Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Ternyata Hanya Terbantu Vaksin, Peneliti Ungkap Sebenarnya Omicron sama Parahnya seperti Varian Lain

Peneliti menemukan bahwa virus corona varian Omicron ternyata sama parahnya dengan varian-varian sebelumnya.

Pexels/Gustavo Fring
ILUSTRASI orang terkena Covid-19. 

TRIBUNTERNATE.COM - Peneliti menemukan bahwa virus corona varian Omicron ternyata sama parahnya dengan varian-varian sebelumnya.

Temuan ini menurut hasil dari sebuah penelitian besar yang dilakukan di Amerika Serikat, yang melawan asumsi dalam penelitian lain bahwa varian ini lebih menular tetapi tidak terlalu parah.

Dengan adanya temuan yang memperkirakan keparahan Omicron setelah memperhitungkan dampak vaksin, peneliti menyarankan harus memperkuat vaksinasi dan suntikan booster.

Vaksin membantu melindungi orang-orang dari rawat inap dan kematian relatif rendah selama lonjakan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.

Studi yang sedang menjalani peer review di Nature Portfolio itu diposting di Research Square.

Namun, para penulis, dari Massachusetts General Hospital, Minerva University dan Harvard Medical School, menolak berkomentar sampai peer review selesai.

"Kami menemukan bahwa risiko rawat inap dan kematian hampir identik," kata mereka.

Melansir The Straits Times, menurut para peneliti dalam laporan mereka, risiko tersebut dihitung antara era Omicron dan waktu dalam dua tahun terakhir ketika varian yang berbeda sedang dominan.

Baca juga: Update Covid-19 Indonesia Jumat, 6 Mei 2022: Kasus Kematian Masih Terus Bertambah, Total Ada 156.357

Baca juga: Kajian Awal di Israel Sebut Hepatitis Akut Berkaitan dengan Virus Corona Subvarian Omicron BA.2

Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron (Kompas.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

"Studi baru ini, berdasarkan catatan 130.000 pasien Covid-19 di Massachusetts, unik dan cukup kuat," kata Dr Arjun Venkatesh dari Yale School of Medicine dan Yale Center for Outcomes Research and Evaluation.

Menurut Dr Venkatesh, tidak hanya melihat jumlah kematian dan rawat inap, seperti yang telah dilakukan penelitian sebelumnya, penelitian ini memperhitungkan status vaksinasi pasien dan faktor risiko medis dan membandingkan kelompok orang yang serupa.

Para penulis mengutip potensi keterbatasan dalam laporan mereka.

Hal termasuk kemungkinan bahwa analisis tersebut mengesampingkan jumlah pasien yang divaksinasi dalam gelombang Covid-19 yang lebih baru, dan jumlah total infeksi, karena tidak termasuk pasien yang melakukan rapid test di rumah.

Baca juga: WHO: Vaksin Booster Covid-19 Berulang Bukan Strategi yang Tepat untuk Hadapi Varian Virus Corona

Studi ini juga tidak memperhitungkan perawatan yang mungkin diterima pasien, seperti antibodi monoklonal atau obat antivirus yang diketahui dapat mengurangi risiko rawat inap.

"Mungkin saja jika kita tidak memiliki perawatan ini tersedia hari ini, Omicron akan menjadi lebih buruk," terang Dr Venkatesh.

Negara-negara di seluruh dunia telah menemukan terdapat persentase yang signifikan dari warganya yang tidak mau mendapatkan vaksin Covid-19, bahkan jika ada lonjakan varian yang tampaknya lebih mematikan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved