Saat Negara Lain Belum dapat Vaksin Pertama, Jerman Justru akan Beri Vaksin Booster untuk Warganya
Menteri Kesehatan Jerman memutuskan untuk mulai memberikan vaksin booster pada kelompok rentan mulai September 2021. Langkah ini menuai kritik.
Para advokat dan pakar, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, langkah tersebut tidak bermoral.
Kurang dari 48 jam setelah Jerman mengumumkan bahwa pihaknya akan memberikan vaksin booster, WHO menyerukan adanya penangguhan suntikan vaksin booster di seluruh dunia, setidaknya selama dua bulan.
"Kami tidak bisa dan tidak boleh menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global menggunakan lebih banyak lagi (vaksin)."
"Sementara, orang-orang yang paling rentan di dunia tetap tidak terlindungi," kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (4/8/2021).

Baca juga: Moderna akan Disuntikkan sebagai Vaksin Dosis Ketiga kepada 1,47 Juta Tenaga Kesehatan di Indonesia
Baca juga: Kemenkes Putuskan Masyarakat yang Belum Memiliki NIK Tetap Bisa Vaksin Covid-19, Ini Prosedurnya
Mengutip New York Times, Hal yang sama juga diserukan oleh Doctors Without Borders, sebuah organisasi medis non pemerintah yang berfokus pada kemanusiaan internasional asal Prancis.
Menurut Doctors Without Borders, "tidak masuk akal" jika negara-negara kaya memberikan vaksin booster, sementara orang-orang di negara miskin belum mendapatkan vaksin dosis pertamanya.
"Pemerintah kaya seharusnya tidak memprioritaskan pemberian dosis ketiga, ketika sebagian besar negara berkembang bahkan belum mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 pertamanya," tutur Elder, penasihat kebijakan vaksin senior Doctors Without Borders Access Campaign, dalam sebuah pernyataan.
Selain itu, di antara para ilmuwan juga belum ada kesepakatan tentang seberapa pentingnya suntikan vaksin booster.
Namun, karena kekhawatiran akan lebih banyak gelombang pandemi dengan kebijakan lockdown yang membutuhkan lebih banyak biaya, alhasil semakin banyak negara yang bersiap atau bahkan sudah mulai memberikan vaksin booster kepada penduduknya.
Masalah vaksin booster ini telah diperdebatkan dengan sangat hangat di negara-negara kaya pada saat tingkat vaksinasi mereka melambat.
Tetapi, karena varian Delta telah mendominasi Amerika Serikat serta Eropa dan membuat kasus melonjak pada Juni dan Juli, tampaknya ada lebih banyak pemerintahan yang mendukung adanya vaksin booster.
SUMBER: The Washington Post dan The New York Times
(TribunTernate.com/Ron)