Virus Corona
Selain Anjing & Kucing, Antisipasi Virus Corona, Ratusan Ribu Anak Ayam di China Dikubur Hidup-hidup
anak ayam yang berjumlah sekira ratusan ribu itu tengah dibuang ke dalam sebuah lubang untuk mencegah kembali merebaknya wabah virus corona.
Artikel mereka yang berjudul ”Virus Korona: Lebih dari Sekadar Pilek” dimuat dalam The Journal of the American Medical Association edisi 23 Januari 2020. Artikel mereka juga dimuat dalam Science Daily tanggal yang sama.
Dalam artikelnya, mereka menulis bahwa virus korona manusia (human coronavirus/HCoV) telah lama bertanggung jawab sebagai penyebab flu biasa pada manusia.
Namun, pada abad ke-21, ada dua HCoV yang sangat patogenik atau menyebabkan penyakit pernapasan.
Kedua HCoV itu adalah virus korona sindrom pernafasan akut yang parah (severe acute respiratory syndrome coronavirus/SARS-CoV) dan virus korona sindrom pernafasan Timur Tengah (middle east respiratory syndrome coronavirus/MERS-CoV).

Kedua virus corona ini bermigrasi dari reservoir atau inang hewan.
Virus ini menyebabkan epidemi global dengan morbiditas atau angka kesakitan dan mortalitas atau angka kematian yang mengkhawatirkan.
Pada 31 Desember 2019, HCoV patogen lainnya, virus korona baru atau novel coronavirus 2019 (2019-nCoV), dideklarasikan di Wuhan, China.
Virus 2019-nCoV telah menyebabkan penyakit dan kematian yang serius.
Sebagian besar pasien melaporkan paparan ke pasar makanan laut yang menjual banyak spesies hewan hidup.
Virus korona adalah virus asam ribonukleat (ribonucleic acid/RNA) untai positif berukuran besar terbungkus.
Virus korona dibagi menjadi empat genus, yaitu alfa, beta, delta, dan gamma.
CoV alfa dan beta diketahui menginfeksi manusia. Empat HCoV, yaitu HCoV 229E, NL63, OC43, dan HKU1, bersifat endemik secara global dan merupakan 10-30 persen dari infeksi saluran pernapasan atas pada orang dewasa.
”Virus korona secara ekologis beragam dengan variasi terbesar yang terlihat pada kelelawar, menunjukkan bahwa mereka adalah inang bagi banyak virus ini,” tulis Paules dan kawan-kawan.
Selain itu, mamalia peridomestik dapat berfungsi sebagai inang perantara, memfasilitasi rekombinasi, dan mutasi dengan perluasan keanekaragaman genetik.

Penelitian tentang hubungan kelelawar telah dilakukan pada 2015 di China.