Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pemkot Ternate

Berikut Langkah Pencegahan Meninggal Tak Wajar Menurut Psikolog Klinis RSUD Ternate Edlin Juliani

Psikolog Klinis RSUD Kota Ternate Edlin Juliani menanggapi perisitwa meninggal tak wajar yang masif terjadi di Maluku Utara

|
Dok : Edlin Juliani
TANGGAPAN - Edlin Juliani, Psikolog Klinis RSUD Kota Ternate. Ia memberikan tanggapan atas kasus meninggal tak wajar di Maluku Utara, Selasa (15/4/2025). 

TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE-- Psikolog Klinis RSUD Kota Ternate Edlin Juliani menanggapi perisitwa meninggal tak wajar yang masif terjadi di Maluku Utara.

Diketahui, kasus meninggal tidak wajar yang terjadi sejak tahun 2019-2021 sebanyak 90 kasus.

Di mana, Kabupaten Halmahera Utara menduduki peringkat pertama dengan angka kasus sebanyak 62 kasus, disusul Kota Ternate sebanyak 9 kasus, Halamahera Selatan 6 kasus.

Baca juga: Penetapan NIP PPPK Lingkup Pemkot Ternate Rampung, Samin Marsaoly: Menunggu Partek

Kepada Tribunternate.com Edlin menyampaikan, tren kasus meninggal tak wajar setiap tahun mengalami peningkatan.

Bagi Edilin, sangat sulit dijelaskan, mengapa seorang bisa melakukan tindakan tersebut.

"Kenapa saya bilang sulit dijelaskan, karena ada orang dengan permasalahan yang sama beratnya bahkan lebih buruk namun tidak melakukan tindakan sehingga meninggal dengan tidak wajar."

"Sebagian orang berpendapat, hal itu terjadi karena kurangnya iman (kurang mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa), namun ada juga tindakan tersebut terjadi setelah usai salat," ucapnya.

Sehingga, dia menyampaikan, pada dasarnya tindakan itu adalah suatu proses. Ia mencontohkan orang yang mengalami depresi.

Yang mana, orang tersebut tidak tiba-tiba mengalami depresi tanpa diketemukannya gejala-gejala klinis dan perilaku gangguannya muncul.

Maka, sama halnya orang dengan meninggal tidak wajar, tidak ada tindakan tiba-tiba mendorong seseorang melakukan hal tersebut.

"Mengapa begitu ? bisa jadi permasalahan yang dialami orang tersebut begitu kompleks dan tumpang tindih, ditambah ketidakmampuan meregulasi stress sehingga resilience stressnya menurun yang berakibat ketahanan mental serta logika drop" jelas Edlin.

Menurut Kepala Seksi Penunjang Medik RSUD Kota Ternate itu, meninggal tidak wajar merupakan masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan oleh alasan tunggal.

"Artinya, tindakan meninggal tidak wajar terjadi dari interaksi yang kompleks dari factor biologic, genetic, psikologi, social, budaya dan lingkungan," tuturnya.

Baca juga: Betapa Tangguh Andrey Santos yang Bakal Balik ke Chelsea: Terbuat dari Baja Ditempa Patrick Vieira

"Contoh interaksi tersebut, yaitu, si A memiliki ketahanan mental yang lemah (ketahanan mental seseorang itu kuat lemahnya dibentuk cara asuh orang tua serta proses belajar lingkungan), memiliki riwayat keluarga gangguan keperibadian, sejak kecil sering dibully disekolah, mendapat perlakuan tidak adil di rumah, dan sifat introvert."

"Kemudian, lingkungan kerja menuntut si A untuk asertif, komunikatif dan permasalahan ini menghantui sepanjang tahun hidupnya sampai akhirnya dia memutuskan "menyerah". Ketika dia memutuskan untuk ingin meninggal dengan tidak wajar, orang akan mengira bahwa tindakan dia karena usai mendapat SP 1 dari atasan (contoh), padahal beban psikologisnya sudah tertimbun sejak lama," cakapnya.

Untuk itu, Edlin menyampaikan beberapa upaya untuk mencegah meninggal tak wajar agar tidak menjadi perilaku menular :

  1. Merencanakan keamanan pada diri sendiri, artinya setiap individu harus lebih mengenal hal apa saja yang bisa memicu masa krisis, stres, dan depresi. (ketika individu mulai muncul perasaan tidak berguna, tidak berharga, sudah tidak lagi memiliki harapan, menyendiri, susah tidur, tidak memiliki nafsu makan, menangis tanpa sebab, lelah tanpa sebab, pusing tanpa sebab, maka individu tersebut harus menyiapkan beberapa solusi positif untuk mencegah gejala-gejala negative tersebut diatas semakin melebar, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki coping stess (upaya yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau mengurangi stress), seperti: mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa, minum kopi sambil ngobrol, dengan teman-teman, atau melakukan aktivitas sesuai hobby/minat).
  2. Pentingnya keterlibatan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam mendukung program-program yang berkaitan dengan pencegahan bunuh diri, salah satunya meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan mental, termasuk layanan konseling dan terapi.
  3. Langkah promotif pun juga harus dibijaki pihak kepolisian, dengan mensosialisasikan pentingnya pelaporan masyarakat, hal ini sebagai upaya mengurangi stigma pada masyarakat bahwa perilaku meninggal tak wajar adalah sebuah aib
  4. Adanya kolaborasi antara instansi terkait dengan lembaga yang menangani kesehatan mental dan nampaknya sudah sangat diperlukan adanya psikolog-psikolog di setiap puskesmas, agar akses mempermudah masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan mental. (*)
Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved