38 Demonstran Anti-kudeta Myanmar Tewas, PBB: Bagaimana Kita Bisa Melihat Situasi Ini Lebih Lama?
Utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener menggambarkan korban tewas pada Rabu kemarin sangat memprihatinkan.
Termasuk seorang bocah lelaki berusia 14 tahun yang dilaporkan Radio Free Asia ditembak mati oleh seorang tentara dalam konvoi truk militer yang lewat.
Para tentara memasukkan tubuhnya ke dalam truk dan meninggalkan tempat kejadian.
Ratusan pengunjuk rasa ditangkap, media lokal melaporkan.
AS mengutuk kekerasan mematikan terbaru yang dilakukan junta terhadap pengunjuk rasa dan menyerukan tindakan yang lebih global.
"Kami terkejut dan muak melihat kekerasan mengerikan yang dilakukan terhadap orang-orang Burma atas seruan damai mereka untuk memulihkan pemerintahan sipil," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, menggunakan nama lama Myanmar.
"Kami menyerukan semua negara untuk berbicara dengan satu suara untuk mengutuk kekerasan brutal oleh militer Burma terhadap rakyatnya sendiri," katanya kepada wartawan.

Kudeta Myanmar
Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari ketika militer menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan sejumlah pemimpin sipil negara itu dan merebut kekuasaan melalui kudeta.
Militer membenarkan pengambilalihan tersebut dengan klaim penipuan pemilih yang tidak berdasar dalam pemilihan November 2020 yang mengembalikan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi ke tampuk kekuasaan secara telak.
Komisi pemilihan, yang anggotanya juga ditahan dalam kudeta tersebut, mengatakan pemungutan suara itu adil.
Para pegiat menyerukan kepada komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi yang ditargetkan dan embargo senjata sebagai tanggapan atas kudeta tersebut serta untuk merujuk militer, yang sebelumnya memimpin penumpasan brutal tahun 2017 terhadap Rohingya, ke Pengadilan Kriminal Internasional.
Schraner Burgener akan memberikan penjelasan singkat kepada Dewan Keamanan PBB tentang perkembangan pada Jumat (5/3/2021).
Utusan PBB tersebut mendesak negara-negara untuk mengambil "langkah-langkah yang sangat kuat" untuk memulihkan demokrasi di negara Asia Tenggara.
Dia mengatakan kepada wartawan di New York bahwa dia telah memperingatkan wakil kepala militer Myanmar Soe Win tentang potensi tindakan tegas.
"Jawabannya adalah 'kami terbiasa dengan sanksi dan kami selamat'," katanya kepada wartawan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PBB Soroti Krisis Myanmar yang Kian Memanas Setelah 38 Demonstran Anti-Kudeta Tewas