Virus Corona
Studi Tunjukkan Risiko Rawat Inap Kasus Infeksi Varian Omicron Lebih Ringan daripada Delta
Studi baru yang dirilis Rabu (22/12/2021) mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa Omicron mungkin tidak berbahaya seperti varian Delta.
TRIBUNTERNATE.COM - Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang terus bermutasi telah berlangsung selama hampir dua tahun.
Selama kurun waktu itu pulalah penelitian terhadap virus corona SARS-CoV-2 beserta mutasi dan turunannya masih dikembangkan demi penanganan pandemi yang lebih efektif.
Saat ini, virus corona varian Omicron menjadi sorotan, sebelumnya varian Delta memancing kekhawatiran global karena keganasannya.
Bahkan, timbul pertanyaan apakah Omicron lebih berat atau justru lebih ringan daripada Delta.
Dua penelitian baru di Inggris memberikan beberapa petunjuk awal bahwa virus corona varian Omicron kemungkinan lebih ringan daripada varian Delta.
Meski demikian, para ilmuwan menekankan bahwa, bahkan jika temuan studi awal ini bertahan hingga beberapa waktu ke depan, setiap pengurangan gejala yang parah perlu diimbangi dengan fakta bahwa Omicron menyebar jauh lebih cepat daripada Delta dan lebih mampu menghindari vaksin.
Banyak kasus infeksi Omicron yang masih bisa membanjiri rumah sakit.
Baca juga: Omicron Merebak, Israel Segera Beri Warganya Vaksin Covid-19 Dosis Keempat, Bagaimana Indonesia?
Baca juga: Penelitian Inggris: Belum Ada Bukti Virus Corona Varian Omicron Lebih Ringan daripada Varian Delta
Namun, studi baru yang dirilis Rabu (22/12/2021) tampaknya mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa Omicron mungkin tidak berbahaya seperti varian Delta.
Hal ini disampaikan oleh Manuel Ascano Jr., ahli biokimia Vanderbilt University yang mempelajari virus.
“Optimisme hati-hati mungkin adalah cara terbaik untuk melihat hal ini,” katanya.
Analisis dari tim tanggap Covid-19 Imperial College London meneliti tentang risiko rawat inap untuk kasus Omicron di Inggris.
Temuan mereka menemukan orang yang terinfeksi varian tersebut sekitar 20 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan mereka yang terinfeksi varian Delta.
Serta, 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit selama satu malam atau lebih.
Analisis itu mencakup semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi oleh tes PCR di Inggris pada paruh pertama Desember 2021 di mana variannya teridentifikasi: 56.000 kasus Omicron dan 269.000 kasus Delta.
Sebuah studi terpisah dari Skotlandia, oleh para ilmuwan di University of Edinburgh dan ahli lainnya, menunjukkan bahwa risiko rawat inap untuk kasus Omicron dua pertiga lebih kecil daripada Delta.
Namun, penelitian itu menunjukkan bahwa hampir 24.000 kasus Omicron di Skotlandia sebagian besar terjadi pada orang dewasa yang berusia muda, yakni antara usia 20 dan 39 tahun.
Orang yang lebih muda jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala kasus Covid-19 yang parah.
“Investigasi nasional ini adalah salah satu yang pertama yang menunjukkan bahwa Omicron lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan rawat inap Covid-19 daripada Delta,” demikian pernyataan para peneliti.
Sementara temuan penelitian ini masih dalam tahap pengamatan awal, tetapi "hasilnya cukup menggembirakan," tulis para penulis.
Perlu diketahui, temuan tersebut belum ditinjau oleh ahli lain, yang merupakan standar baku dalam penelitian ilmiah.
Ascano mencatat studi ini masih memiliki keterbatasan.
Baca juga: Kasus Omicron Indonesia Bertambah 3 dari Kongo dan Malaysia, Kini Total Ada 8 Kasus
Baca juga: Meski sudah Divaksinasi, Risiko Reinfeksi Omicron Masih 5 Kali Lipat Lebih Tinggi dari Varian Delta
Misalnya, temuan khusus untuk titik waktu tertentu selama situasi yang berubah dengan cepat di Inggris Raya dan negara lain mungkin tidak berjalan dengan cara yang sama.
Matthew Binnicker, direktur virologi klinis di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, AS, mengatakan bahwa dalam penelitian di Skotlandia, persentase orang yang lebih muda hampir dua kali lebih tinggi untuk kelompok kasus Omicron dibandingkan dengan kelompok Delta, dan bahwa “dapat membuat kesimpulan menjadi bias. sehingga menunjukkan hasil penelitian bahwa Omicron tidak terlalu parah.”
Meski demikian, dia mengatakan data itu menarik dan menyebut Omicron mungkin menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.
Namun dia menambahkan: “Hal yang penting untuk ditekankan adalah Omicron memiliki tingkat penularan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Delta, jumlah absolut orang yang memerlukan rawat inap mungkin masih meningkat, meskipun penyakitnya tidak terlalu parah dalam banyak kasus.”
Data dari Afrika Selatan, tempat varian Omicron pertama kali terdeteksi, juga menunjukkan Omicron mungkin lebih ringan di sana.
Salim Abdool Karim, seorang ahli epidemiologi penyakit menular klinis di Afrika Selatan, mengatakan pada awal pekan ini bahwa tingkat masuknya pasien ke rumah sakit jauh lebih rendah untuk kasus Omicron jika dibandingkan dengan varian Delta.
“Tingkat penerimaan pasien kami secara keseluruhan berada di wilayah sekitar 2 persen hingga 4 persen dibandingkan sebelumnya, yang mana mendekati 20 persen,” kata Salim.
“Jadi meskipun kami melihat banyak kasus, sangat sedikit yang masuk ke rumah sakit,” tambahnya.
Sumber: AP via Channel News Asia
(TribunTernate.com/Rizki A.)