Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Rencana Impor Beras 1 Juta Ton Tuai Kritikan dari Faisal Basri, Rizal Ramli, hingga Febri Diansyah

Para tokoh ekonomi hingga pegiat antikorupsi pun menyuarakan kritikan mereka terhadap rencana impor beras 1 juta ton melalui media sosial.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
ILUSTRASI BERAS IMPOR - Buruh angkut menata karung-karung beras Bulog asal Vietnam di salah satu toko di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Selasa (28/1/2014). 

Lewat akun Twitter @febridiansyah, mantan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini mengingatkan banyaknya kasus korupsi terkait kebijakan impor.

Seperti impor daging, impor ikan, impor gula, impor bawang putih, hingga impor tekstil.

Oleh karenanya, Febri Diansyah berharap kasus korupsi terkait kebijakan impor tidak bertambah lagi.

Selain itu, ia meminta supaya kasus korupsi terkait impor sebelumnya dijadikan pembelajaran, terutama bagi kebijakan impor bahan pangan dan kebutuhan pokok.

Tanggapan Febri Diansyah mengenai kebijakan impor bahan pangan pokok.
Tanggapan Febri Diansyah mengenai kebijakan impor bahan pangan pokok. (Tangkap layar Twitter/@febridiansyah)

3. Faisal Basri

Ekonom Faisal Basri melontarkan kritikan terhadap rencana impor beras 1 juta ton lewat artikel berjudul "Mau Impor Beras Besar-besaran Lagi: Pemburuan Rente Lagi, Rente Lagi" yang dipublikasikan di situsnya, faisalbasri.com.

Dalam artikel itu, Faisal Basri meminta pemerintah untuk tidak mengulangi kesalahan pada tahun 2018.

Saat itu tingkat produksi bisa dikatakan tidak buruk.

Namun, lonjakan impor sepanjang 2018 mengakibatkan stok yang dikuasai oleh pemerintah untuk PSO/CBP naik hampir 4 juta ton sedangkan penyalurannya anjlok dari 2,7 juta ton menjadi 1,9 juta ton.

Akibatnya, stok beras melonjak lebih dua kali lipat dari 0,9 juta ton pada akhir 2017 menjadi 2 juta ton pada akhir 2018.

Hal ini membuat Bulog kewalahan dalam mengelola kelebihan stok.

Bahkan, ratusan ribu ton stok beras sisa pengadaan impor tahun 2018 masih tersisa hingga kini.

Dampaknya, kualitas beras yang dikelola Bulog merosot, 'uang mati' meningkat, dan kemampuan Bulog menyerap beras dari petani menjadi terbatas.

Baca juga: Wakil Ketua MPR Sebut Kecurigaan Amien Rais Soal Presiden 3 Periode Berasal dari Pikirannya Sendiri

Baca juga: Soal Presiden 3 Periode, Fahri Hamzah: Kita Punya Kebiasaan Buruk Besarkan Isu dari Sumber Tidak Sah

Baca juga: Kurangnya Skill Petani Lokal Jadi Alasan Indonesia Masih Impor Garam meski Punya Lautan Luas

Faisal Basri pun khawatir, pengalaman tahun 2018 itu akan terulang lagi tahun ini.

Sebab, adanya pengumuman rencana impor beras 1 juta ton mempengaruhi psikologi pasar, sehingga harga jual di tingkat petani cenderung menurun.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved