Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Terkini Internasional

Kasus Kematian Harian Covid-19 di India Pecah Rekor Lagi, Pemerintah Pusat Enggan Terapkan Lockdown

Rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium di India kewalahan karena ada lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama lebih dari 10 hari.

Kompas.com
Krematorium darurat di India dibuat setelah adanya lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 di negara tersebut. Rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium di India kewalahan karena ada lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama lebih dari 10 hari berturut-turut. 

Pada Minggu kemarin, surat kabar Indian Express melaporkan bahwa gugus tugas Covid-19 negara itu telah menyarankan pemerintah federal untuk memberlakukan lockdown nasional.

Baca juga: Update WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri Senin, 3 Mei 2021: Total 189 Orang Meninggal Dunia

Baca juga: Bubuk Putih yang Disita di Eks Markas FPI Dipastikan Bahan Peledak, Apa Tanggapan Aziz Yanuar?

Baca juga: Video Viral Jamaah Diusir dari Masjid karena Pakai Masker, Si Pengusir: Aturan Ulama Lebih Tinggi

Pada April 2021 lalu, Perdana Menteri India, Narendra Modi mengatakan semua upaya harus dilakukan untuk menghindari lockdown.

Pemerintah federal khawatir lockdown akan berdampak buruk pada ekonomi.

Lockdown yang diberlakukan tahun lalu setelah wabah Covid-19 pertama menyebabkan hilangnya pekerjaan karena output ekonomi turun 24 persen pada April hingga Juni 2020, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Krematorium darurat di India.
Krematorium darurat di India. (Kompas.com)

Pemerintah Modi mendapat kritikan keras karena membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak mengenakan masker menghadiri festival keagamaan dan rapat umum politik yang digelar di lima negara bagian hingga Maret dan April 2021.

Kasus harian di negara bagian ini telah melonjak sejak saat itu.

Pada Sabtu (1/5/2021), Reuters melaporkan bahwa pemerintah federal telah dianggap gagal dalam menanggapi peringatan pada awal Maret 2021 dari penasihat ilmiahnya sendiri.

Peringatan pakar saat itu menyebut bahwa varian baru dan lebih menular sedang terjadi di India.

"BEBAN TERLALU BESAR"

Pada Sabtu lalu, Kepala Serum Institute India - pembuat vaksin terbesar di dunia - mengatakan kepada surat kabar The Times, selama perjalanan bisnis ke Inggris, dirinya 'diburu' oleh para pemimpin politik dan bisnis untuk mendapatkan lebih banyak pasokan vaksin.

"'Ancaman' adalah istilah yang meremehkan," kata Adar Poonawalla kepada surat kabar itu.

"Tingkat ekspektasi dan agresi kali ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Bebannya terlalu besar. Semua orang merasa mereka harus mendapatkan vaksin," lanjutnya.

Para ahli telah meminta pemerintah untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam peluncuran vaksin India, terutama di daerah pedesaan yang lebih miskin di mana jangkauan Internet lebih rendah.

"Kami harus mendapatkan vaksin yang cukup, kemudian merencanakan dari bawah ke atas melalui ... tingkat pusat kesehatan primer," kata ahli kesehatan masyarakat yang berbasis di Bangalore, Hemant Shewade, kepada AFP.

"Berikan vaksin kepada orang-orang dengan cara seperti saat kami menerapkan kampanye polio dan campak kami," tambahnya.

ILUSTRASI vaksin Covid-19.
ILUSTRASI vaksin Covid-19. (europeanpharmaceuticalreview.com)
Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved