Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Terkini Internasional

Antisipasi Serangan Korea Utara, Korea Selatan Kembangkan Sistem Pertahanan Mirip Iron Dome Israel

Korea Selatan sedang mengembangkan artileri baru dan sistem pertahanan udara yang menyerupai Iron Dome Israel.

AFP via thenationalnews.com
Sebuah roket yang diluncurkan dari Gaza dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel 

Pakar militer juga mencatat bahwa jumlah proyektil yang ditembak jatuh oleh Israel jauh lebih sedikit proyektil daripada yang mungkin harus dicegat oleh Korea Selatan.

Tercatat, Hamas menembakkan sekitar 4.300 roket selama 10 hari dalam konflik Gaza terbaru.

Namun, laporan terbaru oleh surat kabar Hankyoreh menyebut bahwa Korea Selatan menggunakan penargetan yang lebih canggih, meriam besar, dan peluncur roket, sehingga dapat menembakkan sekitar 16.000 peluru per jam.

“Ini adalah upaya yang sangat menantang,” kata Ankit Panda, senior di Program Kebijakan Nuklir atau Nuclear Policy Programme di Carnegie Endowment for International Peace.

Penampakan di langit malam saat sistem pertahanan udara Iron Dome Israel (kiri) mencegat roket yang ditembakkan oleh Hamas (kanan) ke arah Belt Lahia dari selatan Jalur Gaza pada 14 Mei 2021 lalu.
Penampakan di langit malam saat sistem pertahanan udara Iron Dome Israel (kiri) mencegat roket yang ditembakkan oleh Hamas (kanan) ke arah Belt Lahia dari selatan Jalur Gaza pada 14 Mei 2021 lalu. (AFP/Anas Baba)

Baca juga: BPOM Tegaskan BELUM Beri Izin Penggunaan Darurat untuk Ivermectin sebagai Obat Terapi Covid-19

Baca juga: Mengenal Ebrahim Raisi, Presiden Baru Iran, Seorang Hakim Agung hingga Dituduh Ekstremis oleh Israel

Baca juga: Mengenal Sosok Naftali Bennett, Perdana Menteri Baru Israel yang Gantikan Benjamin Netanyahu

'Tidak ada pilihan'

Meski begitu, para ahli tampak tetap yakin Korea Selatan akan mampu mengembangkan pertahanan rudal yang efektif melawan tembakan artileri dan roket Korea Utara.

Pertanyaannya adalah soal biaya.

Bagi kebanyakan negara di dunia, aspek keamanan nasional dan khususnya anggaran militer, cukup bertentangan dengan analisis biaya-manfaat konvensional.

"Tidak ada pilihan untuk Korea Selatan, mau bagaimana lagi," kata Jo Dong Joon, direktur Pusat Studi Korea Utara di Seoul National University sekaligus spesialis strategi nuklir Korea Selatan.

“Korea Selatan khawatir bahwa Korea Utara dapat menembakkan artileri jarak jauhnya tanpa disertai rasa takut yang tinggi akan pembalasan,” lanjutnya.

Dorongan untuk mengembangkan sistem pertahanan baru itu muncul pada 2010, ketika Korea Utara menembaki pulau perbatasan Yeonpyeong dan menewaskan empat orang.

Menurut surat kabar Hankyoreh, setelah insiden Yeonpyeong, pihak berwenang Korea Selatan mempertimbangkan untuk memperkenalkan sistem Iron Dome, tetapi akhirnya menganggapnya tidak pantas.

Fokus mereka saat itu adalah menghancurkan sumber api yang masuk.

Untuk itu pada tahun lalu, Korea Selatan mengerahkan sistem bernama Korea Tactical Surface to Surface Missiles (KTSSM).

KTSSM juga disebut "pembunuh artileri" dengan jangkauan 100 km (62 mil) dan dirancang khusus untuk menghancurkan artileri dari Korea Utara, kata Jo.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved