Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Varian Baru Covid-19 'Botswana' yang Bawa Jumlah Mutasi Sangat Tinggi Telah Terdeteksi di Hongkong

Hongkong telah mendeteksi varian virus corona baru 'Botswana' diidentifikasi yang menyebar di Afrika Selatan.

Shutterstock/PopTika via Kompas.com
Ilustrasi penelitian virus corona - Hongkong telah mendeteksi varian virus corona baru 'Botswana' diidentifikasi yang menyebar di Afrika Selatan. 

Kementerian Kesehatan Botswana juga mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa empat kasus varian baru terdeteksi pada orang yang semuanya divaksinasi lengkap.

Pihak berwenang Inggris mengatakan bahwa varian baru memiliki protein lonjakan yang secara dramatis berbeda dengan yang ada pada virus corona asli.

"Ini adalah varian paling signifikan yang kami temui hingga saat ini dan penelitian mendesak sedang dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang penularan, tingkat keparahan, dan kerentanannya terhadap vaksin," kata kepala eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris Jenny Harries.

Varian Botswana berpotensi lebih buruk dari Delta

Virus corona varian baru 'Botswana' yang membawa jumlah mutasi sangat tinggi berpotensi menimbulkan gelombang penyakit karena menghindari pertahanan tubuh.

Dilansir The Guardian, Rabu (24/11/2021), varian tersebut adalah B.1.1.529 yang teridentifikasi pada 10 kasus di tiga negara.

Meski baru terkonfirmasi 10 kasus, tapi varian tersebut telah memicu kekhawatiran serius di antara beberapa peneliti karena sejumlah mutasi dapat membantu virus menghindari kekebalan.

Ilustrasi Virus.
Ilustrasi Virus. (Kompas.com)

Melansir Kompas.com, varian B.1.1.529 memiliki 32 mutasi pada spike protein, bagian dari virus yang digunakan sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan Covid.

Mutasi pada spike protein dapat memengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel dan menyebar, tetapi juga mempersulit sel kekebalan untuk menyerang patogen.

Baca juga: Menkes Tegaskan Vaksin Covid-19 Masih Efektif Atasi Varian Delta dan Turunannya: Kekebalan Cukup

Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer Capai Efikasi 100 Persen untuk Remaja Usia 12-15 Tahun

Varian ini pertama kali terlihat di Botswana, sebuah negara di Afrika Bagian Selatan.

Tiga kasus di sana telah diurutkan.

Sementara itu menurut Direktur Institut Genetika UCL Prof Francois Balloux, sejumlah besar mutasi pada varian corona tampaknya terakumulasi dalam "ledakan tunggal".

Hal itu menunjukkan bahwa mungkin varian tersebut telah berkembang selama infeksi kronis pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah, misalnya pasien HIV/AIDS yang tidak diobati.

“Sulit untuk memprediksi seberapa menularnya pada tahap ini. Untuk saat ini harus dipantau dan dianalisis dengan cermat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat," katanya.

Melansir Mirror, Rabu (24/11/2021) seorang ahli virologi di Imperial College London Tom Peacock menggambarkan kombinasi mutasi varian itu sebagai "mengerikan".

Tom menambahkan bahwa varian itu berpotensi menjadi lebih buruk daripada varian lainnya termasuk varian Delta yang sekarang dominan, yang diketahui memiliki 16 mutasi.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved