Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mudik Lebaran 2022

Kisah Warga yang Bertahun-tahun Tidak Mudik, Ada yang 10 Tahun Tak Pulang ke Kampung Halaman

Beragam alasan di balik keadaan mereka yang tidak mudik, mulai dari pekerjaan hingga pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.

Tribunnews.com
Ilustrasi Mudik 2022. 

TRIBUNTERNATE.COM - Beberapa hari menjelang Lebaran 2022 atau Idul Fitri 1443 H, masyarakat sudah mulai melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman alias mudik.

Mudik pun telah menjadi tradisi untuk berkumpul dengan keluarga di Hari Penuh Kemenangan setelah satu bulan berpuasa Ramadhan.

Namun, tidak semua orang bisa melakukan perjalanan mudik. Ada beberapa orang yang sudah bertahun-tahun tidak pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan keluarga.

Beragam alasan di balik keadaan mereka yang tidak mudik, mulai dari pekerjaan hingga pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.

Berikut TribunTernate.com merangkum kisah warga yang sudah bertahun-tahun tidak mudik ke kampung halaman saat Idul Fitri.

1. Mengurus Dagangan, 16 Tahun Tak Mudik ke Kampung Halaman

Kisah pertama datang dari seorang pria bernama Abdul Wahab (44), salah satu pedagang di Terminal Pasar Rakyat Jailolo, Halmahera Barat.

Abdul Wahab merupakan seorang perantauan yang berasal dari Klaten, Jawa Timur. 

Sudah 16 tahun, ia dan istrinya tidak pernah mudik ke kampung halaman saat Hari Raya Idul Fitri.

Abdul Wahab bercerita, ia pertama kali datang berdagang di Jailolo pada tahun 2002.

Pada tahun-tahun awal, ia dan istri masih sempat beberapa kali mudik saat Lebaran.

Namun, tahun 2005 adalah mudik mereka yang terahir.

"Saya terakhir mudik tahun 2005, hingga sekarang belum mudik," katanya kepada TribunTernate.com, Selasa (26/4/2022). 

Satu alasan mengapa Abdul Wahab tidak mudik selama belasan tahun adalah dagangannya yang ramai pada bulan Ramadhan, apalagi jelang lebaran.

"Kalau kita mudik siapa yang jualan," ujarnya.

Abdul mengaku, 16 tahun adalah waktu yang cukup lama. Sehingga, ia dan keluarga berencana mudik pada Lebaran tahun depan.

"Insyaallah kalau sehat-sehat, tahun depan pulang," katanya.

2. Terkendala Pandemi Covid-19, Ada yang 2 Tahun dan 3 Tahun Tak Mudik

Kisah kedua datang dari Muhammad Arifin (35).

Arifin mengaku, sudah tiga tahun dirinya tidak mudik karena adanya pandemi Covid-19.

Tahun ini, Arifin akhirnya pulang ke kampung halamannya di Jati Kulon, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Setibanya di halaman Pendopo Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Jumat (29/4/2022) dini hari, Arifin pun sujud syukur.

Dia bersyukur, pada tahun ini bisa kembali melaksanakan mudik hari raya Idulfitri dan bertemu keluarganya.

"Sudah tiga tahun saya tidak pulang ke kampung halaman. Habis ini saya tidak kembali lagi ke Jakarta, biar dekat keluarga," jelas pria yang bekerja sebagai sopir itu kepada TribunJateng.com.

Dia menyampaikan, beruntung mudik kali ini tidak mengeluarkan biaya sama sekali karena bantuan dari Pemkab Kudus.

‎"Alhamdulillah bisa pulang mudik gratis tanpa biaya," ujar dia.

Ilustrasi mudik
Ilustrasi mudik (Wartakotalive.com/Henry Lopulalan)

Sementara itu, Khoirul Anam‎ (35), warga Kedungdowo, Kabupaten Kudus, juga bersyukur bisa pulang setelah dua tahun tidak bisa pulang kampung.

Apalagi, saat rencana mau pulang ke Kabupaten Kudus tidak bisa mendapatkan tiket kereta.

"Kemarin rencana mau pulang naik kereta, tapi tidak dapat tiket. Padahal semalam masih ada sisa 50, tapi besoknya habis," ucapnya.

‎Akhirnya, dia mencari informasi dari komunitas warga Kudus ternyata masih bisa pulang ke kampung halamannya.

Dia datang beserta empat orang anggota keluarganya bersama ist‎ri dan dua orang anaknya.

"‎Alhamdulillah bisa dapat kesempatan mudik gratis sama anak-anak juga ikut," jelasnya.

Rencananya, dia akan kembali lagi pada tanggal 8 Mei 2022 mendatang.

"Rencananya mau pulang naik kereta," ujar dia.

3. 10 Tahun Tak Mudik Demi Pekerjaan Sebagai Satpam di Rest Area KM 72 A

Cerita ketiga datang dari Muhammad Sahroni.

Ketika begitu banyak orang pemudik berlalu lalang di Rest Area KM 72 A Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, ia masih harus bekerja di pos pengamanan.

Sahroni memang bekerja di rest area tersebut.

Ia merupakan satu di antara 15 satuan pengamanan atau Satpam yang berjaga di Rest Area KM 72 A Tol Cipularang.

Saat ditemui oleh Tribunnews.com, Sahroni sempat curhat kondisi tempatnya bekerja memang sedang panas-panasnya di waktu siang.

"Panas, pak," katanya saat ditemui, Jumat (29/4/2022) sekira pukul 13.10 WIB.

Dia tinggal bersama istri dan ketiga anaknya di sebuah kawasan tak jauh dari Tol Cipularang.

Anak pertama Sahroni sudah berkeluarga. Kemudian, anak kedua kini masih menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi (PT) di Purwakarta.

"Makanya saya malu, karena dia (anak kedua) biaya (kuliah) sendiri," ucap pria berkulit sawo matang itu.

Muhammad Sahroni (49) sedang berjaga di sebuah pos pengamanan security di Rest Area KM 72 A Tol Cipularang, Jumat (29/4/2022).
Muhammad Sahroni (49) sedang berjaga di sebuah pos pengamanan security di Rest Area KM 72 A Tol Cipularang, Jumat (29/4/2022). (Tribunnews.com/Fersianus Waku)

Baca juga: Presiden KSPI Nilai Revisi UU PPP Hanyalah Akal-akalan untuk Muluskan Omnibus Law Cipta Kerja

Baca juga: Kisah Rohana, Anak TKW Ditinggal Ibunya selama 22 Tahun dan Dirawat Warga Malaysia Turunan Tionghoa

Sementara anak ketiganya, saat ini sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Di sela-sela obrolan, Sahroni mempersilakan beberapa pemudik yang hendak parkir di rest area tersebut.

"Silakan, bos," ujar Sahroni lalu mengarahkan kendaraan pemudik ke area parkiran.

Sejurus kemudian, Sahroni pun melanjutkan kisahnya. Dulunya, pria berusia 49 tahun itu belum terpikirkan bakal menjadi satpam.

Sebelum jadi satpam, Sahroni masih kerja serabutan.

"Dulu masih serabutan. Pokoknya macam-macamlah (pekerjaan)," ungkapnya lalu tertawa.

Sahroni mengaku sudah sepuluh tahun tak pernah mudik ke kampung halamannya di Jambi.

Sebab, dirinya belum memiliki tabungan yang cukup untuk membiayai perjalanan mudik bersama keluarganya.

Di sisi lain, dia belum siap melepaskan pekerjaannya sebagai satpam di Rest Area KM 72 A Tol Cipularang.

Hal tersebut lantaran menjadi satpam adalah pekerjaan utama Sahroni, apalagi ia sendiri juga merupakan tulang punggung keluarga.

"Saya bisa aja pulang kampung. Cuma itu tadi keluarga saya jadi korban. Perusahaan kan tidak bisa seenaknya kita," ucapnya.

Kendati demikian, Sahroni tetap saling berkabar dengan keluarganya di kampung meski hanya melalui sambungan telepon seluler.

Sumber: TribunTernate.com, TribunJateng.com, Tribunnews.com

Diolah kembali oleh TribunTernate.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved