Virus Corona
Kenang Masa Kecil, Luhut Beberkan Alasan Tetap Izinkan KRL Beroperasi: Saya Itu Anak Supir Bus AKAP
Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan alasannya tetap mengizinkan Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek di tengah pandemi virus corona.
Kesulitan dan perjuangan hidup yang saya alami bersama orang tua inilah, yang kemudian selalu saya jadikan pegangan dalam merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat hidup masyarakat Indonesia seluruhnya.
Apalagi di tengah badai pandemi Covid-19 yang sedang melanda negara kita saat ini, yang memang membawa dampak yang cukup signifikan terutama dalam penghidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Seringkali, di sela-sela waktu senggang seperti hari Minggu ini, saya menyempatkan untuk melihat kanal media sosial saya, dan membaca kolom komentar di setiap postingan maupun pesan di kotak masuk.
Banyak aspirasi dari mulai kritik hingga dukungan disampaikan oleh masyarakat Indonesia, yang terkait dengan kebijakan pemerintah.
Semuanya selalu saya jadikan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan yang akan saya ambil.
Saya mendapatkan laporan dari banyak pihak bahwa penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek mayoritasnya adalah pekerja, dan banyak pula pekerja di sektor usaha yang masih diizinkan beroperasi selama PSBB.
Seperti yang kita semua tahu bahwa masih ada 8 sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti yang bergerak di bidang kesehatan hingga pangan, sehingga masih membutuhkan moda transportasi massal seperti KRL untuk berangkat ke tempat kerja mereka.
Saya pun juga mendapatkan informasi dan aspirasi dari beberapa masyarakat di kanal media sosial saya lewat pesan masuk, beberapa dari mereka adalah tenaga medis yang setiap hari nya harus berangkat dari Jakarta menuju Rumah Sakit tempat dirinya bertugas di wilayah Bekasi.
Jika KRL Commuter Line Jabodetabek tidak beroperasi, maka dirinya akan semakin sulit menjangkau tempat kerjanya.
Kemudian ada pula pekerja pabrik yang juga sehari-hari bahkan di saat PSBB seperti ini pun, masih harus berangkat ke tempat kerja dan menggunakan KRL Commuterline sebagai satu-satunya alat transportasi ke tempat kerja.
Banyak dari mereka menyampaikan kepada saya agar KRL Commuter Line Jabodetabek tetap beroperasi saat PSBB ini diberlakukan.
Ada satu pesan yang masuk dan membuat saya begitu haru, ketika seorang Ibu pekerja yang tinggal di Bekasi dan setiap harinya harus naik KRL Commuterline Jabodetabek menuju Jakarta untuk sampai di tempat kerjanya.
Saat menuliskan pesan kepada saya, Ibu tersebut berkata dirinya sedang berada di stasiun KRL dan sedang kebingungan bagaimana caranya sampai ke tempat kerja jika pemerintah kemudian menghentikan operasional KRL Commuter Line Jabodetabek di saat PSBB, sementara suaminya sudah dirumahkan tanpa digaji akibat imbas pandemi Covid-19 ini.
Ibu tersebut kemudian bertanya juga, bagaimana ia harus menghidupi keluarga dan anak-anaknya jika dirinya tidak punya akses untuk pergi ke tempat kerja?
Membaca pesan dari ibu ini, batin saya disergap rasa haru dan seketika teringat perjuangan kedua orang tua saya dalam menghidupi ke-empat anak-anaknya agar tetap bisa makan setiap hari dan mendapat pendidikan yang layak meskipun hidup mereka serba sulit.