Virus Corona
ECDC Perkirakan Omicron akan Sebabkan Lebih dari Setengah Kasus Covid-19 di Eropa
ECDC mengatakan bahwa varian Omicron dapat menjadi varian yang dominan pada infeksi Covid-19 di Eropa dalam beberapa bulan ke depan.
TRIBUNTERNATE.COM - Badan kesehatan masyarakat Uni Eropa mengatakan bahwa varian Omicron dapat menjadi varian yang dominan pada infeksi Covid-19 di Eropa dalam beberapa bulan ke depan.
Perkiraan tersebut dapat memberikan informasi awal tentang penularan varian Omicron yang sangat tinggi, di atas varian Delta.
"Berdasarkan pemodelan matematika yang dilakukan oleh ECDC, ada indikasi bahwa Omicron dapat menyebabkan lebih dari setengah dari semua infeksi Sars-CoV-2 di Uni Eropa dalam beberapa bulan ke depan," kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa dalam sebuah pernyataan seperti dikutip The Strait Times.
Selain itu, penasihat ilmiah utama pemerintah Prancis Jean-Francois Delfraissy, juga memperkirakan bahwa Omicron sudah dapat menggantikan posisi Delta pada akhir Januari.
Sejauh ini tidak ada bukti konklusif tentang penularan Omicron.
Namun, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Covid-19, Dr Maria van Kerkhove, mengatakan bahwa badan tersebut diharapkan memiliki data tentang ini dalam beberapa hari ke depan.
Eropa sejauh ini mencatat beberapa kasus infeksi dengan varian Omicron.
Beberapa negara di Asia, seperti Hongkong, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura, juga telah melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron di negaranya.
Baca juga: Update Covid-19 Indonesia Jumat, 3 Desember 2021: Tambah 245 Kasus Baru, Total Kasus Aktif 7.705
Baca juga: Omicron Sudah Sampai Singapura, Polri Perketat Pintu Masuk Darat, Laut, dan Udara Menuju Bali
Setelah Singapura, Malaysia laporkan penemuan kasus Covid-19 varian Omicron
Malaysia mendeteksi kasus pertama varian baru Covid-19, Omicron, di negara itu pada seorang mahasiswi asing dari Afrika Selatan.
Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin, Jumat (3/12/2021), mengungkapkan, mahasiswi tersebut tiba dari Afrika Selatan dua pekan lalu dan sudah menjalani karantina.

Otoritas di Malaysia telah mengadakan tes ulang atas sampel-sampel positif setelah pada 24 November lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Omicron sebagai varian yang harus diwaspadai.
Mahasiswi berusia 19 tahun itu tidak menampakkan gejala dan telah menjalani vaksinasi.
Ia tiba di Malaysia dari Singapura.
Melansir Kompas.id, setelah menjalani karantina selama 10 hari, mahasiswi itu keluar dari karantina pada 29 November lalu.