Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Jokowi Tegaskan Indonesia Tak Gentar Digugat Uni Eropa soal Nikel, Apa Risikonya Jika Kalah?

Kebijakan pemerintah Indonesia yang berhentikan ekspor nikel berujung pada gugatan Uni Eropa terhadap RI ke WTO. Apa risikonya jika RI kalah?

TRIBUNNEWS/gus Soeparto/PRESIDENTIAL PALACE
Jokowi tak gentar lawan gugatan Uni Eropa soal nikel. - Dalam foto: Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu, Lampung. Kamis (02/09/2021). 

"Itu merugikan kita, karena kita ekspor bahan mentah dan tidak menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Itu yang harus kita lawan betul-betul," tegas Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) itu.

Baca juga: Keppres Amnesti Saiful Mahdi Diteken, Jokowi Diminta Pertimbangkan Amnesti Massal bagi Korban UU ITE

Baca juga: Resmi Salurkan Bantuan Tunai bagi PKL & Warung Kecil, Jokowi: Rp1,2 Juta Menurut Hitungan Kita Cukup

Baca juga: Olvah Bwefar Jamin Antusias Warga Papua Sambut Jokowi Bukan Gimik: Mereka Sayang Banget sama Bapak

Hikmahanto Juwana, Pakar Hukum Internasional.
Hikmahanto Juwana, Pakar Hukum Internasional. (KompasTV)

Selain itu, jika Indonesia kalah dari Uni Eropa, bangsa ini juga memiliki kekhawatiran tentang pemaksimalan smelter.

Karena sudah terbiasa menjual nikel dalam bentuk mentah, Indonesia belum terbiasa untuk melakukan pengolahan bahan mentah di smelter.

Sehingga, jika Indonesia kalah, dapat dipastikan smelter yang diperkirakan akan memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia justru malah akan merugikan.

"Selama ini kita sudah terbiasa menjual dalam bentuk raw-nya, core-nya, bukan dalam bentuk sudah jadi."

"Sekarang, kita mengubah kebijakan yang selama ini kita selalu ekspor untuk (kemudian) tidak (ekspor)," jelas Hikmahanto.

Ekspor Nikel Dihentikan Demi Kesejahteraan Negara

Jokowi menegaskan, kebijakan pelarangan ekspor nikel dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan negara.

Menurutnya, potensi pemanfaatan nikel sangatlah besar.

Ketimbang diekspor dalam bentuk bahan mentah, sumber daya tersebut dapat diolah menjadi katoda baterai stainless steel atau litium baterai untuk selanjutnya diintegrasikan dengan industri otomotif.

Pemanfaatan itu membuka kesempatan RI untuk mengembangkan industri mobil listrik dan menyumbangkan pendapatan dalam negeri.

"Jangan kehilangan kesempatan lagi kita, jangan ekspor lagi yang namanya nikel dalam bentuk raw material, bahan mentah, saya sudah sampaikan, stop ekspor bahan mentah," ucap Jokowi.

Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo. (Biro Pers Setpres/Laily Rachev)

Ke depan, lanjut Presiden, kebijakan serupa juga akan diterapkan pada komoditas lainnya seperti bauksit atau biji aluminium hingga sawit.

Ia berjanji bakal memaksa BUMN, swasta, hingga imvestor untuk mendirikan industrinya di dalam negeri.

"Kalau ada yang menggugat kita hadapi, jangan digugat kita mundur lagi. Nggak akan kesempatan itu datang lagi, peluang itu datang lagi, nggak akan," kata Jokowi.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved