Kenaikan Harga Pertalite Diduga Segera Terealisasi, Pengamat Sebut BLT Tak Bisa Tolong Rakyat Miskin

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI SPBU Tempat penjualan BBM Pertalite.

TRIBUNTERNATE.COM - Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite digadang-gadang akan segera terealisasi.

Hal tersebut dikatakan oleh pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi.

Seperti diketahui, wacana awal terkait kenaikan BBM Pertalite pertama kali dilempar ke publik oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Selanjutnya, kabar terkait kenaikan BBM Pertalite tersebut kembali digelorakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.

Terbaru, wacana kenaikan BBM itu kembali dinyaringkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

"Nyanyian ketiga menteri utama Kabinet Indonesia Maju itu semakin memperkuat sinyal bahwa harga BBM Pertalite dan Solar akan segera dinaikkan."

"Wacana kenaikkan harga BBM tersebut seharusnya tidak diumbar di hadapan publik," ujar Fahmy Radhi dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews.com, Minggu (24/4/2022).

Baca juga: Daftar Harga Minyak Goreng Berbagai Merek di Alfamart dan Indomaret Sabtu, 23 April 2022

Baca juga: Jokowi Desak Aparat Usut Tuntas Mafia Minyak Goreng, Ingin Harga Kembali Normal, BLT Tetap Jalan

Pasalnya, menurut Fahmy, wacana kenaikkan harga BBM akan menyulut kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok sebelum BBM dinaikkan.

"Kalau harga BBM benar-benar dinaikkan, sudah pasti akan menyulut inflasi dan memperburuk daya beli masyarakat."

"Kenaikkan inflasi itu akan menyebabkan kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok, yang memberatkan beban rakyat utamanya rakyat miskin," katanya.

Dia menambahkan, tidak bisa dihindari bahwa jumlah rakyat miskin akan meningkat dan rakyat miskin akan menjadi semakin miskin.

"Pemberian bantuan langsung tunai (BLT) untuk kompensasi penaikkan harga BBM tidak akan pernah menyelesaikan masalah penurunan daya beli masyarakat."

"Pasalnya, pemberian BLT terbatas dalam jangka waktu tertentu, sedangkan kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok hampir tidak terbatas," pungkasnya.

Petugas mengisi bahan bakar minyak jenis Pertalite di SPBU jalan Ahmad Yani, Kota Semarang, Jateng, Senin (18/1/2016). (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

Bukan Momen Tepat untuk Kenaikan BBM Solar dan Pertalite

Setelah kenaikan harga minyak goreng dan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax, kemungkinan Pemerintah akan melakukan penyesuaian harga BBM jenis Pertalite dan Solar.

Rencana Pemerintah yang akan kembali melakukan penyesuaian harga BBM jenis Pertalite dan Solar mendapat sorotan dari kalangan masyarakat.

Pengamat BUMN Herry Gunawan menilai, saat ini bukan momen yang tepat di tengah melonjaknya harga kebutuhan pokok menjelang Idulfitri.

“Momennya tidak tepat. Beban masyarakat sedang tinggi-tingginya. Pendapatan masyarakat juga tidak mengalami kenaikan. Apalagi ini masyarakat baru selesai melewati masa Covid-19,” kata pria yang akrab disapa Herry Gun dalam keterangannya, hari ini (15/4/2022).

Di sisi lain, Herry bisa memahami bahwa beban yang harus ditanggung Pemerintah untuk subsidi BBM cukup besar.

Terlebih di tengah kenaikan harga minyak dunia akibat konflik Rusia-Ukrania.

Apalagi terjadi disparitas antara harga jual dengan harga keekonomian.

“Memang harga jual Pertalite saat ini masih terlalu jauh dibandingkan harga keekonomian. Tapi ini persoalan momentum,” ujarnya.

Baca juga: Irit Bensin, Ini Daftar Harga 5 Mobil Bekas Terbaik yang Dijual Rp 50 Jutaan di Tahun 2020

Baca juga: Unjuk Rasa Tolak Kenaikan Harga BBM Ricuh, Puluhan Mahasiswa Diamankan Polisi

Seperti diketahui, Pertalite dan Biosolar merupakan produk subsidi. Jadi kewenangan penentuan harga adalah pada Pemerintah, bukan Pertamina.

Dan selama ini, lanjut Herry, subsidi Pemerintah ke Pertalite dan Solar cukup besar.

Begitupun, lanjut Herry, harus juga dipikirkan kondisi psikologis masyarakat. Jadi, bukan hanya persoalan rasionalitas.

Oleh karena jika berpikir persoalan rasionalitas tentang kenaikan harga, makanya bisa dilakukan melalui Pertamax non subsidi. Dan kenaikan tersebut sudah dilakukan.

Belum lagi, lanjut Herry, bahwa kondisi saat ini masih ditambah dengan kenaikan harga komoditas sandang dan pangan menjelang lebaran. Akibatnya, masyarakat memang harus merogoh koceknya lebih dalam.

“Dengan demikian, pemerintah memang seharusnya meredam rencana kenaikan Pertalite dan Solar dulu. Jika nanti habis Lebaran kondisinya sudah membaik dan lebih stabil, di situlah momentumnya,” sambung dia.

“Konstribusi pengeluaran dari konsumsi rumah tangga sekitar 85 %. Kalau konsumsi rumah tangganya ditekan dengan berbagai kenaikan ini bisa berdampak terhadap daya beli masyarakat,” tutup Herry.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sinyal Harga Pertalite Naik Makin Kuat, Jumlah Rakyat Miskin Bisa Meningkat

Berita Terkini