38 Demonstran Anti-kudeta Myanmar Tewas, PBB: Bagaimana Kita Bisa Melihat Situasi Ini Lebih Lama?
Utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener menggambarkan korban tewas pada Rabu kemarin sangat memprihatinkan.
Hampir 1.500 Orang Ditahan
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang melacak penangkapan sejak kudeta.
AAPP mengatakan 1.498 orang telah ditahan dengan 1.192 masih dalam tahanan.
Dalam pengarahan malamnya tentang situasi di negara itu, mereka mengutuk penggunaan kekuatan terhadap pengunjuk rasa damai, mengatakan amunisi hidup telah digunakan di tujuh kota di seluruh negeri.
"Militer dan apa yang disebut polisi membuat para pengunjuk rasa damai sebagai musuh, meneror dan mengarahkan senjata mereka ke wajah, dada, kepala, punggung dan perut orang," kata kelompok itu.
Kantor berita Reuters melaporkan, juru bicara dewan militer yang berkuasa di Myanmar tidak menjawab panggilan telepon yang meminta komentar.

Suara Tembakan di Sore Hari
Sebelumnya pada Rabu, video dari berbagai lokasi menunjukkan pasukan keamanan menembakkan ketapel ke arah demonstran, mengejar mereka, dan bahkan memukuli kru ambulans dengan popor senapan dan pentungan.
Frontier, majalah urusan terkini terkemuka, melaporkan korban tewas sedikitnya 16 pengunjuk rasa pro-demokrasi, termasuk enam orang di Yangon, kota terbesar di negara itu.
Saksi mata mengatakan pasukan keamanan melepaskan tembakan di sebuah lingkungan di utara kota pada sore hari.
"Saya mendengar begitu banyak tembakan terus menerus. Saya tiarap di tanah, mereka banyak menembak," kata pengunjuk rasa Kaung Pyae Sone Tun (23).
Seorang dokter mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa di kota kedua Mandalay, pengunjuk rasa ditembak di dada.
Sementara seorang lagi, seorang wanita berusia 19 tahun, ditembak di kepala.
"Mengerikan, ini pembantaian. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan situasi dan perasaan kami," kata aktivis pemuda Thinzar Shunlei Yi.

Save the Children mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa empat anak termasuk di antara yang tewas.