Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Konflik Rusia vs Ukraina

Amerika Serikat Peringatkan China untuk Tidak Beri Bantuan kepada Rusia

Amerika Serikat memperingatkan China agar tidak memberikan bantuan militer atau keuangan kepada Moskow setelah invasinya ke Ukraina.

Sergei Supinsky/AFP
Pasukan militer Ukraina sedang mengumpulkan roket milik Rusia yang gagal meledak di Kiev/Kyiv, pada Sabtu (26/2/2022). 

TRIBUNTERNATE.COM - Memasuki pekan ketiga, konflik antara Rusia vs Ukraina masih kian memanas.

Dunia internasional turut menyoroti 'operasi militer khusus' yang diluncurkan Presiden Rusia Vladimir Putin ke wilayah timur Ukraina pada Kamis (24/2/2022) lalu itu.

Kini, Amerika Serikat memperingatkan China agar tidak memberikan bantuan militer atau keuangan kepada Moskow setelah invasinya ke Ukraina, dikutip dari Channel News Asia.

Sementara itu, sanksi terhadap para pemimpin politik dan bisnis Rusia kian meningkat, dan warga sipil berusaha melarikan diri dari arena pertempuran.

Negosiator Ukraina dan Rusia diharapkan akan melakukan pembicaraan lebih lanjut untuk meredakan krisis diharapkan pada Selasa (15/3/2022)

Sebelumnya, pembicaraan yang digelar pada Senin (14/3/2022) melalui video berakhir tanpa ada kemajuan baru.

Sisa-sisa proyektil yang berada di sebuah jalan di Kota Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022).
Sisa-sisa proyektil yang berada di sebuah jalan di Kota Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). (AFP/Sergei Supinsky)

Baca juga: Meninggal di Tempat, Jurnalis Harian AS New York Times Tewas Tertembak di Ukraina

Baca juga: Presiden Ukraina Sebut Kyiv Hanya Bisa Direbut dengan Cara Membunuh Semua Orang, Tantang Rusia?

Baca juga: Rusia Tuding Ada Operasi Senjata Biologis di Ukraina, PBB Sebut Tidak Ada Buktinya

Dua ledakan kuat telah mengguncang ibu kota Kyiv sebelum fajar, dan sirene serangan udara terdengar di berbagai wilayah termasuk Odessa, Chernihiv, Cherkasy, dan Smila.

Ribuan orang tewas dalam pertempuran sengit dan pengeboman di sejumlah wilayah sejak invasi Rusia diluncurkan pada pekan keempat Februari 2022 lalu.

Menurut klaim Rusia, 'operasi militer khusus' yang dilakukannya bertujuan untuk "denazifikasi" negara dan mencegah genosida.

Klaim ini pun ditolak Amerika Serikat dan sekutunya, dan disebut sebagai dalih untuk serangan yang tidak dapat dibenarkan dan ilegal.

Menurut pejabat AS, Rusia telah meminta dukungan militer dan ekonomi dari Beijing, yang juga sudah memberi sinyal kesediaan untuk memberikan bantuan.

Namun, hal tersebut disangkal oleh pihak Moskow.

Moskow mengatakan bahwa pihaknya memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua tujuannya.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menyebut laporan permintaan bantuan itu sebagai "disinformasi".

"Kami telah berkomunikasi dengan sangat jelas kepada Beijing bahwa kami tidak akan berdiam diri," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan, setelah penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan bertemu diplomat top China, Yang Jiechi di Roma.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved