Deretan Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Sejumlah Daerah, Lumajang hingga Lampung
Rupanya, kasus infeksi PMK juga dilaporkan di daerah selain Jawa Timur, seperti Provinsi Lampung, Aceh, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB)
TRIBUNTERNATE.COM - Kemunculan penyakit mulut dan kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease (FMD) di tengah masih belum meredanya pandemi Covid-19 menjadi sorotan publik.
Apalagi, sudah ada ribuan kasus infeksi PMK yang dilaporkan.
Sebanyak 1.247 ekor sapi ternak di Jawa Timur menderita penyakit kuku dan mulut (PMK) yang diduga menyebar melalui lendir dan angin.
Penyakit ini ditemukan pada sejumlah ternak di wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Lamongan.
Ciri-ciri hewan ternak yang terjangkit PMK ditunjukkan oleh tanda klinis seperti ternak mengalami demam tinggi antara 39 hingga 41 derajat celcius.
Ciri klinis lainnya, dari mulut ternak lalu keluar lendir berlebihan dari mulut hewan ternak dan berbusa.
Rupanya, kasus infeksi PMK juga dilaporkan di daerah selain Jawa Timur, seperti Provinsi Lampung, Aceh, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB), berikut rangkumannya:
6 Sapi Positif PMK di Lampung
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung mengonfirmasi ada 6 ekor sapi yang positif terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Nakeswan) Lili Mawarti saat dihubungi Tribun Lampung, Sabtu (14/5/2022).
"Tercatat ada 6 ekor sapi di Kabupaten Tulangbawang Barat yang terkonfirmasi PMK dan sudah dicek kebenarannya. Kita sudah ambil sampelnya," kata Lili.
Dikatakannya, sapi yang positif PMK telah dikarantina dan dipisahkan dengan sapi lainnya.
Baca juga: Hipotesa Ahli Terkait Kasus Hepatitis Akut pada Anak, Benarkah Penyakit Ini Dampak dari Long Covid?
Baca juga: Perhatikan Ciri-ciri Hewan Ternak Terkena Penyakit Kuku dan Mulut
Ternak sapi yang mengidap PMK ini telah dilakukan pengobatan dengan diberi antibiotik dan vitamin.
Lili mengatakan, untuk penanganan tentang PMK, Gubernur Lampung telah mengeluarkan surat edaran Gubernur Lampung nomor 04 5.2/1654/V.23/2022 tentang penanggulangan PMK di Provinsi Lampung.
Satuan tugas mempunyai tugas untuk meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan dan produknya antar daerah terutama antar provinsi dan kabupaten/kota.
Selanjutnya, tidak merekomendasikan pemasukan hewan atau bahan asal hewan dari daerah wabah tertular.
Serta, tidak menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan atau sertifikasi veteriner untuk ternak yang tidak berasal dari wilayah kerja masing-masing terutama ternak transit yang melewati Provinsi Lampung.
Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Bandar Lampung untuk tidak melalu lintasan hewan atau bahan asal hewan yang akan masuk ke Provinsi Lampung yang tidak dilengkapi dengan dokumen rekomendasi teknis.
Terpisah, Kadisnakkeswan Tubaba Nazaruddin Yahya mengatakan, 6 ekor sapi yang telah positif PMK milik dari Wayan Buma 2 ekor, Misno 2 ekor, Mugiono 2 ekor sapi.
"Sapi tersebut sudah dipisahkan untuk dilakukan pengecekan agar tidak tercampur dengan sapi lainnya dan sudah dipastikan 6 sapi itu positif PMK," kata Nazaruddin.
7 Domba di Lumajang Terinfeksi PMK
Sebanyak 7 ekor domba di Desa Kedawung, Kecamatan Padang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dilaporkan terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Domba-domba itu mengalami luka lepuh di bagian bibir, sehingga mereka kehilangan nafsu makan.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Rofiah mengatakan, memang dalam beberapa hari terakhir kasus PMK makin bertambah banyak.
Angka ini bertambah banyak karena setiap hari proses pendataan setiap hari terus berlangsung.
Terbaru, jumlahnya hewan ternak yang terinfeksi sudah 380 ekor.
Ratusan hewan ternak yang terpapar rencananya akan diberikan vaksin yang dikirim oleh Kementerian Pertanian. Sedangkan, untuk penanganan darurat kandang-kandang hewan ternak dilakukan penyemprotan disinfektan
"Langkah terdekat pendataan, pengobatan, dan penyemprotan disinfektan," katanya, sebagaimana diberitakan TribunJatim.com.
Rofiah menambahkan, untuk mengatasi penularan wabah PMK semakin meluas, pihaknya tengah menyusun tim satgas dari anggota gabungan Polri dan TNI.
Tugas satgas yakni mengawasi lalu lintas perdagangan hewan ternak di pasar-pasar. Hal ini dilakukan sebab beberapa kali temuannya di lapangan, sapi-sapi yang sakit dijual dengan harga yang cukup murah oleh peternak.
Tindakan ini tentu saja menjadi potret lemahnya pengawasan lalu lintas perdagangan hewan ternak.
Padahal untuk mencegah perdagangan hewan yang tidak sehat, pembelian sapi seharusnya menyertakan dokumen surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Standar itu untuk memastikan bahwa sapi-sapi yang dijual aman dari penyakit, sehingga ketika disembelih dagingnya aman dikonsumsi.
"Sebetulnya virus PMK ini masih bisa diobati. Hanya dibutuhkan ketelatenan dari pemilik. Salah satunya memberi asupan rempah-rempah," pungkasnya.
337 Sapi di Lumajang Terinfeksi PMK
Sebanyak 337 ekor sapi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dilaporkan terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Mengutip Kompas TV, Kamis (12/5/2022) laporan dari Dinas Pertanian setempat, sapi-sapi terinfeksi wabah PMK sudah menyebar hingga 10 kecamatan.
Dinas Pertanian Lumajang pun bekerja sama dengan beberapa pihak telah membentuk Tim Satgas.
Tim satgas ini dibentuk untuk melakukan screening pada pintu-pintu perbatasan pasar-pasar di Kabupaten Lumajang.
Selain itu, tim ini juga akan melakukan penyemprotan desinfektan di beberapa kandang warga.
Ini dilakukan sebagai upaya penyeterilan kandang-kandang sapi milik warga. Sehingga, penyebaran virus ini dapat diminimalisir.
Diharapkan wabah tidak menyebar dan meluas ke tempat-tempat yang lain.
Baca juga: Menkes Tegaskan Penyakit Mulut dan Kuku Tidak Menular ke Manusia, Jokowi Minta Para Menteri Waspada
Baca juga: Morotai Rawan Penyakit HIV, Ini Kata Dosen Poltekes Kemenkes Ambon Maluku
30 Sapi di Aceh Mati Terinfeksi PMK
Sebanyak 30 ekor sapi di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang mati karena terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), diberitakan Tribunnews.com.
Sebagian besar dari 30 ekor sapi yang mati itu merupakan anak sapi.
Kadis Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Aceh Tamiang, Safuan mengabarkan, sebelumnya pada Rabu, 4 Mei 2022, tercatat 2.273 ekor sapi yang teinfeksi suatu penyakit menunjukkan gejala yang sama.
Yakni, suhu tubuh yang tinggi dan terdapat bekas luka di kakinya.
"Yang terinfeksi sampai dengan tanggal 4 Mei 2022 sebanyak 2.273 ekor sapi yang teinfeksi (PMK). Yang mati saat ini di angka 30-an, yang mati rata-rata anak sapi, yakni yang masih menyusui," kata Safuan dikutip dari tayangan Kompas TV, Rabu (11/5/2022).
Safuan mengatakan, upaya terus dilakukan demi mempertahankan kesehatan hewan ternak itu.
"Sampai hari ini kita hanya melakukan penyuntikkan pada sapi yang sakit, yakni obat antibiotik, obat penurun panas dan vitamin. Karena sapi-sapi yang sakit ini rata-rata suhu badannya tinggi."
"Hingga saat ini, setelah dilakukan penyuntikkan, sudah banyak sapi-sapi itu yang bertahan, sudah bisa bangun, sudah bisa makan," lanjut Safuan.
Pengobatan ini, kata Safuan, baru dilakukan secara swadaya warga.
43 Sapi di Lombok Timur Terkonfirmasi Positif PMK
Kasus infeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kini terdeteksi di Kabupaten Lombok Timur.
Sebanyak 43 sapi yang ada di salah satu peternak sapi di Desa Bagik Nyake, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) terkonfirmasi positif PMK.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Lombok Timur Tatang mengungkapkan kasus pertama teridentifikasi untuk wabah PMK itu di Aikmel yakni dimulai Rabu 9 Mei 2022.
Tetapi dalam tiga hari ini kasus positif PMK di Lombok Timur naik secara instan sebanyak 300 ekor.
Ia juga menegaskan, wabah ini hanya menjangkit hewan ternak dan tidak berpengaruh pada manusia.
Adapun sapi yang terkena wabah PMK ini proses penyembuhannya memakan waktu maksimalnya 7 hari bahkan lebih, tergantung dari imun yang dimiliki oleh sapi itu sendiri.
Dengan adanya kasus wabah PMK yang sedang merebak, masyarakat diimbau agar tidak terlalu panik.
"Yang kita harapkan adalah bagaimana menenangkan masyarakat terkait kondisi ini," terangnya.
"Kalau ada gejala hipersalivasi atau terjadinya produksi air liur secara berlebih pada hewan, kalau diobati 3 kali bisa menunjukkan kesembuhan, sehingga peternak jangan terlalu khawatir dengan hal tersebut," sambungnya.
Ia juga menekankan jika ada kondisi sapi yang disangkakan terjangkit PMK, masyarakat lebih cepat melaporkannya ke puskeswan yang ada di masing-masing Desa.
Secara data sendiri di paparkan pula olehnya yakni terdapat 218 ekor sapi yang sudah positif terjangkit PMK di Lombok Timur, kemudian yang sembuh sebanyak 115 ekor, kemudian yang di potong paksa sebanyak 4 ekor.
"Tetapi di sisi lain, dengan adanya wabah ini, ada sisi positif yang bisa didapatkan, dimana ada pengurangan mengenai peredaran daging beku, karna memang peredaran daging beku di Lombok Timur paling banyak di kecamatan aik mel," tegasnya
Dugaan sementara, peredaran kasus PMK ini paling rentan melalui daging beku, yang didapatkan dari luar daerah.
Dijelaskan pula, menyusul banyaknya kasus PMK yang terkonfirmasi, pasar daging yang ada di Lombok Timur akan ditutup.
"Ambil sisi positifnya, masyarakat yang awalnya banyak mengkonsumsi daging beku, saya harapkan mulai saat ini cobalah beralih ke daging lokal saja," tutupnya.
Sumber: TribunLampung.com, TribunJatim.com, Tribunnews.com, KompasTV
(TribunTernate.com)