Lipsus TPPO
Kesaksian Fantila Arista, Keluarga Korban TPPO Asal Halmahera Selatan di Myanmar
Empat warga Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, diduga menjadi korban tindak pidana perdangan orang atau TPPO di Myanmar
Penulis: Nurhidayat Hi Gani | Editor: Sitti Muthmainnah
Ringkasan Berita:
- Empat warga Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, diduga menjadi korban tindak pidana perdangan orang atau TPPO di Myanmar.
- Keempatnya adalah Feni Astari Dareno, Asriadi Musakir, Zather Maulana, dan Tantoni.
- Kasus ini terungkap setelah kakak korban Feni Astari, Fantila Arista, melaporkan ke Polda Maluku Utara.
TRIBUNTERNATE.COM, BACAN - Empat warga Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, diduga menjadi korban tindak pidana perdangan orang atau TPPO di Myanmar.
Keempatnya adalah Feni Astari Dareno, Asriadi Musakir, Zather Maulana, dan Tantoni.
Kasus ini terungkap setelah kakak korban Feni Astari, Fantila Arista, melaporkan ke Polda Maluku Utara.
Feni Astari Dareno dan tiga lainnya, awalnya ditawarkan seseorang bernama Andika dari Manado, bekerja sebagai seles kecantikan di Thailand dengan iming-iming gaji Rp12 juta per bulan.
Baca juga: Gubernur Malut Sherly Laos Pastikan Jalan Trans Kieraha Tak Sentuh Hutan Lindung
Namun beberapa hari setelah keberangkatan, Feni menghubungi keluarganya dan mengaku dirinya tidak berada di Tahiland, melainkan di Myanmar.
Bagaimana kronologi dari dugaan TPPO empat warga Halmahera Selatan ini ?
Berikut tanya jawab Tribunternte.com dengan tajuk "Saksi Kata" bersama narasumber Fantila Arista, kakak kandung dari Feni Astari, salah satu korban TPPO.
Bersama jurnalis Tribunternate.com, Nurhidayat Hi. Gani, inilah Saksi Kata.
Nurhidayat Hi. Gani: Fantila Arista merupakan kakak dari Feni Astari (korban TPPO di Myanmar). Fantila ini pihak yang membuat laporan ke Polda Maluku Utara terkait dugaan TPPO 4 warga Halmahera Selatan. Apa kabar Ibu Fantila?
Fantila Arista: Alhamdulillah baik.
Nurhidayat Hi. Gani: Ibu Fantila bisa ceritakan sedikit sosok Feni Astari di mata keluarga ?
Fantila Arista: Kalau adik saya itu (Feni Astari), dia orangnya pendiam di rumah. Dia jarang babajalang (jalan-jalan) di luar. Di lebih banyak di rumah, jadi pergaulannya terbatas.
Nurhidayat Hi. Gani: Kapan terakhir keluarga bertemu dengan Feni Astari sebelum berangkat ke Thailand dan kemudian menjadi korban TPPO di Myanmar?
Fantila Arista: Terakhir itu tanggal 31 Agustus, karena dia kan berangkat 1 September.
Nurhidayat Hi. Gani: Ada informasi yang disampaikan ke Feni ke keluarga terkait rencananya berangkat bekerja di luar negeri?
Fantila Arista: Dia kasih tahu. Awalnya dia di telepon temannya bernama Dindong ajak kerja di Thailand. Dindong ini anak kampung kami (Desa Panamboang), jadi torang (kami) berfikir akan aman-aman saja. Dia (Feni Astari) kasih tahu kalau dia akan kerja sebagai marketing, jual-jual skincare dengan gaji Rp12 juta. Dia bilang lagi, kalau gaji dia akan tahan Rp2 juta, Rp 10 juta kirim ke keluarga.
Nurhidayat Hi. Gani: Feni Astari ini bercerita detail tidak, terkait nama perusahaan yang akan dia bekerja? Posisinya di tempat kerja? Dan siapa yang akan menanggung biaya keberangkatannya sampai ke Thailand?
Fantila Arista: Saya sudah tanya soal biaya keberangkatan, dia bilang itu ditanggung langsung oleh perusahaan. Jadi tanggal 31 Agustus itu dia langsung dikirim bokingan tiket (pesawat) lewat WA. Jadi dari Bacan ke Ternate, Ternate ke Jakarta, dan Jakarta ke Bangkok itu tiket ditanggung.
Nurhidayat Hi. Gani: Keberangkatan Feni Astari ke luar negeri ini sepengetahuan keluarga itu melalui agen resmi atau ilegal?
Fantila Arista: Torang (kami) tidak tahu apa itu resmi atau ilegal. Tapi torang pikir yang ajak Feni ini kan orang kampung, jadi akan aman saja.
Nurhidayat Hi. Gani: Kapan keluarga menerima kabar bahwa Feni Astri ini bagian dari salah satu korban dugaan TPPO di Myanmar?
Fantila Arista: Tanggal 5 September itu dia kasih kabar mereka dari Jakarta ke Bangkok (Thailand). Di Bangkok itu, dua hari kemudian dia kasih kabar kalau dia belum kerja. Nanti tanggal 13 dia telepon kasih tahu kalau dia di Myanmar, jadi torang kaget dan panik. Dia juga kasih tahu kalau pekerjaannya bukan jual scincer, tapi sebagai scammer.
Dia langsung suruh saya cari tahu apa itu scammer, saya cek di google, ternyata scammer itu penipu daring. Dari situ kami berkesimpulan pekerjaan itu tidak betul, dan sampai sekarang torang masih panik.
Nurhidayat Hi. Gani: Setelah tahu Feni Astari di Myanmar, apa yang pertama kali keluarga lakukan?
Fantila Arista: Torang samua langsung menangis. Torang cari tahu lokasi Feni, dan lokasi yang dia kirim, itu di tempat perdagangan orang. Torang ke Pak Camat (Bacan Selatan) minta solusi, tapi mereka juga tidak tahu karena ini baru kali pertama terjadi. Torang kemudian bikin laporan ke polisi.
Nurhidayat Hi. Gani: Bisa diceritakan, proses pembuatan laporan ke polisi?
Fantila Arista: Awalnya kami bingung mau buat laporan di mana. Tapi karena di Dindong ini orang yang ajak Feni, kami bikin laporan kehingalang ke Polres. Satu minggu kemudian, Polres limpahkan ke Polda.
Nurhidayat Hi. Gani: Apakah keluarga masih berkomunikasi dengan Feni Astari setelah tahu dia diduga jadi korban TPPO di Myanmar?
Fantila Arista: Masih berkomunikasi. Dia juga ceritakan konidisinya, dia bilang ada temannya dipukul dan disetrum. Dengar cerita itu, torang tamba panik. Setelah itu, dua hari dia tidak ada kabar lagi, torang semua menangis. Abis itu dia chat kasih tahu saya kalau dia dan teman-temannya baru keluar dari dipenjara, dorang dipenjara dua hari. Dua hari itu, dia cuma dapat kasih makan satu kali. Bahkan dia bilang ada satu rekannya dipukul sampai berdarah.
Nurhidayat Hi. Gani: Apa harapan besar keluarga terhadap pihak kepolisian, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan Kementerian Luar Negeri?
Fantila Arista: Harapan kami dari pihak keluarga, terutama Bapak Presiden dan Ibu Gubernur, tolong bantu kasih pulang torang pe (punya) adik, karena sekarang dorang sedang di Kem Militer (Myanmar). Torang tahu mungkin torang punya adik berangkat ilegal, tapi dari awal kalau torang tahu berangkat ilegal, torang tidak akan kasih izin. Tolong Bapak Presiden dan Ibu Gubernur, bantu bawa pulang.
Nurhidayat Hi. Gani: Apa pesan untuk masyarakat lain agar tidak mengalami hal serupa seperti yang dialami Feni Astari dan teman-temannya?
Fantila Asrista: Pesan untuk masyarakat Bacan dan Maluku Utara yang belum tahu kerja-kerja di luar negeri, kalau ada ngoni (kalian) punya teman jauh atau dekat ajak kerja di luar negeri, mohon jangan mau. Pastikan dulu tawaran kerja itu ke pemerintah.
Baca juga: 5 Shio Paling Beruntung Besok Minggu 9 November 2025: Macan Titik Balik, Kuda Paling Hoki
Nurhidayat Hi. Gani: Terakhir, jika Feni Astari mendengarkan podcast ini di suatu tempat, apa yang ingi keluarga sampaikan kepadanya?
Fantila Arista: Untuk adik saya Feni, jangan banyak pikiran. Torang keluarga di sini sudah banyak berdoa, semog Allah kabulkan supaya Feni bisa pulang sampai ke Indonesia.
Nurhidayat Hi. Gani: Tribuners, semoga para korban segera ditemukan dalam keadaan selamat. Dan semoga cerita Ibu Fantila Arista ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya kewaspadaan terhadap tawaran kerja ke luar negeri. (*)
| APBD 2026 Disetujui, Sejumlah Fraksi DPRD Maluku Utara Beri Catatan Penting |
|
|---|
| Kantor Baru Telkomsel Hadir di Ternate, Pastikan Jangkauan Jaringan Merata di Maluku Utara |
|
|---|
| Ramalan Shio Kerbau Tahun 2026: Karier, Keuangan, Cinta, Kesehatan Lengkap |
|
|---|
| Jabat Plt Sekwan, Isman Abbas Berpeluang Didefinitifkan Gubernur Malut Sherly Laos |
|
|---|
| 12 Ramalan Zodiak Besok Minggu 9 November 2025, Hari Keberuntungan Capricorn dan Virgo |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/ternate/foto/bank/originals/Fantila-Halsel.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.