Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Seorang Warga Inggris Terdeteksi Positif Covid-19 Selama Setahun Lebih Lalu Wafat, Apa Sebabnya?

Dokter di Inggris telah mengidentifikasi orang pertama di dunia yang menyimpan Covid-19 di dalam tubuhnya selama 505 hari atau lebih dari setahun.

Mario Tama/Getty Images/AFP MARIO TAMA / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP
ILUSTRASI Pasien Covid-19 persisten - Dalam foto: Seorang dokter merawat pasien di Unit Gawat Darurat di Pusat Medis Providence St. Mary pada 11 Maret 2022 di Apple Valley, California. 

Analisis genetik mengungkapkan bahwa pada lima dari sembilan pasien, virus setidaknya memperoleh satu mutasi yang ditemukan dalam Varian of Concern yang cenderung mendorong gelombang besar penyakit Covid-19.

Virus corona yang didapat dari pasien yang terinfeksi selama 505 hari itu membawa 10 mutasi baru yang muncul secara terpisah dalam beberapa varian utama antara lain Alpha, Gamma, dan Omicron.

Banyak ilmuwan menduga bahwa beberapa Varian of Concern yang ditemukan oleh WHO seperti Alpha, muncul pada pasien yang mengalami infeksi persisten.

Namun, sumber varian baru lainnya mungkin juga terjadi dari Covid-19 yang menginfeksi hewan dan kemudian menularkannya kembali ke manusia.

Snell mengatakan, tidak ada virus bermutasi yang ditemukan pada pasien penelitian yang tampaknya telah menyebar di luar individu yang terinfeksi.

Satu pasien dalam penelitian ini kemungkinan memiliki infeksi "gaib" yang langka, di mana hasil tes PCR mereka negatif padahal sedang terinfeksi Covid-19.

Setelah jatuh sakit dengan varian Alpha pada tahun 2021, gejala pasien mereda dan mereka mendapat hasil tes negatif beberapa kali.

Akan tetapi, kemudian varian Alpha bangkit kembali dan menyebabkan gejala lebih lanjut, meskipun varian tersebut tidak lagi hadir di Inggris.

Selain itu, lanjut Snell, pasien juga belum pernah bepergian ke luar negeri.

Kemudian disimpulkan bahwa virus mungkin telah bersembunyi jauh di dalam paru-paru mereka di mana tes swab hidung dan tenggorokan tidak dapat mendeteksinya.

Dr Gaia Nebbia, salah satu penulis penelitian tersebut mengatakan bahwa strategi pengobatan baru "sangat dibutuhkan" untuk membantu pasien membersihkan infeksi persisten.

"Ini juga bisa mencegah munculnya varian (baru)," katanya.

Paul Hunter, seorang profesor kedokteran di University of East Anglia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa mungkin ada beberapa orang yang tidak pernah sepenuhnya bersih dari infeksi Covid-19.

Sementara, obat antivirus dan terapi antibodi banyak membantu pasien, dan perawatan antibodi di klinik saat ini justru kurang efektif melawan Omicron dibandingkan varian sebelumnya.

"Yang sama pentingnya adalah mengelola penyebab yang mendasari penekanan kekebalan dengan harapan sistem kekebalan orang tersebut dapat pulih," kata Hunter.

(TribunTernate.com/Ron)(The Guardian)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved