Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Kenang Masa Kecil, Luhut Beberkan Alasan Tetap Izinkan KRL Beroperasi: Saya Itu Anak Supir Bus AKAP

Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan alasannya tetap mengizinkan Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek di tengah pandemi virus corona.

Editor: Sansul Sardi
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Luhut Binsar Panjaitan 

Sekaligus keterangan ini menjelaskan dilema Kementerian Perhubungan, atau pembuat kebijakan mana pun, yang harus mengarungi krisis kesehatan dan krisis ekonomi," ujarnya.

Menurutnya, ini ibarat buah simalamaka.

Dimakan ibu mati, tak dimakan ayah mati.

Dengan pilihan yang simalakama tersebut, pegangannya adalah hak asasi manusia, paling penting adalah hak hidup.

"Pemerintah harus transparan, harus sediakan statistik yang akurat, penjelasan yang rutin setiap hari, mengajak semua warga untuk memahami buah simalakama.

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing," sarannya.

Sementara netizen lainnya bernama Andri Sudibyo mengusulkan agar frekuensi KRL tetap dijaga supaya kepadatan penumpang tidak terjadi.

"Sebagai public facility beroperasi tidak untuk keuntungan, janganlah frekuensi kapasitas dikurangi sehingga masyarakat mengantri di sini bisa berakibat penularan covid.

PSBB dilakukan tidak untuk mematikan perekonomian tapi untuk mengurangi risiko kontak manusia," jelasnya.

Penumpang KRL Dibatasi, Antrean Panjang Masih Terjadi di Sejumlah Stasiun di Tengah PSBB

Luhut: Prabowo Bilang Enak Kerja Sama Jokowi, Enggak Minta Apa-apa, Pokoknya Jangan Korupsi

KRL COMMUTER LINE

Berikut penjelasan lengkap Luhut soal kebijakan KRL di masa pandemi corona:

Di usia yang sudah cukup tua ini, saya masih seringkali teringat pada kenangan masa kecil dan kehidupan bersama orang tua saya di Simargala, Toba Samosir.

Saya menjalani kehidupan masa kecil bersama orang tua dan adik-adik dalam keadaan yang sangat sulit, karena Ayah saya adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga dengan menjadi sopir bus AKAP di Sibualbuali.

Gaji beliau hanya cukup untuk kami makan sehari-hari kami. Jadi kalau mau dibilang, saya adalah anak sopir bus AKAP dan dilahirkan dari seorang Ibu yang tangguh meskipun tidak tamat Sekolah Rakyat.

Masa kecil saya juga dihabiskan dengan merantau, karena Ayah dan Ibu saya ingin mencari penghidupan yang lebih baik.

Halaman
1234
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved