Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pulau Morotai

Morotai Maluku Utara Darurat Kekerasan Anak dan Perempuan, Angka Kasus Meningkat per 2024

Morotai Maluku Utara Darurat Kekerasan Anak dan Perempuan karena adanya peningkatan per 2024 ini

Penulis: Fizri Nurdin | Editor: Sitti Muthmainnah
Tribunternate.com/Fizri Nurdin
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara, Ansar Tibu, Jumat (4/10/2024). 

TRIBUNTERNATE.COM, MOROTAI -  Angka kasus kekerasan perempuan dan anak Pulau Morotai, Maluku Utara tercatat meningkat per 2024.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Kabupaten Pulau Morotai, Ansar Tibu saat dikonfirmasi pada Jumat (4/10/2024).

Ansar mengatakan, peningkatan itu menjadi perhatian serius, sehingga pihaknya mulai melakukan pencegahan dengan mensosialisasikan undang-undang nomor 12 tahun 2022 tentang tindak Pidana kekerasan seksual.

"Sosialisasi dilakukan di 5 kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai, sasarannya para pelajar SMP dan SMA," katanya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Diduga KDRT, Kades Orimakuringa Halmahera Selatan Dipolisikan Istri

Ansar menambahkan, sosialisasi dimulai di Kecamatan Morotai Utara yang dipusatkan di SMP Negeri 4 Pulau Morotai, yang mana dihadiri oleh perwakilan pengurus OSIS baik SMP maupun SMA.

"Materi disampaikan oleh Doktor Febriana Pratiwi, M.Pd, Sahrul Ramadhan dari pengurus LBH PAPI Morotai, dan Suhaimi Kamaludin dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Morotai," ujarnya.

Ansar mengungkapkan, berdasarkan data DSP3A Pulau Morotai, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tahun 2024 per Januari hingga saat ini tercatat sebanyak 23 kasus.

"Kasus terbanyak adalah kasus anak dengan jumlah 12 kasus, sedangkan kasus perempuan sebanyak 11 kasus," jelasnya.

Lanjutnya, penyebab terjadinya kasus kekerasan pada anak umumnya, karena kurang pengawasan orang tua, pergaulan bebas, pengaruh lingkungan yang tidak baik, dan faktor ekonomi. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang pendidikan seks pada anak dan penggunaan gadget/gawai yang tidak diawasi.

Baca juga: Pilkada Morotai Maluku Utara 2024: Warga Desa Nakamura Kunci Kemenangan Deny - Qubais 

"Pelaku pada umumnya orang-orang terdekat dengan korban. Seringkali insiden kekerasan seksual seperti ini juga tidak dilaporkan karena biasanya korban takut akan ancaman pelaku dan juga merasa malu. Selain itu, korban juga tidak berdaya dan kurang memiliki dukungan dari lingkungan sekitar," tuturnya.

Melalui sosialisasi, Ansar berharap, para peserta dapat membagikan ilmunya kepada teman-teman sekolah, bahkan masyarakat luas.

"Sehingga, dapat mengurangi serta menghindarkan segala bentuk tindakan kekerasan pada perempuan dan anak," pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved