Melihat Sisa Amunisi Perang Dunia ke - II di Pulau Morotai, Ada Tank dan Senjata Api
Pulau Morotai merupakan saksi bisu sejarah Perang Dunia ke II saat Amerika Serikat (Sekutu) menyerang Jepang di Morotai.
Penulis: Fizri Nurdin | Editor: Mufrid Tawary
TRIBUNTERNATE.COM- Kabupaten Pulau Morotai berada di Provinsi Maluku Utara.
Pulau paling utara Indonesia ini berbatasan langsung dengan Negara Filipina.
Tak banyak orang tahu apa yang pernah terjadi di pulau yang punya begitu banyak pesona alamnya, terutama pemandangan pantainya.
Pulau Morotai merupakan saksi bisu sejarah Perang Dunia ke II (PD II) saat Amerika Serikat (Sekutu) menyerang Jepang di Morotai, dan Markas Strategi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat saat Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora).
Pulau Morotai yang menyimpan segudang cerita PD II hingga Operasi Trikora ini juga disebut sebagai Mutiara di Bibir Pasifik.

Itu sebabnya banyak bekas peninggalan PD II yang masih tersebar dan berada di pulau ini.
Beberapa benda bekas PD II ini bahkan sudah dikumpulkan oleh Kelompok Pemerhati PD II Morotai.
Kini sisa-sisa benda-benda yang ditinggal itu sudah dimuseumkan dan tersimpan rapih.
Tribunternate.com berkesempatan mengunjungi museum tersebut, pada Rabu (9/7/2022).
Museum ini terletak di perbatasan Desa Pandanga dan Wawama (Pandawa).
Dekat sekali dari pusat kota Daruba Pulau Morotai.
Hanya sekitar 13 menit sudah bisa sampai ke Museum.
Di depan Museun ada beberapa Tank diparkir.
Baca juga: Mengunjungi Tempat Pelarian Nakamura Selama 30 Tahun Setelah Perang Dunia ke-II
Baca juga: Pria di Morotai Temukan Barang Peninggalan Perang Dunia II Bernilai Triliunan, Kekeh Tak Dijual
Senjata api dan berbagai jenis peluru, peralatan makan hingga senjata dipajang dengan rapi di dalamnya.
Begitu juga dengan seragam perang tentara sekutu, tentara Jepang, foto koleksi perang dunia II, maket Museum, maket lokasi upacara penyerahan Jepang ke sekutu, dan masih banyak lagi.
Penjaga Museum Ishak mengatakan, Museum ini dibangun pada tahun 2012, masih di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tujuannya, untuk menyimpan peninggalan PD II.
"Yang resmikan langsung Pak Presiden SBY waktu itu,"pintanya. (*)