Terkini Internasional
Gempa Bumi Magnitudo 5.9 Guncang Afghanistan: 1.000 Orang Lebih Tewas, Bagaimana Respon Taliban?
Gempa bumi yang terjadi pada Rabu, 22 Juni 2022 ini pun membuat kondisi Afghanistan semakin terpuruk, sekaligus menguji kepemimpinan Taliban.
TRIBUNTERNATE.COM - Gempa bumi magnitudo 5.9 mengguncang wilayah Provinsi Paktika, Afghanistan pada Rabu (22/6/2022) pukul 01:24 waktu setempat.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey) menyebut, pusat gempa berada di sekitar 44 kilometer sebelah tenggara kota Khost, dekat perbatasan dengan Pakistan.
Hiposenter gempa bumi berada di kedalaman 10 kilometer.
Gempa ini tergolong gempa dangkal, sehingga menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
Dikutip dari BBC, setidaknya lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas, dan 1.500 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sementara itu, sekitar 2.000 unit rumah hancur akibat gempa bumi tersebut.
Laporan PBB menyebutkan, rata-rata setiap rumah dihuni setidaknya 7-8 orang di dalamnya.
Rumah-rumah yang berada di wilayah terdampak gempa umumnya dibangun dari batu dan bata lumpur.
Namun, ada beberapa bangunan modern di sejumlah wilayah yang masih bisa menahan guncangan gempa.
Baca juga: Sejumlah Wilayah di Indonesia Dilanda Cuaca Panas, BMKG Tegaskan Bukan Gelombang Panas
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Apa Penyebabnya? PM Ranil Wickremesinghe Sebut Negaranya Jatuh ke Titik Terendah
Baca juga: Catat! Dua Kelompok ASN Ini Tidak Dapat Gaji ke-13, Berikut Daftar Penerima Gaji ke-13 PNS 2022
Sementara, hujan yang mengguyur daerah tersebut juga menyebabkan tanah longsor dan membuat akses ke lokasi terdampak lebih sulit.
Provinsi Paktika, wilayah yang dilanda gempa itu memiliki populasi sekitar 775.000 jiwa pada tahun 2020, menurut Badan Suaka Eropa (European Agency for Asylum).
Guncangan gempa dirasakan hingga 500 kilometer jauhnya oleh 119 juta orang di Afghanistan, Pakistan dan India, menurut badan seismologi Eropa.
Dikutip dari Associated Press, gempa bumi yang terjadi pada Rabu, 22 Juni 2022 ini merupakan gempa yang paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade terakhir.
Sementara, otoritas setempat mengatakan jumlah korban masih terus meningkat.
Jumlah korban tewas yang dilaporkan oleh kantor berita setempat, Bakhtar, sama dengan gempa tahun 2002 di Afghanistan utara.
Gempa ini adalah yang paling mematikan sejak 1998, ketika gempa bumi bermagnitudo 6,1 dan gempa susulan berikutnya di wilayah timur laut Afghanistan menewaskan sedikitnya 4.500 orang.
Respon Taliban
Afghanistan mengalami krisis sekaligus menghadapi ancaman kelaparan, meningkatnya angka kemiskinan, dan kolapsnya sistem kesehatan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan.
Sementara, berbagai organisasi internasional juga meninggalkan Afghanistan setelah Taliban berkuasa sekitar 10 bulan lalu dan AS beserta NATO menarik diri dari negara tersebut.
Baca juga: Pesawat Susi Air Kecelakaan di Papua, Susi Pudjiastuti Bersyukur Semua Penumpang Selamat
Akibatnya, bantuan internasional ke Afghanistan turut terhenti, dan banyak negara yang cenderung menghindari Taliban.
Gempa ini pun membuat kondisi Afghanistan semakin terpuruk, sekaligus menguji kepemimpinan Taliban.
Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti bagaimana dan apakah Taliban bersedia menerima bantuan internasional bagi negaranya.
Meski demikian, diketahui pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang hampir tidak pernah muncul di depan umum, telah memohon kepada komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan "untuk membantu orang-orang Afghanistan yang terkena dampak tragedi besar ini."
Sementara, Ramiz Alakbarov, wakil perwakilan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Afghanistan, mengatakan Taliban tidak secara resmi meminta PBB untuk memobilisasi tim pencarian dan penyelamatan internasional atau mendapatkan peralatan dari negara-negara tetangga untuk melengkapi ambulans dan helikopter yang dikirim oleh otoritas Afghanistan.
Namun, para pejabat dari beberapa badan PBB mengatakan, Taliban memberi mereka akses penuh ke daerah terdampak gempa.
Badan-badan kemanusiaan yang masih beroperasi di Afghanistan, termasuk UNICEF, mengirimkan pasokan ke daerah-daerah yang dilanda gempa.
Mengapa Afghanistan sangat rentan terhadap gempa bumi?
Gempa ini menjadi gempa ketujuh yang telah menewaskan lebih dari 100 orang sejak 1991, dan yang paling mematikan dalam dua dekade terakhir.
Afghanistan memiliki sejarah panjang gempa bumi, terbanyak terjadi di wilayah pegunungan Hindu Kush yang berbatasan dengan Pakistan.
Afghanistan sangat rentan terhadap gempa bumi karena di terletak di antara pertemuan lempeng tektonik Euraso, Arab, dan India.
Negara ini juga berada di sabuk Alpide, yang merupakan hamparan pegunungan yang rentan terhadap aktivitas gempa.
Korban tewas semakin tinggi karena banyaknya lokasi terpencil dari akibat rentetan gempa dan perang selama beberapa dekade yang telah menyebabkan berbagai infrastruktur dalam kondisi berbahaya.
Berikut adalah gempa bumi mematikan dalam beberapa tahun terakhir yang terjadi di Afghanistan:
- 1997, gempa di Qayen — lebih dari 1.500 tewas di Iran dan Afghanistan
- 1998, gempa di Takhar — setidaknya 2.300 orang tewas dengan beberapa perkiraan menempatkan korban tewas tertinggi mencapai 4.000
- 1998, gempa di Takhar — 4.700 tewas di wilayah yang sama hanya tiga bulan kemudian
- 2002, gempa kembar di Hindu Kush — 1.100 orang tewas
- 2015, gempa di Hindu Kush — 399 orang tewas di Afghanistan dan negara tetangga, Pakistan dan India.
Sumber: BBC, Associated Press
(TribunTernate.com/Rizki A.)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/ternate/foto/bank/originals/gempa-afghanistan-juni-2022.jpg)