Protes Atas Kematian George Floyd Menyebar ke Luar Amerika Serikat, dari Selandia Baru hingga Rusia
Seperti diberitakan France24, massa sekitar 4.000 orang menggelar demonstrasi di kota terbesar Selandia Baru, Auckland.
TRIBUNTERNATE.COM - Protes atas kematian pria kulit hitam George Floyd oleh polisi di Amerika Serikat (AS) meluas hingga luar AS.
Kini, demonstrasi juga menyebar ke negara-negara lainnya.
Seperti diberitakan France24, massa sekitar 4.000 orang menggelar demonstrasi di kota terbesar Selandia Baru, Auckland.
Mereka menerikkan protes atas pembunuhan George Flyod, sekaligus menentang kekerasan polisi dan rasisme di negara mereka sendiri.
• Hotman Paris Angkat Bicara soal Viral Foto Pria Bertato Peta Indonesia Rusak Properti dalam Rusuh AS
• London Dibanjiri Demonstran, Ribuan Massa Protes atas Kematian George Floyd Menjalar sampai ke Eropa
Para demonstran ini berkumpul di konsulat AS, memegang spanduk "saya tidak dapat bernafas", yang menjadi kata-kata Floyd di pengujung hidupnya.
Mereka juga menyodorkan pernyataan "virus yang sebenarnya adalah rasisme", serta slogan yang sudah lama terdengar, "Black Lives Matter".
George Floyd meninggal pada 25 Mei lalu setelah lehernya ditindih polisi Derek Chauvin. Floyd yang tak memberi perlawanan, ditangkap dengan tuduhan menggunakan uang palsu.
Bukan hanya di Auckland, beberapa protes juga digelar di Selandia Baru, baik yang merupakan aksi damai maupun terjadi bentrok.
Di Brasil, demonstrasi lebih panas. Ratusan warga memprotes tindak kejahatan yang dilakukan polisi terhadap kulit hitam di lingkungan kelas pekerja mereka, atau yang dikenal dengan nama favelas.
Kepolisan setempat harus menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi ini.
Kepolisian di Montreal, Kanada juga harus membubarkan massa dan menyebut unjuk rasa ini ilegal setelah demonstran melemparkan proyektil ke arah petugas. Bentrok ini pun menyebabkan sejumlah properti rusak dan kebakaran.
Aksi diplomatis
Di beberapa negara lainnya, aksi protes meluncur dari pejabat negara dan politikus.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mendorong pemerintah AS menghentikan aksi kekerasan.
"Untuk petugas dan polisi Amerika: Hentikan kekerasan terhadap rakyat Anda, dan biarkan mereka bernafas," kata Mousavi pada konferensi pers di Teheran.