Konflik Rusia vs Ukraina
Presiden Ukraina Sebut Kyiv Hanya Bisa Direbut dengan Cara Membunuh Semua Orang, Tantang Rusia?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Rusia bisa merebut Ibu Kota Kyiv hanya dengan satu cara, yakni membunuh semua orang di negara itu
TRIBUNTERNATE.COM - Tensi pertempuran di kota-kota besar di sekitar Ibu Kota Ukraina, Kyiv makin meningkat.
Pasukan Rusia terus melanjutkan upaya mereka mengisolasi Kyiv, sebelum nantinya meluncurkan serangan yang berpotensi menghancurkan Ibu Kota Ukraina itu.
Diketahui, mereka menggunakan peluru artileri untuk menghancurkan rumah-rumah di sejumlah lokasi, terutama di sebelah timur Sungai Dnipro.
Tindakan itu dilakukan pasukan Rusia selama baku tembak dengan pasukan Ukraina yang berusaha memaksa mereka mundur dari tempat yang menguntungkan.
Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak mengklaim bahwa Kyiv saat ini telah dikepung oleh Rusia.
Namun, lanjut Podolyak, penduduk serta militer Ukraina siap untuk berperang dan memastikan bahwa Kyiv akan bertahan hingga titik darah penghabisan.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan pada Sabtu (12/3/2022) bahwa Rusia bisa merebut Ibu Kota Kyiv hanya dengan satu cara, yakni meratakannya dengan tanah.
"Mereka akan datang ke sini hanya jika mereka (bisa) membunuh kita semua," kata Mykhailo Podolyak dikutip dari The Independent, Minggu (13/3/2022).
Baca juga: Rusia Tuding Ada Operasi Senjata Biologis di Ukraina, PBB Sebut Tidak Ada Buktinya
Baca juga: Takut Dibom Rusia, WHO Minta Ukraina Hancurkan Patogen di Laboratoriumnya, Bisa Sebabkan Virus Baru
"Jika itu tujuan mereka, biarkan mereka datang," imbuhnya.
Zelensky juga mengatakan bahwa 1.300 tentara Ukraina telah tewas dalam 17 hari pertama perang.
Senjata yang dipasok oleh Barat telah banyak membantu Ukraina di medan perang melawan Rusia.
Di sisi lain, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia memperingatkan bahwa konvoi senjata dari Barat ke Ukraina bisa menjadi "target yang sah" bagi angkatan bersenjata Rusia.
"Kami telah memperingatkan AS bahwa memompa senjata ke Ukraina, yang telah mereka atur dari sejumlah negara, bukan hanya langkah berbahaya--itu adalah langkah yang mengubah konvoi menjadi target yang sah," kata Sergei Ryabkov.
"Kami telah memperingatkan konsekuensi yang mungkin muncul dari transfer (senjata) ke Ukraina dari jenis senjata seperti sistem pertahanan udara portabel, sistem rudal anti-tank, dan sebagainya," imbuhnya.
Sementara itu, pembicaraan antara tim delegasi Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut. Mereka membicarakan tentang kemungkinan gencatan senjata.

"Para diplomat kami sedang bekerja dan mereka telah membicarakan beberapa agenda yang mungkin (terjadi) antara kami dan Federasi Rusia."
"Saya ingin ini terwujud, dan proses mengakhiri perang, proses perdamaian, 100 persen harus dimulai dengan gencatan senjata," kata Zelensky.
Lebih lanjut, Presiden Ukraina mengatakan bahwa dirinya sangat terbuka untuk pembicaraan langsung dengan Vladimir Putin.
Sementara itu, dilaporkan bahwa Putin tampak mempertimbangkan tentang pembicaraan untuk perdamaian, dan menurut Zelensky ini dalah sinyal baik bagi Ukraina.
"Selama 12 tahun terakhir, saya tidak pernah mendengar kata-kata tentang kemungkinan dialog (dengan Vladimir Putin)," kata Zelensky.
Baca juga: Beri Komentar Rasis soal Konflik Rusia-Ukraina, Pangeran William Dikecam Netizen hingga Tokoh Dunia
Baca juga: Kisah Warga Ukraina yang Bawa Hewan Peliharaan Saat Mengungsi: Kami Tak Bisa Tinggalkan Mereka
Jauh dari Ukraina, para pemimpin Prancis dan Jerman berbicara selama 90 menit dengan Presiden Putin dalam upaya untuk merundingkan gencatan senjata.
Menurut Kremlin, Putin menetapkan persyaratan untuk mengakhiri perang, termasuk demiliterisasi Ukraina dan penyerahan wilayah di antara tuntutan lainnya.
Mereka yang berada di garis depan Kyiv memiliki sedikit keyakinan bahwa perdamaian mungkin akan tercapai dalam waktu dekat.
"Rusia telah mengirim semua tentara ini, semua senjata ini, karena Putin menginginkan Kyiv. Menurut saya, mereka tidak akan ditarik kembali sekarang."
"Sekarang, kami harus benar-benar fokus untuk mempertahankan Kyiv dan memukul mundur Rusia. Itulah satu-satunya pilihan yang realistis," ujar Valentin Zhuk, seorang anggota batalion sukarelawan Ukraina.
Pemerintah Ukraina menyebut bahwa jauh dari ibu kota, pasukan Rusia terus menggempur kota pelabuhan Mariupol, dan menembaki sebuah masjid yang menampung lebih dari 80 orang, termasuk anak-anak.
Namun sayangnya, tidak ada kabar resmi tentang berapa jumlah korban secara rinci.
(TribunTernate.com/Ron)(The Independent)