Virus Corona
Direktur Jenderal WHO: Setidaknya 115.000 Tenaga Kesehatan di Dunia Meninggal akibat Covid-19
Sudah ada lebih dari seratus ribu tenaga kesehatan di seluruh dunia yang meninggal dunia akibat virus bernama ilmiah SARS-Cov-2 itu.
TRIBUNTERNATE.COM - Pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19 telah berlangsung selama kurang lebih 1,5 tahun.
Sejak pertama kali teridentifikasi pada Desember 2019 lalu, jumlah kasus infeksi dan kasus kematian akibat Covid-19 semakin meningkat.
Para dokter dan tenaga kesehatan pun menjadi salah satu golongan yang memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19.
Sudah ada lebih dari seratus ribu tenaga kesehatan di seluruh dunia yang meninggal dunia akibat virus bernama ilmiah SARS-Cov-2 itu.
Setidaknya 115.000 tenaga kesehatan dan perawatan telah meninggal dunia akibat Covid-19 sejak awal pandemi, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (24/5/2021).
Terkait hal ini, Tedros menyerukan peningkatan vaksinasi yang di negara-negara di seluruh dunia.

Baca juga: Presiden Jokowi Lantik Letjen TNI Ganip Warsito Jadi Kepala BNPB, Gantikan Doni Monardo
Baca juga: Profil Singkat Bambang Wuryanto yang Sentil Ganjar Pranowo, Miliki Harta Kekayaan Capai Rp 4,3 M
Baca juga: 75 Pegawai KPK Tak Lolos Tes ASN, 73 Guru Besar Surati Jokowi, Minta Firli Bahuri Cs Diawasi
Pada pembukaan pertemuan tahunan utama WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji pengorbanan yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan di seluruh dunia dalam memerangi pandemi Covid-19.
“Selama hampir 18 bulan, petugas kesehatan dan perawatan di seluruh dunia telah berdiri di celah antara hidup dan mati,” katanya, dikutip dari The Straits Times.
“Mereka telah menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan berjuang untuk orang lain yang, terlepas dari upaya terbaik mereka, tetap saja tak terselamatkan. "
“Banyak yang terinfeksi, dan meskipun laporannya masih rendah, kami memperkirakan setidaknya 115.000
tenaga kesehatan dan perawatan telah 'membayar harga tertinggi' untuk merawat orang lain."
Tedros mengatakan, banyak tenaga kesehatan yang merasa "frustrasi, tidak berdaya dan tidak terlindungi, dengan kurangnya akses ke alat pelindung diri dan vaksin," sejak awal krisis pandemi Covid-19.
Dan mereka tidak sendiri.
Dia menggambarkan, ketidakadilan secara keseluruhan dalam akses ke vaksin sebagai "skandal."
Tedros pun memperingatkan bahwa ketidakadilan terkait akses vaksin itu justru "membuat pandemi semakin berlarut-larut."
Lebih dari 75 persen dari total pasokan vaksin Covid-19 hanya dikirim ke 10 negara.
“Jumlah dosis yang diberikan secara global sejauh ini sudah cukup untuk mencakup semua petugas kesehatan dan lansia jika bisa didistribusikan secara merata,” katanya.
"Tidak ada cara diplomatik untuk mengatakannya; bahwa sekelompok kecil negara yang membuat dan membeli sebagian besar vaksin dunia mengendalikan nasib negara-negara lain," lanjut Tedros.

Baca juga: Peran Oknum Dokter dan ASN Dinas Kesehatan dalam Kasus Penjualan Vaksin Covid-19 Ilegal di Sumut
Baca juga: Oknum ASN di Sumatera Utara Jual Vaksin Covid-19 Ilegal, Gubernur Edy Rahmayadi: Sanksinya Dipecat
Baca juga: Normalnya Butuh Waktu 10-15 Tahun, Mengapa Vaksin Covid-19 Bisa Dikembangkan dengan Singkat?
Baca juga: Epidemiolog Tak Berani Beri Kepastian Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir Meski Sudah Ada Vaksin
Tedros mendesak negara-negara yang memiliki stok besar vaksin untuk membagikannya dengan negara lain yang masih kekurangan vaksin.
Selain itu, Tedros mendesak adanya kerja sama yang lebih besar untuk meningkatkan produksi dan distribusi vaksin Covid-19.
WHO dan sejumlah pihak lainnya telah membuat Covax, program distribusi vaksin Covid-19 secara global.
Akan tetapi, mereka tetap kekurangan dana dan menghadapi kekurangan pasokan vaksin yang signifikan.
Hal ini menimbulkan tersendatnya upaya untuk meluncurkan program vaksinasi di negara-negara miskin.
“Kami telah mengirimkan setiap satu dari 72 juta dosis yang sejauh ini dapat kami peroleh ke 125 negara dan ekonomi,” kata Tedros.
Namun, dia menyesalkan bahwa dosis tersebut hanya cukup untuk menutupi satu persen dari populasi gabungan di negara-negara tersebut.
Direktur Jenderal WHO asal Ethiopia ini menekankan perlunya upaya segera untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu.
“Hari ini, saya menyerukan negara-negara anggota untuk mendukung dorongan besar-besaran untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara pada bulan September,” katanya.
Kemudian, dia juga menyerukan agar cakupan vaksinasi diperluas hingga 30 persen pada akhir tahun 2021.
SUMBER: THE STRAITS TIMES
(TribunTernate.com/Rizki A.)