Virus Corona
Pertama Kali Dideteksi 1 Desember 2021, Omicron Dominasi 95 Persen Kasus Covid-19 AS dalam Sebulan
Menurut keterangan dari pejabat kesehatan federal AS, varian ini menjadi dominan karena menyebar ketika orang Amerika kembali bekerja dan sekolah.
TRIBUNTERNATE.COM - Sembilan puluh lima persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh varian Omicron.
Menurut keterangan dari pejabat kesehatan federal AS, varian ini menjadi dominan karena menyebar ketika orang Amerika kembali bekerja dan sekolah setelah musim liburan.
Dikutip dari The Strait Times, menurut Pusat Pendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), jumlah kasus Omicron mencapai angka 95 persen dalam pekan terakhir saat tahun baru 1 Januari 2022.
Persentase tersebut naik, di mana pada minggu sebelumnya dominasi varian Omicron mencapai 77 persen.
Nowcast CDC memperkirakan tingkat prevalensi varian berdasarkan data sekuensing genom.
Data ini bisa berubah-ubah, dengan revisi substansial pada angka mingguan karena CDC mengumpulkan lebih banyak sampel dari seluruh negeri.
Dengan Omicron memperketat cengkeramannya di seluruh penjuru negeri Paman Sam, varian Delta yang dulu dominan, yang mendorong lonjakan kasus nasional tahun lalu, sekarang hanya menyumbang 4,6 persen dari urutan kasus, menurut CDC.
Baca juga: Kasus Omicron di Indonesia Meluas, Kemenkes Ungkap Gejala yang Paling Banyak Dialami, Waspadai
Baca juga: Muncul 2 Kasus Omicron di Surabaya, Terinfeksi setelah Pulang dari Bali, Berstatus OTG
Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan dan diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant of concern pada bulan November 2021.
Varian ini telah menyebar dengan cepat di AS sejak terdeteksi di California pada 1 Desember 2021 lalu.
Pejabat kesehatan telah bekerja keras untuk memantau penyebarannya dan mendorong semua orang dewasa untuk mendapatkan dosis booster.
Akhir tahun lalu, Presiden Joe Biden meminta fasilitas kesehatan untuk memperluas ketersediaan vaksin dan booster Covid-19.
Upaya ini dilakukan untuk menahan Omicron dan memerangi gelombang infeksi musim dingin.
WHO minta tingkatkan vaksinasi

Organisasi Kesehataan Dunia (WHO) mengatakan "tsunami" kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron dan Delta Covid-19 akan menambah tekanan pada sistem kesehatan yang telah kewalahan.
WHO mengatakan varian Delta dan Omicron adalah "ancaman kembar" yang mendorong jumlah kasus baru ke rekor tertinggi yang dapat menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian.
"Saya sangat prihatin bahwa Omicron, yang lebih menular, beredar pada saat yang sama dengan Delta, sehingga menyebabkan tsunami kasus," kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers, seperti dikutip dari The Strait Times.
"Ini dan akan terus memberikan tekanan besar pada tenaga kesehatan yang telah kelelahan, dan fasilitas kesehatan akan berada di ambang kehancuran."
Dia mengatakan tekanan pada fasilitas kesehatan tidak hanya karena pasien virus corona baru, tetapi juga sejumlah besar tenaga kesehatan jatuh sakit karena Covid.
WHO merefleksikan perang melawan Covid-19 pada tahun 2021 dan berharap tahun depan tahap akut pandemi akan berakhir.
Namun, WHO memperingatkan bahwa itu akan bertumpu pada kesetaraan vaksin yang lebih besar.
WHO menginginkan 40 persen populasi di setiap negara divaksinasi penuh pada akhir tahun dan memiliki target 70 persen cakupan pada pertengahan 2022.
Direktur WHO Dr Tedros mengatakan bahwa 92 dari 194 negara anggota WHO akan meleset dari target 40 persen.
Baca juga: Sri Lanka di Ambang Kebangkrutan akibat Krisis Covid-19, Orang Muda Antre untuk Meninggalkan Negara
Baca juga: Presiden Jokowi Memperpanjang Status Pandemi Covid-19, Ini yang Bakal Dilakukan Pemerintah
"Hal ini karena kombinasi pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah hampir sepanjang tahun dan kemudian vaksin berikutnya tiba hampir kedaluwarsa dan tanpa bagian-bagian penting seperti jarum suntik," katanya.
"Sementara 2021 sulit, saya meminta semua orang untuk membuat resolusi Tahun Baru untuk mendukung kampanye vaksinasi 70 persen pada pertengahan 2022."
Dr Tedros mengecam sikap negara-negara kaya yang memonopoli vaksin dan membiarkan negara dunia ketiga terpapar virus.
“Populisme, nasionalisme sempit, dan penimbunan alat kesehatan, termasuk masker, terapi/obat, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara, menggerogoti pemerataan, dan menciptakan kondisi yang ideal untuk munculnya varian baru,” katanya.
Dunia mencapai rekor kasus Covid-19 saat WHO memperingatkan tentang Omicron.
Para ahli percaya Omicron akan segera menggantikan Delta sebagai strain global yang dominan.
Sementara itu disinformasi telah menjadi gangguan konstan pada tahun 2021
sehinggaa menghambat upaya untuk mengalahkan pandemi.
"Dalam gelombang besar kasus yang saat ini terlihat di Eropa dan di banyak negara di seluruh dunia, informasi yang salah yang telah mendorong keragu-raguan vaksin sehingga menyebabkan tingkaat kematian yang tinggi bagi orang yang tidak divaksinasi," katanya.
Dr Tedros menyesalkan bahwa ada 1,8 juta kematian yang tercatat pada tahun 2020, dan 3,5 juta pada tahun 2021.
Sementara itu ia menduga jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi dari angka tersebut.
(TribunTernate.com/Qonitah)