnya yang juga masuk dalam daftar orang terkena sanksi adalah kolumnis di lembaga negara Ria Novosti, karena peran mereka dalam menyebarkan "propaganda pemerintah" atas perang di Ukraina.
Empat nama itu adalah tambahan dari 58 orang - termasuk kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, sejumlah personel militer yang diduga melakukan kejahatan perang di kota Bucha, Ukraina, dan anggota keluarga juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Sebagai informasi, sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014, sanksi Eropa telah mempengaruhi 1.091 orang dan 80 entitas.
Isu Vladimir Putin Bakal Serahkan Kekuasaannya Mencuat
Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, muncul isu Presiden Rusia Vladimir Putin akan menyerahkan kekuasannya.
Kondisi kesehatan Vladimir Putin yang dikabarkan memburuk, memicu munculnya isu tersebut.
Dilansir Mirror, Putin dikabarkan akan menjalani operasi, kemungkinan operasi kanker, menurut kabar yang bocor diduga dari dalam Kremlin. Kabar tersebut tersebar di channel Telegram General SVR.
Channel itu kabarnya dijalankan oleh mantan Letnan Jenderal Badan Intelijen Luar Negeri Rusia. Disebutkan pula bahwa Putin diberitahu dokter, operasi akan membuat kondisinya "tidak berdaya" dalam beberapa waktu.
Karena itu, ia seharusnya secara singkat menyerahkan pemerintahan kekuasaan kepada seorang ajudan. Belum ada konfirmasi resmi terkait kondisi kesehatan Putin tersebut.
Namun, dalam penampilan publik baru-baru ini, saat pasukannya masih melanjutkan invasi ke Ukraina, Putin terlihat gemetar dengan berwajah bengkak.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa dia mungkin menderita berbagai kondisi, termasuk demensia atau Parkinson.
Beberapa orang percaya kondisi itu bisa jadi tipuan Moskow, mengingat betapa ketatnya Pemerintahan Putin mengontrol keluaran media di negara itu.
Saluran Telegram General SVR diyakini dioperasikan oleh seseorang yang menggunakan nama samaran 'Viktor Mikhailovich'.
Ia dikatakan telah merilis sebuah video yang mengklaim bahwa Presiden melakukan pembicaraan "dari hati-ke-hati" selama dua jam dengan ajudan Nikolai Patrushev.
Baca juga: Zelenskyy: Tak Ada Gencatan Senjata Ukraina Jika Rusia Tak Tarik Pasukannya
Baca juga: Tanggapi Polemik Rencana Hadirnya Vladimir Putin di KTT G20, Luhut: Terlalu Dini untuk Berkomentar

Sebagai sekretaris dewan keamanan Rusia dan sebelumnya kepala Dinas Keamanan Federal, Nikolai Patrushev dikatakan merupakan calon utama untuk sementara menggantikan Putin selama beberapa hari, lapor New York Post.
Putin juga dikatakan telah "menjelaskan" kepada Patrushev bahwa dia memandangnya sebagai "hampir satu-satunya orang kepercayaannya dan teman sejati dalam sistem kekuasaan".
Theresa Fallon, pendiri dan direktur Pusat Studi Rusia Eropa Asia (CREAS) di Brussels, mengatakan kepada The Independent:
"Saya akan mengatakan ada banyak spekulasi tentang kesehatan Presiden Putin."
"Putin selalu berusaha untuk menonjolkan kebugaran dan kekuatannya, yang merupakan bagian dari citranya."
"Munculnya penyakit tidak sesuai dengan narasi orang kuat seperti Putin yang telah dikembangkan dengan hati-hati selama bertahun-tahun oleh Kremlin."
"Ini membuatku bertanya-tanya apakah memang ada hal lain yang terjadi di balik layar."
Pekan lalu, sebuah video muncul dari Putin yang tampaknya berjuang untuk menutupi tangannya yang gemetar saat dia menyapa pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko.
Video lain di bulan April menunjukkan Putin mencengkeram sudut meja selama beberapa menit.
Roman Badanin dan sekelompok jurnalis investigasi Rusia menerbitkan sebuah laporan yang mengklaim bahwa Putin bepergian dengan sembilan dokter, salah satunya adalah spesialis bedah kanker tiroid.
Meski begitu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov bulan ini membantah Presiden telah menjalani operasi kanker tiroid.
Ia mengatakan kesehatan Putin "sangat baik".
(TribunTernate.com/Ron)(The Straits Times)(Tribunnews.com)