Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kerusuhan di Amerika Serikat

Demo Tewasnya George Floyd, Trump Diungsikan ke Bunker hingga Kirim Militer ke Jalanan Washington

Donald Trump dilaporkan diungsikan ke bunker, ketika demo terkait kematian George Floyd terjadi di luar Gedung Putih.

Editor: Sansul Sardi
AFP/SAUL LOEB
Presiden AS, Donald Trump. 

TRIBUNTERNATE.COM - Aksi kerusuhan akibat tewasnya George Floyd kini tengah menyebar luas di berbagai kota di Amerika Serikat.

Hal ini rupanya turut mengancam keselamatan para petinggi di Negara Paman Sam tersebut.

Baru-baru ini Presiden AS Donald Trump dilaporkan diungsikan ke bunker, ketika demo terkait kematian George Floyd terjadi di luar Gedung Putih.

Sang presiden disebut bersembunyi selama satu jam, di tempat yang didesain untuk menghadapi momen seperti serangan teroris.

Kabar Trump yang diungsikan ke bunker dibenarkan baik oleh politisi Republik, maupun pejabat Gedung Putih dalam kondisi anonim.

Keputusan agen Secret Service menggarisbawahi suasana di sana, di mana nyanyian massa yang memadati Lapangan Lafayette terdengar jelas sepanjang akhir pekan.

Aksi demo yang erjadi pada Jumat itu (29/5/2020) merespons kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata di Minneapolis.

Floyd tewas setelah lehernya ditindih oleh Derek Chauvin, polisi yang menanggapi laporan bahwa korban membeli barang dengan uang palsu.

Protes Atas Kematian George Floyd Menyebar ke Luar Amerika Serikat, dari Selandia Baru hingga Rusia

Sering Terlihat di Foto Aksi Demo Rusuh George Floyd, Ternyata Ini Makna Kode ACAB dan 1312

Demonstrasi di luar Gedung Putih itu berujung pada kericuhan, dan meningkatkan kewaspadaan penegak hukum di sana sejak serangan 11 September 2001 (9/11).

"Kami tidak mengomentari protokol dan keputusan terkait keamanan," tegas juru bicara Gedung Putih Judd Deere, dilaporkan New York Post Minggu (31/5/2020).

Sementara Secret Service menolak menjelaskan operasi pengamanan mereka, dalam pemberitaan yang pertama kali dipublikasikan New York Times itu.

Berdasarkan keterangan dari sumber Republik, presiden 73 tahun itu dan keluarganya terkejut sekaligus terguncang dengan jumlah massa.

Tidak diketahui apakah Ibu Negara Melania dan putra mereka yang baru berusia 14 tahun, Baron, juga ikut mendampingi Trump.

Kepada penasihatnya, presiden ke-45 AS itu sempat mengaku khawatir terhadap keselamatannya, seraya memuji pasukan pengaman presiden, baik secara pribadi maupun di depan publik.

Kemudian pada Sabtu (30/5/2020), dia bertolak ke Florida untuk menghadiri peluncuran pesawat berawat SpaceX, pertama kalinya selama sekitar 10 tahun terakhir.

Dia kemudian kembali ke Gedung Putih dalam pengamaman ketat, dengan massa, yang beberapa melakukan kerusuhan, berjarak hanya beberapa meter.

Massa kemudian kembali lagi pada Minggu sore waktu setempat, di mana mereka kembali berhadapan dengan polisi di Lafayette hingga malam.

Dengan kota yang semakin membara, dengan sejumlah tayangan mengerikan melingkupi pemberitaan, salah satu penasihat mengusulkan agar Trump berpidato guna mendinginkan situasi.

Usul itu kemudian harus dicabut, selain karena kurangnya proposal apa yang hendak diajukan, nampaknya sang presiden juga tak tertarik memberi pesan persatuan.

Sang presiden juga mengunggah ucapan komentator konservatif di Twitter, berisi dukungan bagi penegak hukum menggunakan kekuatan terhadap demonstran.

"Peristiwa ini tak akan berhenti hingga orang baik menggunakan kekuatannya yang hebat melawan orang jahat," kata Buck Sexton.

Pada Jumat (29/5/2020), Derek Chauvin, polisi yang menindih George Floyd, ditangkap dan dijerat tuduhan pasal pembunuhan tingkat tiga.

Gelombang protes pun muncul sejak Kamis (28/5/2020), dan meluas hingga ke 30 kota seantero AS dan membuat pemerintah setempat menerapkan jam malam. (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Kirim "Ribuan Tentara Bersenjata Lengkap" ke Jalanan Washington

Presiden AS Donald Trump menyatakan, dia mengerahkan "ribuan tentara bersenjata lengkap" dan polisi untuk memadamkan kerusuhan di Washington.

Ucapannya itu muncul setelah bangunan dan monumen di sekitar Gedung Putih menjadi korban vandalisme dalam aksi protes terkait kematian George Floyd.

"Apa yang terjadi pada kota (Washington) semalam adalah hal memalukan," ujar Trump, di tengah suara tembakan gas air mata dalam aksi protes di dekat Gedung Putih.

"Saya menempatkan ribuan tentara bersenjata lengkap, militer, dan penegak hukum untuk menghentikan kerusuhan, penjarahan, vandalisme, dan serangan nakal," jelasnya.

Dilansir AFP, Senin (1/6/2020), presiden berusia 73 tahun itu mengecam kericuhan dalam demonstrasi sebagai "terorisme domestik".

London Dibanjiri Demonstran, Ribuan Massa Protes atas Kematian George Floyd Menjalar sampai ke Eropa

Istri Derek Chauvin, Polisi Minneapolis yang Tindih Leher George Floyd hingga Tewas, Ajukan Cerai

Adapun unjuk rasa itu muncul menyikapi kematian George Floyd, yang tewas setelah ditindih polisi kulit putih di Minneapolis, Senin (25/5/2020).

"Saya ingin dalang kerusuhan ini tahu, kalian akan menghadapi hukuman berat dan dipenjara dalam waktu yang lama," ancam dia.

Saat Trump mengatakan itu, AFP melaporkan, terdengar suara tembakan gas air mata dan granat setrum untuk membubarkan pengunjuk rasa di luar Gedung Putih.

Dia juga menyerukan kepada gubernur negara bagian untuk mengerahkan Garda Nasional dalam jumlah besar, sehingga mereka bisa "mendominasi" pendemo.

Selepas menyatakan itu, dia berjalan menuju Gereja Episkopal St John, dikenal juga sebagai Gereja Presiden, yang rusak parah karena kericuhan.

Sepekan setelah kematian Floyd, hasil otopsi pun dirilis, di mana penyebab kematian Floyd adalah pembunuhan yang dilakukan Derek Chauvin, polisi yang menindihnya.

Proses pemeriksaan post-mortem itu dilakukan Aleccia Wilson, pakar di Universitas Michigan, berdasarkan permintaan pihak keluarga.

Wilson dikenal sebagai dokter yang juga menangani jenazah Eric Garner, yang tewas di tangan polisi pada 2014 dan memunculkan gerakan Black Lives Matter.

"Bukti ini konsisten dengan sesak napas mekanis sebagai penyebab kematian, dengan kematiannya merupakan pembunuhan," terang Wilson dalam konferensi pers.

Kerusuhan dalam demo AS ini merupakan yang terbesar sejak 1968, ketika ikon penegakan hak sipil Martin Luther King Jr ditembak mati anggota supremasi kulit putih.

Insiden ini juga meningatkan kembali publik akan memori 1992 di Los Angeles, ketika pengendara motor Rodney King dihajar hingga tewas oleh polisi.

Kematian King kemudian memunculkan kerusuhan di Los Angeles. (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Diungsikan ke Bunker Saat Demo Kematian George Floyd di Luar Gedung Putih" dan "Trump Umumkan Kirim "Ribuan Tentara Bersenjata Lengkap" ke Jalanan Washington"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved