Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Konflik Rusia vs Ukraina

Serangan Rusia ke Ukraina Makin Gencar, Pengamat: Kunjungan Jokowi Tak Semata untuk Gencatan Senjata

Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengatakan gencatan senjata bukan sesuatu yang instan dan langsung diberlakukan.

Kolase Tribun Palu
Kolase Foto (kiri ke kanan) Presiden Rusia Vladimir Putin-Jokowi-Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pengamat hukum internasional, Hikmahanto Juwana, menyoroti semakin meningkatnya serangan Rusia terhadap Ukraina pasca-kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Ia menambahkan bahwa  ketika berbicara tentang misi perdamaian, tentu tidak mendamaikan konflik yang muncul antara kedua negara ini.

Bahkan, kata dia, Jokowi tidak berbicara mengenai konflik antara Rusia dengan Amerika Serikat dan sekutunya di Ukraina tersebut.

Kalau pun berbicara soal gencatan senjata. Dalam konteks supply chain pangan ini, Jokowi disebutnya sudah berhasil membuat Rusia menyetujui untuk berhenti memblokade pengiriman gandum dari Ukraina.

“Misalnya permintaan dari Presiden Zelenskyy agar gandum yang dari Ukraina itu bisa diekspor dan Rusia sudah menyetujui. Tetapi ingat, bukan berarti serangan dihentikan tapi, Saya tidak lagi melakukan blokade-blokade yang selama ini saya lakukan,” lanjutnya.

Artinya, lanjut Hikmahanto, dari sisi itu sudah tercapai pesan yang dibawa oleh Presiden Jokowi.

“Bahwa kalau misalnya gencatan senjata apakah akan tercapai atau tidak, itu kita harus menunggu. Karena sekali lagi saya katakan perlu proses untuk supaya terjadi gencatan senjata," ujarnya.

Jika Jokowi tidak melakukan kunjungan dan upaya perdamaian, Hikmahanto menilai Indonesia tidak akan pernah dicatat dalam sejarah bahwa saat memegang Presidensi G20, Indonesia tidak berupayan melakukan ”penghadiran perdamaian gencatan senjata”.

Kedua, kata dia, konstitusi mengamanatkan kita untuk turut dalam ketertiban dunia.

Bahkan Hikmahanto menyebut bahwa dunia sekarang tidak tertib, bahkan akan berdampak pada negara berkembang yang dalam pidato Jokowi di Rusia, itu berdampak pada ratusan juta bahkan miliaran orang.

“Ketiga, Bapak Presiden mengatakan pesan kalau dalam bahasa Inggris mungkin waktu diskusi, mungkin dia bilang  ‘I got the message’ ‘saya dapat pesan Anda’. Pesan itu maksudnya bukan pesan khusus. Tetapi mungkin ditafsirkan oleh istana kepresidenan Putin, bahwa seolah-olah ada pesan khusus pada Presiden Putin,” tegasnya.

Tidak Berefek Langsung

Pengamat Hukum dan Militer Rusia, Raymond Sihombing menyatakan bahwa lawatan Jokowi tidak bisa memberikan efek langsung.

Pasalnya apa yang dilakukan Jokowi  adalah diplomasi jangka panjang.

"Kita tidak bisa bilang bahwa begitu Presiden Jokowi pulang dari Moskow, langsung damai. Tetapi setidaknya dari beberapa media, di sini yang saya catat ada RIA Novosti, TASS, Interfax, Kommersant, dan juga RBK yang swasta dan beberapa yang pro-Ukraina itu mencatat positif kedatangan Presiden Jokowi,” kata Raymond dikutip dari Kompas.TV.

Raymond menyebut dengan kunjungan Jokowi, Indonesia sudah menunjukkan netralitas dalam menyikapi perang Rusia-Ukraina.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved