Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Ketua Pemuda Muhammadiyah Morotai Kenang Terakhir Berdialog dengan Almarhum Buya Syafii Maarif

Sebagai kader Muhammadiyah Akbar merasa sangat kehilangan kepergian Buya. Wakili seluruh keluarga besar Pemuda Muhammadiyah Morotai Ali Akbar.

Penulis: Fizri Nurdin | Editor: Mufrid Tawary
Tribunternate.com/Fizri Nurdin
Ketua Pemuda Muhammadiyah Pulau Morotai, Ali Akbar, Jumat (27/05/2022) 

TRIBUNTERNATE.COM- "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun" ucap Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Pulau Morotai, Ali Akbar Djaguna atas kepergian sosok guru bangsa Buya Safii Maarif.

Sebagai kader Muhammadiyah Akbar merasa sangat kehilangan kepergian Buya.

Mewakili seluruh keluarga besar Pemuda Muhammadiyah Morotai Ali Akbar Djaguna turut berbela sungkawa. 

Ada kisah yang diungkap Akbar, terakhir bertemu Buya Syafii Maarif kala menghadiri dialog tahun 2020 lalu di Auditorium UMJ Yogyakarta, Jawa Tengah.

Dalam dialog itu ada pesan penting dari Almarhum yang terus Ia ingat hingga sekarang.

"Saya ingat betul pesan Almarhum bagi kita semua yaitu  senantiasa mengokohkan spirit keislaman dan keindonesiaan,"ucapnya, Jumat (27/05/2022).

"Demi tegaknya NKRI, wejangan dan nasehat beliau saat itu insya Allah akan terus kami ingat,"kata Akbar.

Seraya mengucapkan terima kasih pada Buya atas segala kontribusinya bagi bangsa ini. Insya Allah semua perjuangan Buya akan dilanjutkan ke depan.

"Teman-teman semua, mari kita doakan agar beliau husnul khotimah dan ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT, dan seluruh keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan ketabahan dan kekuatan. Aamiin."pintanya.

Baca juga: Innalillahi, Buya Syafii Maarif Meninggal Dunia, Muhammadiyah Berduka

Dikutip dari situs muhammadiyah.or.id, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan kabar duka tersebut.

Haedar Nashir juga mendoakan agar Buya Syafii Maarif meninggal dunia dengan husnul khotimah.

“Semoga beliau husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, dan ditempatkan di jannatun na’im. Mohon dimaafkan kesalahan beliau dan do’a dari semuanya,” kata Haedar.

Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka.

Kabar duka tersebut diberitakan di laman resmi muhammadiyah.id dan laman Facebook pemuda Muhammadiyah yang menyatakan bahwa Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif atau kerap dipanggil Buya Syafii Maarif meninggal dunia

Pada hari ini, Jumat 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Kabar meninggal Buya Syafii Maarif disampaikan langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir melalui media online dan wa grup di seluruh keluarga besar perserikatan Muhammadiyah seluruh Indonesia atas duka mendalam yang kami alami.

Baca juga: Muhammadiyah Maluku Utara: Buya Syafii Maarif Ibarat Matahari Terbit Dari Timur

Ahmad Syafii Maarif merantau ke Jawa dan melanjutkan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta.

Setelah lulus, Ahmad Syafii Maarif diharuskan mengabdi di pendidikan yang dikelola organisasi Muhammadiyah dan dikirim ke Lombok, Nusa Tenggara Timur selama setahun.

Setelah menyelesaikan masa pengabdian, Syafii Maarif kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Surakarta.

Karena adanya pemberontakan PRRI/Permesta yang mengakibatkan terputusnya hubungan Sumatera-Jawa, Syafii Maarif tidak bisa lagi mendapatkan bantuan biaya kuliah dari saudaranya yang berada di Sumatera.

IPada saat itu, Syafii Maarif menyambung hidupnya dengan menjadi guru desa di wilayah Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Ahmad Syafii Maarif kembali melanjutkan kuliahnya di Jurusan Sejarah Universitas Cokroaminoto dan berhasil meraih gelar Sarjana Muda pada 1964.

Sedangkan gelar Sarjananya diperoleh dari IKIP Yogyakarta empat tahun kemudian.

Ahmad Syafii Maarif juga meraih gelar master di bidang sejarah dari Ohio State University, Amerika Serikat.

Gelar doktornya diperoleh dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Univesitas Chicago, AS dengan disertasinya yang berjudul Islam as the Basis of State: A Study of The Islamic Political Idead as Reflected in the Constituent Assembli Debates in Indonesia. (*)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved